Hati Senang

Surah al-Qari’ah 101 ~ Tafsir Syaikh Fadhlallah

Tafsir Juz ‘Amma
(Judul Asli: Beams of Illumination)
Oleh: Syaikh Fadhlallah Haeri

SURAH AL-QĀRI‘AH

“MALAPETAKA”

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan Nama Allah, Yang Maha Pengasih, Lagi Maha Penyayang

الْقَارِعَةُ

  1. Malapetaka yang tiba-tiba!

مَا الْقَارِعَةُ

  1. Apakah malalpetaka yang tiba-tiba itu?

وَ مَا أَدْرَاكَ مَا الْقَارِعَةُ

  1. Dan apa yang akan membuat engkau mengerti apa malapetaka yang tiba-tiba itu?

Qara‘a berarti “mengetuk, memukul, mencaci-maki, mengomeli, menguasai seseorang, berkelahi atau bertengkar”. Al-qāri’ah adalah sebutan untuk panggilan kedua yang akan mengumandangkan awal Kebangkitan. Panggilan pertama dan kedua akan berbunyi dengan tujuan membangkitkan rasa terpesona dan pengagungan. Panggilan terakhir—“Dan apa yang akan membuat engkau mengerti apa malapetaka yang tiba-tiba itu?”—akan membentangkan imajinasi dan rasa terpesona kita, yang memungkinkan kita untuk menggemakan dalam diri kita pemahaman tentang finalitas itu.

يَوْمَ يَكُوْنُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوْثِ

  1. Pada hari di mana manusia akan seperti ngengat yang penuh bertebaran,

Peristiwa kehancuran ini disampaikan dengan cara yang mudah kita pahami. Farāsy berarti “ngengat atau kupu-kupu”; akar dari farasya yang berarti “menebarkan”. Kata mabtsūts berasal dari batstsa, yang berarti “membuka gulungan, membuka yang sifatnya membubarkan”. Dalam bahasa ‘Arab modern kata tersebut juga berarti “menyampaikan melalui radio”, yang berarti penyebaran atau penyaluran riak gelombang energi yang tidak hanya secara fisik. Manusia akan seperti ngengat yang bertebaran, tapi tentu saja tidak dalam keadaan kacau-balau atau kalang-kabut. Mereka bisa saja kelihatan kacau-balau, tapi keadaan mereka yang bertebaran itu akan menyerupai transmisi gelombang radio yang mempunyai arah.

وَ تَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوْشِ

  1. Dan gunung-gunung akan (beterbangan) seperti bulu domba yang disisir.

Nafasya berarti “membengkak’” dan “mengembang atau menggelepai-gelepai”. Gunung-gunung, yang sekarang begitu kokoh dan keras, akan kembali ke wujud asal mereka dan menjadi seperti bulu domba yang tidak dipintal karena mereka tidak dibuat dari apa pun selain perintah: ‘Jadilah!’, (kun).

فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِيْنُهُ

  1. Adapun orang yang timbangan amal baiknya berat,

فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍ

  1. Ia akan menjalani kehidupan yang menyenangkan.

Orang yang perbuatan, niat, kesadaran dan keingatannya terhadap Tuhan (zikir) dalam kehidupan ini berat dalam arti substansial—maksudnya konstan, teratur dan tetap—adalah orang yang akan berada dalam kesenangan yang sempurna.

وَ أَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهُ

  1. Adapun orang yang timbangan amal baiknya ringan,

فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ

  1. Tempat tinggalnya adalah jurang yang paling dalam.

Orang yang timbangannya ringan, orang yang perbuatannya dalam kehidupan ini tidak berarti, maka kerugiannya di kehidupan nanti akan sebanyak di kehidupan sekarang. Umm berarti “sumber, asal, fondasi, esensi atau ibu”, dari kata kerja amma, yang berarti “berusaha, berkeinginan untuk memimpin”. Bagi orang yang perbuatan salahnya lebih berat daripada perbuatan baiknya, maka tempat tujuannya adalah lubang yang tak berujung, hāwiyah, dari kata hawā, yang berarti “jatuh, ambruk”. Ini menggambarkan kejatuhan terakhir yang tidak akan ada ujungnya di wilayah yang tak berbatas waktu.

وَ مَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ

  1. Dan apa yang membuat engkau tahu apa itu?

نَارٌ حَامِيَةٌ

  1. (Itu adalah) api panas yang berkobar.

Apa yang kita tahu tentang itu? Kita hanya dapat mencicipi rasanya saja di sini: merasakan panasnya api kecil. Ḥamiyah berasal dari ḥamā, yang berarti “menjadi sangat panas, panas hati, berpijar, dan menjadi sangat marah”. Ini adalah gambaran tentang keadaan yang sangat berapi-api. Jika kita mengetahui tentang pergolakan yang terjadi akibat dari perbuatan yang salah, berarti kita telah mendapat rasa pendahuluan dari api neraka.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.