Surah an-Nas 114 ~ Tafsir al-Bayan

تَفْسِيْرُ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ
AL-BAYĀN
JILID IV
 
Oleh:
Prof. T.M. Hasbi ash-Shiddieqy.
 
Penerbit: PT ALMA‘ARIF – Bandung

SURAT KESERATUS EMPAT BELAS

AN-NĀS

(Manusia)

Diturunkan di Makkah, terdiri dari 6 ayat.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ. مَلِكِ النَّاسِ. إِلهِ النَّاسِ. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ. الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِ. مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ

Dengan – menyebut – asmā’ Allah yang Maha besar (banyak) rahmat-Nya, lagi senantiasa mencurahkan rahmat-Nya.

Keharusan kita berlindung diri daripada syaithān yang menimbul wiswas di dalam hati:

114-1. Katakanlah olehmu: “Aku berlindung kepada Tuhan yang memelihara manusia – dengan qudrat-Nya dan tadbīr-Nya – ,
114-2. Raja segala manusia,
114-3. Tuhan yang disembah oleh segenap manusia,
114-4. Terdapat kejahatan bisikan syaithān yang mendendap,
114-5. Yang membisikkan ke dalam hati-hati manusia.
114-6. Baik dari golongan jin (34051) maupun dari golongan manusia. (34062)

MUQADDIMAH

Surat ini adalah surat al-Mu‘awwidzah yang kedua.

Surat ini mengajarkan Rasūl, supaya berlindung kepada Tuhan yang memelihara manusia, dari kejahatan syaithān yang selalu membisik-bisikkan kejahatan dalam dada manusia dan mengajar serta menarik mereka ke dalam kedurjanaan dan kema‘shiyatan.

Itulah dia syaithān Khannās.

Ada diriwayatkan bahwa seorang Yahūdī telah menyihir Nabi s.a.w. Karena itu Rasūlpun jatuh sakit tiga malam lamanya. Selama beliau gering (sakit), beliau mengerjakan hal-hal yang tidak beliau rasakan telah membuatnya.

Kemudian Jibrīl datang menerangkan, bahwa beliau telah kena sihir dan menunjuk tempat benda yang dijadikan alat penyihir itu diletakkan. Sesudah itu Jibrīl membaca surat al-Mu‘awwidzataini. Sesudah Nabi membaca surat al-Mu‘awwidzataini beliaupun segar kembali, sebagaimana biasa.

Riwayat ini telah begitu berkembang dalam kalangan ahli Tafsīr. Tetapi saya percaya bahwa riwayat ini adalah riwayat palsu, sebagai yang telah ditaḥqīqkan oleh sebahagian ‘ulamā’ yang terpandang. Riwayat ini adalah sisipan orang-orang Yahūdī untuk menimbulkan keraguan dalam hati kita ummat Islam.

Adapun persesuaian antara surat yang telah lalu dengan surat ini, ialah:

  1. Dalam surat yang telah lalu, Tuhan mengajar Nabi supaya berlindung kepada Tuhan yang menjadikan Shubuḥ, dari segala rupa kejahatan, istimewa kejahatan para pendengki.
  2. Dalam surat ini, Allah mengajarkan Rasūl-Nya supaya berlindung kepada Tuhan yang memiliki manusia, dari waswas dan godaan syaithan.

KHĀTIMAH

Surat an-Nās ini menyuruh kita berlindung kepada Tuhan yang memelihara, memiliki, menguasai jiwa manusia dari pada kejahatan para penggoda yang menimbulkan berbagai macam godaan di dalam dada kita, baik mereka dari golongan jinn yang tidak kelihatan, maupun dari golongan manusia.

Catatan:

  1. 3405). Ya‘ni: makhlūq yang tak dapat dilihat. Hanya kita merasakan pengaruhnya pada diri kita.
  2. 3406). Baca: ayat 112 S. 6: al-An‘ām. Surat ini menerangkan bahwa insān mempunyai syaithān = orang-orang yang jahat yang berjanji untuk memenuhi nafsu juragannya, sebagaimana jinn juga mempunyai tentera syaithānnya. Maka masuk juga manusia yang mengembangkan fitnah dalam masyārakat. Perlu ditegaskan bahwa ta‘awwudz tidak cukup dengan ucapan lidah tetapi juga harus kita menjauhi hal-hal yang kita berta‘awwudz dari padanya.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *