Ayat 75-87: Sumpah Allah subḥānahu wa ta‘ālā terhadap keagungan al-Qur’ān, dan bahwa ia turun dari Rabb-ul-‘ālamīn dan penjelasan terhadap hal yang akan menimpa manusia ketika sakrat-ul-maut.
فَلَا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُوْمِ.
- (16151) Maka aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang.
وَ إِنَّهُ لَقَسَمٌ لَّوْ تَعْلَمُوْنَ عَظِيْمٌ.
- Dan sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui (16162),
إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيْمٌ.
- dan (ini) sesungguhnya al-Qur’ān yang sangat mulia,
فِيْ كِتَابٍ مَّكْنُوْنٍ.
- dalam kitāb yang terpelihara (Lauḥ Maḥfūzh) (16173),
لَّا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَ.
- tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan (16184).
تَنْزِيْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعَالَمِيْنَ.
- Diturunkan dari Tuhan seluruh alam (16195).
أَفَبِهذَا الْحَدِيْثِ أَنْتُمْ مُّدْهِنُوْنَ.
- Apakah kamu menganggap remeh berita ini (al-Qur’ān)? (16206)
وَ تَجْعَلُوْنَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُوْنَ.
- (16217) Dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah) justru untuk mendustakan-Nya (16228).
فَلَوْ لَا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمَ.
- Maka kalau begitu mengapa (tidak mencegah) ketika nyawa telah sampai di kerongkongan,
وَ أَنْتُمْ حِيْنَئِذٍ تَنْظُرُوْنَ.
- dan kamu ketika itu melihat,
وَ نَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَ لكِنْ لَّا تُبْصِرُوْنَ.
- dan Kami lebih dekat kepadanya (16239) daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat,
فَلَوْ لَا إِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِيْنِيْنَ.
- maka mengapa jika kamu memang tidak dikuasai (oleh Allah) (162410),
تَرْجِعُوْنَهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ.
Ayat 88-96: Penjelasan tentang tempat kembali tiga golongan di atas, dan bahwa Kiamat adalah hak dan yakin.
فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ.
فَرَوْحٌ وَ رَيْحَانٌ وَ جَنَّةُ نَعِيْمٍ.
- maka dia memperoleh ketenteraman (162915) dan rezeki (163016) serta surga (yang penuh) keni‘matan (163117).
وَ أَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ أَصْحَابِ الْيَمِيْنِ.
- Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan (163218),
فَسَلَامٌ لَّكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِيْنِ.
وَ أَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِيْنَ الضَّالِّيْنَ.
- Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan dan sesat (163521),
فَنُزُلٌ مِّنْ حَمِيْمٍ.
- maka dia disambut siraman air yang mendidih,
وَ تَصْلِيَةُ جَحِيْمٍ.
- dan dibakar di dalam neraka (163622).
إِنَّ هذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِيْنِ.
فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ.
- Maka bertasīḥah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar (163925).
Selesai tafsir surah al-Wāqi‘ah dengan pertolongan Allah dan taufīq-Nya, wal-ḥamdulillāhi Rabb-il-‘ālamīn.
Catatan:
- 1615). Allah subḥānahu wa ta‘ālā bersumpah dengan bintang dan mawāqi‘, yakni jatuhnya di tempat tenggelamnya dan apa yang Allah adakan pada waktu itu berupa kejadian-kejadian yang menunjukkan kebesaran-Nya, keagungan-Nya dan keesaan-Nya. Dan pada ayat selanjutnya, Dia perbesar perkara sumpah ini.
- 1616). Sumpah ini dipandang besar karena pada bintang dan peredarannya serta jatuhnya di tempat tenggelamnya terdapat ayat-ayat dan pelajaran yang tidak dapat dijumlahkan. Sedangkan isi sumpahnya adalah mengukuhkan al-Qur’ān, dan bahwa dia adalah benar tanpa ada keraguan lagi. Demikian pula bahwa al-Qur’ān adalah bacaan yang mulia, yang banyak kebaikan dan pengetahuannya. Bahkan setiap kebaikan dan ‘ilmu diambil dan digali darinya.
- 1617). Ya‘ni tertutup dari penglihatan makhlūq, yaitu Lauḥ Maḥfūzh. Maksudnya, al-Qur’ān ini tertulis dalam Lauḥ Maḥfūzh, dimuliakan di sisi Allah dan di sisi para malaikat-Nya. Bisa juga maksud ‘kitāb yang terpelihara’ adalah kitāb yang berada di tangan-tangan para malaikat, di mana Allah menurunkan mereka dengan membawa wahyu-Nya. Sedangkan maksud ‘terpelihara’ adalah tertutup dari syaithān, di mana mereka tidak sanggup merubahnya, mengurangi dan mencurinya.
- 1618). Ya‘ni tidak ada yang menyentuh al-Qur’ān selain hamba-hamba yang disucikan, yaitu para malaikat yang yang mulia, di mana Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyucikan mereka dari dosa-dosa dan cacat. Menurut sebagian ‘ulamā’, ayat ini mengingatkan, bahwa tidak boleh menyentuh al-Qur’ān kecuali orang yang suci. Oleh karena itu, ada yang berpendapat, bahwa ayat ini meskipun bentuknya berita, namun terdapat larangan, yaitu tidak boleh menyentuh al-Qur’ān kecuali orang yang suci.
- 1619). Maksudnya, al-Qur’ān yang telah disebutkan sifatnya itu turun dari Allah Tuhan Yang Mengurus seluruh alam; Dia mengurus hamba-hambaNya dengan ni‘mat-ni‘mat dunia dan agama, di mana di antara kepengurusan-Nya kepada mereka yang paling besarnya adalah dengan menurunkan al-Qur’ān ini yang di dalamnya terdapat petunjuk bagi mereka agar mereka dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Hal ini menunjukkan, bahwa Allah subḥānahu wa ta‘ālā setelah menciptakan mereka, maka Dia tidak membiarkan mereka begitu saja, bahkan tetap mengurus mereka dengan ni‘mat-ni‘mat-Nya baik ni‘mat dunia berupa rezeki maupun ni‘mat agama berupa petunjuk. Dengan al-Qur’ān Allah berikan rahmat kepada hamba-hambaNya yang mereka tidak sanggup untuk mensyukurinya. Oleh karena itu, mereka harus menjunjung tinggi isi al-Qur’ān, meng‘amalkannya dan mendakwahkannya.
- 1620). Maksudnya, apakah terhadap kitāb yang agung dan peringatan yang bijaksana ini kamu meremehkan; kamu menyembunyikannya karena takut kepada manusia, takut celaan dan cercaan mereka? Ini tidaklah pantas. Yang pantas diremehkan adalah berita yang tidak dapat dipercaya orang yang menceritakannya. Adapun al-Qur’ān-ul-Karīm, maka ia adalah kebenaran, di mana tidak ada yang melawannya kecuali ia akan kalah. Oleh karena itu, ia layak untuk diberitakan dan disampaikan secara terang-terangan.
- 1621). Imām Muslim meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Ibnu ‘Abbās radhiyallāhu ‘anhumā, ia berkata: “Orang-orang mendapat siraman hujan pada zaman Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam, (maka Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda): “Pada pagi hari ini di antara manusia ada yang bersyukur dan ada yang kufur.” Mereka (yang bersyukur) berkata: “Ini adalah rahmat (dari Allah).” Sebagian mereka (yang kufur) berkata: “Sungguh, bintang ini dan itu telah benar.” Maka turunlah ayat ini: “Maka aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Sampai ayat: “Dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah) justru untuk mendustakan-Nya.”Imām Nawawī berkata: “Syaikh Abū ‘Amr raḥimahullāh, ya‘ni Ibnu Shalāḥ berkata: “Bukanlah maksudnya, bahwa semua ayat ini turun berkenaan ucapan ‘benar bintang ini dan itu’, karena perkara tentang itu dan tafsirnya tidak menghendaki demikian, bahkan hanya turun berkenaan firman Allah ta‘ālā: “Dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah) justru untuk mendustakan-Nya.” (Terj. al-Wāqi‘ah: 82) Selebihnya turun tidak berkenaan dengan itu, akan tetapi bersamaan waktu turunnya sehingga disebutkan semuanya karena sebab itu.” Syaikh Abū ‘Amr raḥimahullāh juga berkata: “Di antara hal yang menunjukkan demikian adalah bahwa pada sebagian riwayat dari Ibnu ‘Abbās radhiyallāhu ‘anhumā tentang hal ini terbatas pada bagian ini (ayat 82) saja.”
