Surah al-Qadar 97 ~ Tafsir Syaikh Fadhlallah

Tafsir Juz ‘Amma
(Judul Asli: Beams of Illumination)
Oleh: Syaikh Fadhlallah Haeri

SURAH AL-QADR

“KEAGUNGAN”

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan Nama Allah, Yang Maha Pengasih, Lagi Maha Penyayang.

Kekuasaan yang menciptakan semua sistem penciptaan telah membuat sistem-sistem itu sesuai dengan ukurannya, yakni, qadr yang membawa semua manifestasi penciptaan kepada qadhā’-nya, dan keputusan akhir. Dalam surah ini kita diperlihatkan sekilas pada aspek makna qadhā’ wa qadr (kada dan kadar).

Qadhā’ berarti ‘nasib, takdir, keputusan, keadilan, ketetapan’, dan ‘yang telah disahkan’. Meskipun qadar berarti ‘ukuran, ketetapan’, namun ia juga berarti ‘takdir’ karena berbagai hal membentang dan berkembang sesuai dengan ukurannya. Keputusan atau ketetapan akhir dari setiap hal yang diciptakan mengikuti ukuran (qadr) yang diberikan padanya, karena kalau tidak maka akan kacau-balau. Ukuran-ukuran ini bisa berfluktuasi dan berjalinan di dalam batas-batas tertentu, tapi mesti ada suatu ukuran agar manusia dapat mengenal batas-batas dan mendapatkan pengetahuan tentang dunia.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

  1. Sesungguhnya Kami menurunkannya pada Malam Lailat-ul-Qadr.

Lailat-ul-Qadr adalah Malam Kekuasaan, atau Malam Ketetapan. Pengetahuan tentang apa yang tertulis diturunkan pada Malam Kekuasaan dan diberitahukan kepada Nabi Muḥammad. Dengan demikian malam itu adalah malam ketika Nabi diberi pengetahuan, malam ketika lembaran tersembunyi dibukakan kepadanya.

وَ مَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ

  1. Dan apakah yang membuat engkau tahu apa itu malam Lailatul Qadr?

Bila pertanyaan seperti ini muncul dalam al-Qur’an, maka tujuannya adalah mengagungkan apa yang sedang dijelaskan. Dalam hal ini, pertanyaan tersebut mengagungkan malam saat terjadinya peristiwa Lailat-ul-Qadr. Setiap orang berpeluang untuk menjumpai Lailat-ul-Qadr. Kesadaran terhadap potensi kita yang paling utuh terjadi pada malam qadr kita. Terjadi pada saat kita melihat Kekuasaan di balik kekuasaan dalam penciptaan, atau kekuasaan dari Yang Kuasa, yakni Allah, dan kita mengalami kekuasaan pengetahuan batin. Malam Qadr terjadi sesuai dengan kapasitas masing-masing orang.

‘Malam Ketetapan’ adalah malam penyingkapan pada saat hati terbuka, pada saat lembaran di dalam hati manusia dibukakan, pada saat pengakuan langsung bahwa yang ada hanyalah Allah, dan bahwa segala sesuatu menerima penciptaan ini dari kekuasaan tunggal tersebut, semuanya dialami. Lembaran ini tidak memuat informasi yang lengkap – sempurna: ia berisi pengetahuan langsung.

Alkisah, Imām Ghazalī mengadakan perjalanan jauh dengan membawa semua kitabnya. Tiba-tiba seorang perampok menghadangnya, lalu sang Imām menyuruh si perampok untuk mengambil apa yang disukainya tapi memohon agar tidak mengambil bagal yang memuat kitab-kitabnya. Namun dengan amat-sangat menyesal si perampok berkata, “Tapi itulah sesungguhnya yang aku inginkan’, lalu ia mencuri semua kitabnya. Sembilan atau sepuluh tahun kemudian, Imām Ghazalī bertemu lagi dengan orang itu dan bertanya kepada Imām, ‘Anda ingat saya?’ Imām menggeleng tidak ingat. Lalu orang itu berkata, ‘Aku adalah orang yang menolong Anda dengan mengambil semua kitabmu. Akulah yang menyebabkan Anda mendapat pengetahuan sejati. Ketika semua informasi yang sedang Anda bawa diambil dari Anda, Anda mencapai pengetahuan!’

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ

  1. Malam Ketetapan itu lebih baik dari seribu bulan.

Orang Arab sering menggunakan angka tujuh, tujuh puluh atau seribu, atau kelipatan dari angka-angka itu, untuk menunjukkan suatu jumlah yang besar. Di sini alf (seribu) berarti ‘suatu jumlah yang sangat banyak’. Jika kita tiba-tiba memahami sesuatu, kita menyadari bahwa satu hari pada saat mana kita tersadarkan adalah lebih baik dari beberapa tahun kebodohan. Dalam tenggang waktu sepuluh tahun kita bisa mengingat dua atau tiga hari yang sifatnya genting, yang mengandung saat-saat yang mengubah keseluruhan jalan hidup kita dan cara kita melihat berbagai hal. Hari-hari itu lebih berarti bagi kita dibanding seribu bulan.

Hadis menceritakan bahwa Nabi pernah melihat sebuah bayangan, sosok menyerupai kera yang berkhotbah dari mimbar beliau di Madinah, dan konon melalui tanda ini beliau meramalkan bahwa tak lebih dari satu generasi sepeninggalnya, selama seribu bulan, para pemimpin yang tak layak akan menyesatkan ummah (komunitas muslim).

تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَ الرُّوْحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّنْ كُلِّ أَمْرٍ

  1. Para malaikat dan roh turun di dalamnya atas izin Tuhan mereka, untuk menjalankan semua perintah.

Rūḥ artinya ‘roh, jiwa’. la berhubungan dengan rīḥ, yang berarti ‘angin’. Rāḥah, yang berarti ‘kesenangan, kesentosaan atau kemudahan’ juga berasal dari akar yang sama, sebagaimana kata rā’iḥah, yang berarti ‘parfum’ dan mirwaḥah, yang berarti ‘kipas’. Pengertiannya di sini adalah bahwa roh itu seperti angin, sehalus angin sepoi-sepoi. Roh ditiupkan ke dalam tubuh dan kemudian ditiup keluar tubuh. Laksana angin, kehalusannya diimbangi oleh kekuatannya. Dikatakan dalam al-Qur’an, “Mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: ‘roh adalah salah satu dari perintah Tuhanku’” (Q.S. 17:85).

Pada Malam Kekuasaan itu, Yang Mahakuasa, Tuhan Yang Mahakuat menebarkan rahmat ilmu pengetahuan-Nya dan membukakan pintu-pintu langit, dan daya serta kekuatan malaikat memenuhi kewajiban mereka untuk dengan murah hati membawakan pesan dan pengetahuan tauhid serta perintah dan pengawasan Tuhan.

سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

  1. Damai! Sampai terbitnya fajar.

Dari pengetahuan bahwa semua penciptaan terjadi sesuai dengan ukurannya dan sedang bergerak ke arah takdir sesuai dengan ukuran itu, muncullah kepastian damai. Kepastian batin ini, yang menerangi semua kemungkinan manifestasi lahiriah, mendatangkan keseimbangan dan kesesuaian yang memberikan kesadaran yang penuh harmoni dan kesatuan. Makna damai tersebut, yakni buah dari pengetahuan, karena sudah menjadi sifatnya maka bersemayam dalam setiap hati. Untuk menggali benih maka hati harus disucikan dan dibuka. Pencari pengetahuan tentang Allah menghabiskan hari-hari gelap malamnya dengan berjaga menantikan datangnya pembukaan, dan bila hal itu terjadi maka bagaikan pecahnya fajar.

Fajr berarti ‘subuh, cahaya pertama pagi hari’. Fajara, akar dari fajr, berarti ‘merobek, membuka, meletus’. Keadaan hati orang yang berpengetahuan tersembunyi dalam gelapnya malam tapi secara batiniah bersinar. Secara lahiriah berada dalam kegelapan tapi diterangi oleh cahaya batin, secara lahiriah diam tapi secara batiniah aktif dan dinamis di lautan pengetahuan. Sebagian besar kerja rohani dilakukan dari larut malam hingga fajar, saat paling minimal dalam aktivitas fisik atau lahir dan karena itu kemungkinan untuk aktivitas batinnya maksimum. Akar dari segala sesuatu terletak dalam kebalikannya. Akar dari bunga bakung yang paling indah, lembut, putih, dan sangat menarik terletak di dalam lumpur, begitu pula akar dari aktivitas batin yang maksimal terletak pada keberdiaman batin.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *