Dari Buku:
Tafsir Ibnu Mas‘ud
Oleh: Muhammad Ahmad Isawi
(Penyusun dan Pentahqiq)
(Judul Asli: Tafsīru Ibni Mas‘ūd: jam‘ wa taḥqīq wa dirāsah)
Penerjemah: Ali Murtadho Syahudi
Penerbit: PUSTAKA AZZAM
وَ رَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيْلًا.
“Dan bacalah al-Qur’ān itu dengan perlahan-lahan”
(al-Muzzammil [73]: 4).
‘Alqamah membaca (di dekat) ‘Abdullāh. Maka ‘Abdullāh berkata: “Bacalah dengan pelan-pelan, karena bacaan pelan akan menghiasi al-Qur’ān.” (1215[efn_note]1215). Ad-Durr 6: 277. Redaksinya adalah: “Karena ia” yakni membacanya dengan tartil (perlahan-lahan).[/efn_note]).
Seorang laki-laki menemui ‘Abdullāh bin Mas‘ūd lalu berkata: “Kemarin aku membaca surah-surah al-Mufashshal dalam satu rakaat.” Maka ‘Abdullāh berkata: “Mengapa semrawut (terlalu cepat) seperti biji-biji kurma, dan terlalu cepat seperti bacaan syair? Sungguh aku mengetahui surah-surah sepadan yang digabungkan Rasulullah s.a.w., yaitu dua surah dalam satu rakaat.” (1217[efn_note]1217). Al-Musnad 6: 62-63. Ia juga meriwayatkan dengan redaksi yang sama 6: 95 dari Muḥammad bin Ja‘far dari Syu‘bah dari ‘Amru bin Murrah dari Abū Wail. Dan juga 5: 215 dari Abū Mu‘āwiyah dari al-A‘masy dari Syaqīq. Ia menyebutkan bahwa laki-laki tersebut berasal dari Bani Bujailah yang bernama Nuhaik bin Sinān. Di dalamnya disebutkan: “….. Sesungguhnya di antara shalat yang baik adalah ruku‘ dan sujud. Dan sesungguhnya akan ada orang yang membaca al-Qur’ān tapi (hanya) sampai ke kerongkongan mereka. Akan tetapi jika ia membacanya dan melekat dalam hatinya, baru itu bermanfaat baginya…”
Al-Bukhārī meriwayatkan dengan redaksi yang sama dalam Shaḥīḥ-nya 1: 151 dari Ādam dan Syu‘bah dari ‘Amru bin Murrah dari Abū Wail.
Muslim meriwayatkan dengan redaksi yang sama dalam Shaḥīḥ-nya 1: 563-565 dari Abū Bakar bin Abī Syaibah dan Ibnu Numair dari Wāki‘ dari al-A‘masy dari Abū Wail seperti riwayat Aḥmad dari Abū Mu‘āwiyah. Dan juga dari Abu Kuraib dari Abū Mu‘āwiyah dari al-A‘masy. Dan juga dari Isḥāq bin Ibrāhīm dari ‘Īsā bin Yūnus dari al-A‘masy. Dan juga dari ‘Abd bin Ḥumaid dari Ḥusain bin ‘Alī al-Ja‘fī dari Zā’idah dari Manshūr dari Syaqīq. Dan juga dari Muḥammad bin al-Mutsannā dan Ibnu Basysyār dari Muḥammad bin Ja‘far dari Syu‘bah dari ‘Āmir bin Murrah dari Abū Wail.
At-Tirmidzī meriwayatkannya dalam Shaḥīḥ-nya 3: 82-83 dari Maḥmūd bin Ghailān dari Abū Dāūd dari Syu‘bah dari al-A‘masy seperti riwayat Aḥmad dari Abū Mu‘āwiyah. Ia berkata: “Ḥasan shaḥīḥ.”
An-Nasā’ī meriwayatkannya dalam Sunan-nya 2: 175 dari Ismā‘īl bin Mus‘ūd dari Khālid dari Syu‘bah dari ‘Amru bin Murrah dari Abūu Wail dengan redaksi yang sama.
Al-Baghawī meriwayatkannya dalam al-Ma‘ālim 7: 137-138 dari ‘Abd-ul-Wāḥid al-Māliḥī dari Aḥmad bin ‘Abdullāh an-Nu‘mānī dari Muḥammad bin Yūsuf dari Muḥammad bin Ismā‘īl dari Ādam dari Syu‘bah dari ‘Amru bin Murrah dengan redaksi yang sama.
Ibnu Katsīr mengutipnya dalam at-Tafsīr 8: 277 dari al-Bukhārī dari Ādam.
As-Suyūthī mengutipnya dalam ad-Durr 6: 49 pada surah Muḥammad ayat 15 dari Ibnu Abī Syaibah, al-Bukhārī, Muslim, at-Tirmidzī dan an-Nasā’ī dari Abū Wail. Lihat awal surah Ghāfir, awal surah ad-Dhukhān dan awal surah ar-Raḥmān.[/efn_note]).
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَ أَقْوَمُ قِيْلًا.
“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu‘) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.”
(al-Muzzammil [73]: 6).
إِنَّ لَدَيْنَا أَنْكَالًا وَ جَحِيْمًا.
“Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang menyala-nyala”
(al-Muzzammil [73]: 12).
فَكَيْفَ تَتَّقُوْنَ إِنْ كَفَرْتُمْ يَوْمًا يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيْبًا.
“Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban.”
(al-Muzzammil [73]: 17).
Maka mereka pun digiring ke neraka dalam jumlah yang sangat besar. Saat itulah setiap anak menjadi beruban. (1221[efn_note]1221). Jāmi‘ 29: 86-87. As-Suyūthī mengutipnya dalam ad-Durr 6: 279 dari Ibn-ul-Mundzir. Di dalamnya disebutkan: “Sesungguhnya Tuhan kita akan memanggil Nabi Ādam a.s. lalu berfirman: “Wahai Ādam, keluarkanlah utusan Neraka (orang-orang yang akan digiring ke nereka)….” Di dalamnya disebutkan “Digiring” sebagai ganti “Jumlah yang sangat besar.”
Ibnu Ḥanbal meriwayatkan dalam al-Musnad 5: 250 dari ‘Ammār dari Muḥammad putra saudara perempuan Sufyān ats-Tsaurī dari Ibrāhīm dari Abul-Ahwash dari ‘Abdullāh, ia berkata: “Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla akan mengutus malaikat yang akan menyeru: “Wahai Ādam, sesungguhnya Allah menyuruhmu untuk mengeluarkan keturunanmu yang akan digiring ke Neraka.” Ādam berkata: “Wahai Tuhan, berapakah jumlah mereka?”
Katanya, melanjutkan: Maka dikatakan kepadanya: “Dari setiap 100 orang 99 orang.”
Ia juga meriwayatkannya dari ‘Ubaidah dari Ibrāhīm bin Muslim Abū Isḥāq al-Ḥajarī. Syākir memvonisnya dha‘īf karena Ibrāhīm al-Ḥajarī dha‘īf.
Ibnu Katsīr mengutipnya darinya dalam at-Tafsīr 5: 388 pada surah al-Ḥajj ayat 1.[/efn_note]).
وَ آخَرُوْنَ يَضْرِبُوْنَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُوْنَ مِنْ فَضْلِ اللهِ وَ آخَرُوْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ
“…..dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah”
(al-Muzzammil [73]: 20).
Siapa saja orang yang mendatangkan sesuatu (logistik/barang dagangan) ke salah satu kota umat Islam dengan bersabar dan mengharap pahala dari Allah lalu ia menjualnya dengan harga pasar, maka kedudukannya di sisi Allah seperti orang yang mati syahid.
Kemudian ‘Abdullāh membaca ayat: (وَ آخَرُوْنَ يَضْرِبُوْنَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُوْنَ مِنْ فَضْلِ اللهِ وَ آخَرُوْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ) “…..dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah” (1222[efn_note]1222). Ma‘ālim 7: 142. Az-Zamakhsyarī meriwayatkannya dalam al-Kasysyāf 4: 155.
Ibnu Ḥajar mengeluarkannya dalam al-Kāfī; 179 dari ats-Tsa‘labī dari riwayat Farqad as-Sabkhī dari Ibrāhīm dari Ibnu Mas‘ūd secara mauqūf. Ia berkata: “Farqad dha‘īf. Ibnu Mardawaih meriwayatkannya secara maushūl dengan menyebut ‘Alqamah (dan) Ibrāhīm serta ‘Abdullāh. Ia juga meriwayatkannya secara marfū‘ dan menambahkan: Kemudian ia membaca: “Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi.”
Ar-Rāzī meriwayatkannya dalam al-Mafātīḥ 8: 260, dan al-Qurthubī dalam al-Aḥkām 19: 54.[/efn_note]).