- 1622). Yaitu karena menyandarkan turunnya hujan kepada bintang ini dan itu, padahal hujan turun karena karunia Allah dan rahmat-Nya. Hal ini sama saja mendustakan dan mengkufuri nikmat Allah karena menyandarkan nikmat kepada selain yang memberinya. Oleh karena itu, mengapa kamu tidak bersyukur kepada Allah atas iḥsan-Nya kepada kamu karena telah menurunkan kepadamu karunia-Nya, padahal sikap kufur dan mendustakan dapat mencabut ni‘mat itu dan menggantinya dengan ‘adzāb.
- 1623). Ya‘ni dengan ‘ilmu Kami dan malaikat Kami.
- 1624). Bisa juga diartikan: “Maka mengapa jika kamu memang tidak akan diberi balasan,”
- 1625). Ke dalam jasad.
- 1626). Ketika itu, kamu di antara dua pilihan; membenarkan apa yang dibawa Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam atau tetap membangkang setelah mengetahui kebenarannya dan kamu akan memperoleh tempat kembali yang buruk.
- 1627). Allah subḥānahu wa ta‘ālā di awal surah telah menyebutkan tiga golongan; golongan orang-orang yang didekatkan, golongan kanan dan golongan kiri (golongan yang mendustakan lagi sesat) dan keadaan mereka di akhirat. Selanjutnya di akhir surah ini, Allah menyebutkan keadaan mereka menjelang wafat.
- 1628). Menurut Syaikh as-Sa‘dī, yaitu mereka yang mengerjakan perkara wājib dan sunnat, meninggalkan yang ḥarām dan yang makrūh dan perkara mubāḥ yang berlebihan.
- 1629). Ya‘ni ketenangan, kegembiraan dan keni‘matan lahir-bāthin.
- 1630). Raiḥān pada ayat tersebut adalah nama yang mencakup segala keni‘matan yang diterima badan, berupa makanan, minuman, dan lain-lain.
- 1631). Ya‘ni yang menggabung rauḥ (ketenteraman) dan raiḥān, di mana di dalamnya terdapat sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan terlintas di hati manusia. Orang yang didekatkan dengan Allah, maka akan diberi kabar gembira dengan kabar gembira itu yang membuat rūḥnya melayang dari jasad karena gembira dan senang. Hal ini sebagaimana firman Allah ta‘ālā: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.— Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.—Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Terj. Fushshilat: 30-32) Dalam ayat lain Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman: “Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat.” (Terj. Yūnus: 64).
- 1632). Menurut Syaikh as-Sa‘dī, yaitu mereka yang mengerjakan kewajiban dan meninggalkan hal yang haram, meskipun terjadi pengurangan pada sebagian hak yang tidak merusak tauḥīd dan iman mereka.
- 1633). Ya ‘ni selamat dari ‘adzāb.
- 1634). Bisa maksudnya:“Salām bagimu dari saudara-saudaramu yang berada di golongan kanan,” ya‘ni mereka (golongan kanan) akan mengucapkan salām dan menyambutnya ketika ia sampai dan bertemu dengan mereka. Atau maksudnya: “Salām bagimu dari musibah, cobaan dan ‘adzāb karena engkau termasuk golongan kanan yang selamat dari dosa-dosa yang membinasakan.”
- 1635). Yaitu mereka yang mendustakan kebenaran dan tersesat dari petunjuk.
- 1636). Yang mengepung mereka, di mana apinya membakar sampai ke hati, dan apabila mereka meminta minuman karena sangat haus, maka mereka diberi minuman seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah (lihat al-Kahfi: 29).
- 1637). Ya‘ni pemberian balasan terhadap kebaikan dan keburukan yang dilakukan hamba serta rinciannya.
- 1638). Yang tidak ada keraguan lagi, bahkan benar dan pasti terjadi. Allah subḥānahu wa ta‘ālā telah memberikan buktinya baik dari dalil ‘aqlī (akal) maupun naqlī yang menunjukkan demikian sehingga hal itu di kalangan orang-orang yang berakal seakan-akan dirasakan oleh mereka dan disaksikannya. Maka mereka memuji Allah subḥānahu wa ta‘ālā atas ni‘mat yang dikaruniakan-Nya kepada mereka berupa hidāyah irsyād (petunjuk) maupun hidāyah taufīq (bantuan dari Allah untuk menjalankan petunjuk itu). Oleh karena itu, Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman: “Maka bertasbīḥlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar.”
- 1639). Maka Mahasuci Allah Tuhan kita Yang Mahaagung dari apa yang diucapkan orang-orang yang zhālim dan ingkar dengan ketinggian yang besar, dan segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam dengan pujian yang banyak, baik lagi diberkahi.