Surah al-Muzzammil 73 ~ Tafsir Sayyid Quthb (4/4)

Dari Buku:
Tafsīr fi Zhilāl-il-Qur’ān
Oleh: Sayyid Quthb
 
Penerbit: Gema Insani

Rangkaian Pos: Surah al-Muzzammil 73 ~ Tafsir Sayyid Quthb

Setelah dilukiskannya pemandangan yang menakutkan pada alam semesta dan pada jiwa manusia, disentuhnyalah hati mereka agar sadar dan memilih jalan keselamatan…… yaitu jalan Allah….

إِنَّ هذِهِ تَذْكِرَةٌ فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيْلًا.

Sesungguhnya ini adalah suatu peringatan. Maka barang siapa yang menghendaki niscaya ia menempuh jalan (yang menyampaikannya) kepada Tuhannya.” (al-Muzzammil: 19).

Sungguh jalan kepada Allah itu lebih aman dan lebih mudah, daripada jalan hidup yang meragukan, yang membawa kepada ketakutan dan kesengsaraan.

Ketika ayat-ayat ini turun menggoncangkan hati orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, pada waktu yang sama ia justru membawa rahmat, kepercayaan, dan keyakinan kepada Rasūlullāh s.a.w. dan golongan minoritas mu’min yang lemah waktu itu. Karena mereka merasa bahwa Tuhan mereka selalu menyertai mereka, memerangi musuh-musuh mereka, dan menyiksa musuh-musuh tersebut.

Tangguh yang diberikan kepada orang-orang yang mendustakan itu hanya sebentar, hanya sampai pada waktu tertentu, setelah itu semuanya berlalu, ketika ajal telah tiba dan Allah menyiksa musuh-musuhNya dan musuh-musuh orang beriman dengan belenggu-belenggu yang berat, neraka yang menyala-nyala, dan ‘adzāb yang pedih.

Sesungguhnya Allah tidak akan menyerahkan kekasih-kekasihNya kepada musuh-musuhNya, meskipun musuh-musuhNya itu diberi-Nya tangguh hingga suatu masa….

Pemberian Keringanan.

Sekarang, datanglah segmen kedua surah ini yang disebutkan dalam satu ayat saja, yang turun setahun kemudian sesudah turunnya segmen yang pertama, menurut pendapat yang lebih kuat:

إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُوْمُ أَدْنَى مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَ نِصْفَهُ وَ ثُلُثَهُ وَ طَائِفَةٌ مِّنَ الَّذِيْنَ مَعَكَ وَ اللهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَ النَّهَارَ عَلِمَ أَنْ لَّنْ تُحْصُوْهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ فَاقْرَؤُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ عَلِمَ أَنْ سَيَكُوْنُ مِنْكُمْ مَّرْضَى وَ آخَرُوْنَ يَضْرِبُوْنَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُوْنَ مِنْ فَضْلِ اللهِ وَ آخَرُوْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ فَاقْرَؤُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ وَ أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ وَ آتُوا الزَّكَاةَ وَ أَقْرِضُوا اللهَ قَرْضًا حَسَنًا وَ مَا تُقَدِّمُوْا لِأَنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللهِ هُوَ خَيْرًا وَ أَعْظَمَ أَجْرًا وَ اسْتَغْفِرُوا اللهَ إِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’ān. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang lainnya berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’ān dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu, niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Muzzammil: 20).

Ini adalah sentuhan keringanan yang menyejukkan, yang menghapuskan keletihan, kepenatan, dan kesulitan. Pemberian kemudahan dari Ilahi kepada Nabi dan orang-orang yang beriman. Allah telah mengetahui ketulusan beliau dan ketulusan mereka, dan kaki-kaki mereka telah bengkak karena lamanya berdiri waktu shalat malam dengan membaca bacaan-bacaan yang panjang dari al-Qur’ān. Akan tetapi Allah tidak ingin Nabi-Nya menderita karena membaca al-Qur’ān dan shalat ini. Ia hanya ingin menyiapkannya untuk mengemban tugas besar yang akan dihadapinya sepanjang hidupnya nanti, dia dan golongan minoritas yang beriman yang berjuang bersamanya.

Apa yang dibicarakan dalam ayat ini menyenangkan dan menenteramkan:

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu…..

Allah melihatmu! Berdiri dan shalat yang kamu lakukan dan dilakukan orang-orang yang beriman itu diterima dalam timbangan Allah…..

Tuhanmu mengetahui, ketika engkau dan mereka menjauhkan lambung dari tempat tidur, meninggalkan hangatnya ranjang di malam sunyi, tidak mendengar seruan tempat tidur yang meninabobokan, akan tetapi yang kau dan mereka dengar adalah seruan Allah….

Tuhanmu kasih-sayang kepadamu dan ingin meringankan bebanmu dan sahabat-sahabatmu…..

Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang….”

Dipanjangkannya yang ini dan dipendekkannya yang itu. Dipanjangkannya malam dan adakalanya dipendekkan. Kamu dan sahabat-sahabatmu terus saja melakukan shalat malam dalam waktu kurang dari dua pertiga malam, seperdua malam, atau sepertiga malam. Dia mengetahui kelemahanmu untuk melakukan begitu terus-menerus, dan Dia tidak ingin memayahkan dan memberatkan kamu. Dia hanya menginginkan kamu mengambil bekal, dan kamu pun telah mengambil bekal itu. Maka Dia memberikan keringanan kepada dirimu. Oleh karena itu, lakukanlah urusan itu dengan mudah:

Karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’ān….

Di dalam melakukan shalat malam, dengan tanpa berberat-berat dan berpayah-payah.

Dan di sana, di dalam ‘ilmu Allah, terdapat sesuatu yang menantimu, yang menghabiskan tenaga dan kekuatan, dan menjadikanmu sulit melakukan shalat malam:

Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit…..

Yang sulit baginya melakukan shalat malam ini.

Dan orang-orang lainnya berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah….

Berusaha mencari rezeki, karena ini merupakan salah satu kebutuhan yang vital bagi kehidupan. Sedang Allah tidak menghendaki kamu meniggalkan urusan-urusan kehidupanmu dan memfokuskan perhatianmu untuk melaksanakan syi‘ar-syi‘ar ‘ibādah saja sebagaimana para rahib dan biarawan.

Dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah….

Allah mengetahui bahwa Dia akan memberikan idzin kepadamu untuk membela diri dari penganiayaan orang lain dengan melakukan perang, dan untuk menegakkan bendera Islam di muka bumi yang sangat ditakuti oleh orang-orang yang zhālim itu. Karena itu, berilah keringanan kepada dirimu:

Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’ān….” dengan tanpa bersulit-sulit, bersusah-susah, dan berpayah-payah.

Konsistenlah kamu di dalam menunaikan kewajiban-kewajiban agama:

Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat…..”.

Bersedekahlah sesudah itu seakan-akan kamu memberi pinjaman kepada Allah, yang dengan begitu Allah akan mengekalkan kebaikannya untukmu:

Dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu, niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya……

Hadapkanlah dirimu kepada Allah dengan meminta ampun kepada-Nya atas kekurangan-kekuranganmu. Karena manusia itu senantiasa ada kekurangannya dan rentan terhadap kekeliruan, meski bagaimanapun ia bersungguh-sungguh dan mencari yang benar:

Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Inilah sentuhan yang penuh kasih-sayang, kemudahan, dan ketenteraman, yang datang setahun sesudah adanya seruan untuk “bangun”.

Allah memberikan keringanan kepada kaum Muslimīn, sehingga dijadikannya shalat malam itu sebagai tathawwu‘ (kesunnatan), bukan kewajiban. Adapun Rasūlullāh s.a.w. tetap berlaku bagi beliau dalam berhubungan dengan Tuhannya, dan tidak kurang dari sepertiga malam, untuk bermunājat kepada Tuhannya, dalam kesunyian dan keheningan malam. Dan di hadirat Allah ini beliau memohon bekal kehidupan dan bekal perjuangan, sedang hati beliau tidak pernah tidur meskipun kedua mata beliau tidur.

Hati Rasūlullāh s.a.w. selalu sibuk berdzikir mengingat Allah, tekun ber‘ibādah kepada Pelindungnya. Hati beliau kosong dari segala sesuatu selain Tuhannya, meski bagaimanapun beratnya beban yang dipikul di atas pundaknya, meski bagaimanapun beratnya tugas yang diembannya……

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *