Surah an-Naba’ 78 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan (2/2)

Tafsīru Hidāyat-il-Insān
Judul Asli: (
هداية الإنسان بتفسير القران)
Disusun oleh:
Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā

Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa
Dari Situs: www.tafsir.web.id

Rangkaian Pos: Surah an-Naba' 78 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan

Ayat 31-36: Membicarakan tentang orang-orang yang bertaqwā dan kenikmatan yang Allah sediakan untuk mereka.

 

إِنَّ لِلْمُتَّقِيْنَ مَفَازًا. حَدَائِقَ وَ أَعْنَابًا. وَ كَوَاعِبَ أَتْرَابًا. وَ كَأْسًا دِهَاقًا. لَّا يَسْمَعُوْنَ فِيْهَا لَغْوًا وَ لَا كِذَّابًا. جَزَاءً مِّنْ رَّبِّكَ عَطَاءً حِسَابًا.

  1. (28231) Sungguh, orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan, (28242)
  2. (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur,
  3. dan gadis-gadis montok yang sebaya, (28253)
  4. dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman).
  5. Di sana mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia maupun perkataan dusta. (28264)
  6. Sebagai pembalasan dan pemberian yang cukup banyak dari Tuhanmu, (28275)

 

Ayat 37-40: Peristiwa yang akan disaksikan pada hari Kiamat dan perintah agar manusia memilih jalan yang lurus yang mengarah kepada Tuhannya.

 

رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ مَا بَيْنَهُمَا الرَّحْمنِ لَا يَمْلِكُوْنَ مِنْهُ خِطَابًا. يَوْمَ يَقُوْمُ الرُّوْحُ وَ الْمَلآئِكَةُ صَفًّا لَّا يَتَكَلَّمُوْنَ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمنُ وَ قَالَ صَوَابًا. ذلِكَ الْيَوْمُ الْحَقُّ فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ مَآبًا. إِنَّا أَنْذَرْنَاكُمْ عَذَابًا قَرِيْبًا يَوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَ يَقُوْلُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِيْ كُنْتُ تُرَابًا.

  1. (28286) Tuhan (yang memelihara) langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Yang Maha Pengasih (28297), (28308) mereka tidak dapat berbicara dengan Dia.
  2. Pada hari, ketika rūḥ (28319) dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi idzin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pengasih dan dia hanya mengatakan yang benar. (283210)
  3. Itulah hari yang pasti terjadi (283311). (283412) Maka barang siapa yang menghendaki, niscaya dia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya. (283513)
  4. Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) ‘adzab yang dekat (283614), pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya (283715); dan orang kafir berkata: “Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah. (283816)”

Selesai tafsir surah an-Naba’ dengan kemudahan dari Allah, pertolongan-Nya dan taufīq-Nya. wal-ḥamdulillāhi rabb-il-‘ālamīn.

Catatan:

  1. 2823 Setelah Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyebutkan keadaan orang-orang yang berdosa, maka Dia menyebutkan keadaan orang-orang yang bertaqwā, yaitu mereka yang menjaga diri mereka dari kemurkaan Tuhannya dengan menaati-Nya dan menahan diri dari apa yang dimurkai-Nya. Untuk mereka mafāz, yaitu tempat kemenangan yang tidak lain adalah surga, di mana di dalamnya mereka memperoleh kebun-kebun, buah anggur, dan lain-lain seperti yang disebutkan dalam ayat selanjutnya.
  2. 2824). Yaitu mendapatkan surga.
  3. 2825). Usianya ketika itu adalah usia yang paling pertengahan, yaitu 33 tahun.
  4. 2826). Bisa juga diartikan dengan perkataan yang mengandung dosa.
  5. 2827). Disebabkan ‘amal yang mereka kerjakan atas taufīq Allah kepada mereka untuk ber‘amal shāliḥ.
  6. 2828). Yang memberikan pemberian yang besar itu adalah Tuhan mereka; Tuhan yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya.
  7. 2829). Yang rahmat-Nya meliputi segala sesuatu. Dia yang mendidik dan merahmati mereka serta memberikan kelembutannya kepada mereka sehingga mereka memperoleh apa yang mereka peroleh.
  8. 2830). Selanjutnya Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyebutkan keagungan dan kerajaan-Nya yang besar pada hari Kiamat, dan bahwa semua makhlūq diam; tidak ada yang berbicara karena takut kepada-Nya.
  9. 2831). Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang maksud rūḥ dalam ayat ini. Ada yang mengatakan Jibrīl, ada yang mengatakan tentara Allah, ada pula yang mengatakan rūḥ manusia.
  10. 2832). Ya‘ni yang sesuai dengan keridhāan Allah subḥānahu wa ta‘ālā.
  11. 2833). Bisa juga diartikan hari yang hak, di mana pada hari itu kebatilan tidak akan laku dan kedustaan tidak akan bermanfaat.
  12. 2834). Setelah Allah subḥānahu wa ta‘ālā memberikan targhīb dan tarhīb; memberikan kabar gembira dan peringatan, maka Dia berfirman: Maka barang siapa yang menghendaki, niscaya dia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.”
  13. 2835). Ya‘ni kembali kepada Allah dengan menaati-Nya agar selamat dari ‘adzab dan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi-Nya. Ayat ini dibatasi dengan ayat yang lain, yaitu firman Allah ta‘ālā: “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (Terj. at-Takwīr: 29) ya‘ni, kita memang mempunyai pilihan untuk melakukan sesuatu tanpa ada yang memaksa, akan tetapi pilihan dan kehendak kita mengikuti kehendak Allah, jika Dia menghendaki maka akan terjadi dan jika Dia tidak menghendaki, maka tidak akan terjadi. Allah subḥānahu wa ta‘ālā menerangkan demikian, adalah agar manusia tidak bersandar kepada dirinya dan kehendaknya, bahkan hendaknya ia mengetahui bahwa hal itu terkait dengan kehendak Allah sehingga ia pun meminta kepada Allah hidāyah-Nya kepada apa yang dicintai-Nya dan diridhāi-Nya.
  14. 2836). Yaitu hari Kiamat. Hal itu, karena setiap yang akan datang adalah dekat.
  15. 2837). Oleh karena itu, sebelum ia bersedih karena melihat perbuatannya di akhirat, maka hendaknya ia melihat perbuatan yang dilakukannya sekarang sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah subḥānahu wa ta‘ālā: “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwālah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertaqwālah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Terj. al-Ḥasyr: 18)
    Jika ia mendapatkan kebaikan, maka hendaklah ia memuji Allah. Tetapi, jika yang ia dapatkan selain itu, maka janganlah ia cela kecuali dirinya.
  16. 2838). Sehingga aku tidak di‘adzab. Orang kafir mengucapkan seperti ini ketika Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman kepada hewan setelah hewan-hewan itu membalas satu sama lain (melakukan qishas), “Jadilah tanah.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *