Hati Senang

Surah al-Muzzammil 73 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan (1/2)

Cover Buku Tafsir Hidayat-ul-Insan oleh Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsīru Hidāyat-il-Insān Judul Asli: (هداية الإنسان بتفسير القران) Disusun oleh: Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa Dari Situs: www.tafsir.web.id

Surah al-Muzzammil (Orang Yang Berselimut)
Surah ke-73. 20 ayat. Makkiyyah

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

 

Ayat 1-9: Petunjuk-petunjuk Allah subḥānahu wa ta‘ālā kepada Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam untuk mempersiapkan mental agar siap memikul beban da‘wah, dan kewajiban shalat malam atas Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam.

 

يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ. قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيْلًا. نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيْلًا. أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَ رَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيْلًا. إِنَّا سَنُلْقِيْ عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيْلًا. إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْءًا وَ أَقْوَمُ قِيْلًا. إِنَّ لَكَ فِي النَّهَارِ سَبْحًا طَوِيْلًا. وَ اذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَ تَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيْلًا. رَبُّ الْمَشْرِقِ وَ الْمَغْرِبِ لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيْلًا.

  1. Wahai orang yang berselimut (25421) (Muḥammad)!
  2. (25432) Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari (25443), kecuali sebagian kecil,
  3. (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu.
  4. Atau lebih dari (seperdua) itu (25454), dan bacalah al-Qur’ān itu dengan perlahan-lahan. (25465)
  5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kapadamu. (25476)
  6. (25487) Sungguh, bangun malam (25498) itu lebih kuat (mengisi jiwa) (25509); dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan.
  7. Sesungguhnya pada siang hari engkau sangat sibuk dengan urusan-urusan yang panjang. (2551)
  8. Dan sebutlah nama Tuhanmu (255210), dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati. (255311)
  9. (Dialah) Tuhan timur dan barat, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai Pelindung. (255412)

 

Ayat 10-14: Perintah kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam untuk bersabar terhadap gangguan kaum musyrik dan tidak mempedulikan mereka sampai Allah subḥānahu wa ta‘ālā yang sendiri membalas mereka.

 

وَ اصْبِرْ عَلَى مَا يَقُوْلُوْنَ وَ اهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيْلًا. وَ ذَرْنِيْ وَ الْمُكَذِّبِيْنَ أُوْلِي النَّعْمَةِ وَ مَهِّلْهُمْ قَلِيْلًا. إِنَّ لَدَيْنَا أَنْكَالًا وَ جَحِيْمًا. وَ طَعَامًا ذَا غُصَّةٍ وَ عَذَابًا أَلِيْمًا. يَوْمَ تَرْجُفُ الْأَرْضُ وَ الْجِبَالُ وَ كَانَتِ الْجِبَالُ كَثِيْبًا مَّهِيْلًا.

  1. (255513) Dan bersabarlah (Muḥammad) terhadap apa yang mereka (255614) katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik.
  2. Dan biarkanlah Aku (yang bertindak) terhadap orang-orang yang mendustakan (255715), yang memiliki segala kenikmatan hidup (255816), dan berilah mereka penangguhan sebentar. (255917)
  3. Sungguh, di sisi Kami ada belenggu-belenggu (yang berat) dan neraka yang menyala-nyala, (256018)
  4. dan (ada) makanan yang menyumbat di kerongkongan (256119) dan ‘adzāb yang pedih.
  5. (Ingatlah) pada hari ketika bumi dan gunung-gunung berguncang keras, dan menjadilah gununggunung itu (256220) seperti onggokan pasir yang dicurahkan. (256321)

Catatan:

  1. 2542). Ya‘ni yang menyelimuti dirinya dengan kain ketika wahyu datang karena takut kepadanya disebabkan kemuliaannya. Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam berselimut ini ketika Allah subḥānahu wa ta‘ālā memuliakan Beliau dengan risalah-Nya dan mulai menurunkan wahyu kepada Beliau dengan perantaraan malaikat Jibrīl. Ketika itu, Beliau melihat perkara yang belum pernah dilihatnya dan tidak ada yang dapat teguh menghadapinya kecuali para rasūl, maka Beliau terperanjat ketika melihat malaikat Jibrīl ‘alaih-is-salām. Setelah itu, Beliau mendatangi istrinya dan berkata dalam keadaan bergemetar: “Selimutilah aku! Selimutilah aku.” Selanjutnya Allah subḥānahu wa ta‘ālā memberikan keteguhan kepadanya dan wahyu pun kemudian turun beturut-turut. Demikianlah yang diterangkan sebagian mufassir.
    Dalam Tafsīr Ibnu Katsīr disebutkan: Al-Ḥāfizh Abū Bakar Aḥmad bin ‘Amr bin ‘Abd-ul-Khāliq al-Bazzār meriwayatkan dari Jābir ia berkata: “Orang-orang Quraisy berkumpul di Dār-un-Nadwah dan berkata: “Namailah orang ini (Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam) dengan nama yang dapat menghalangi manusia darinya.” Maka (sebagian) dari mereka berkata: “Seorang dukun.” Yang lain berkata: “Dia bukan dukun.” Sebagian mereka berkata: “Orang gila.” Sebagian lagi berkata: “Dia bukan orang gila.” Sebagian mereka berkata: “Seorang pesihir.” Sebagian lagi berkata: “Dia bukan pesihir.” Maka orang-orang musyrik berpecah belah dalam hal itu sehingga sampailah berita itu kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam, lalu Beliau menyelimuti dirinya dengan kainnya dan berkemul dengannya. Kemudian malaikat Jibrīl ‘alaih-is-salām datang kepadanya sambil berkata: “Wahai orang yang berselimut (muzzammil) – Wahai orang yang berkemul (muddatstsir)!” Selanjutnya al-Bazzār mengomentari hadits ini: “Mu‘allā bin ‘Abd-ir-Raḥmān telah dibicarakan oleh banyak ahli ‘ilmu, namun mereka membawa haditsnya, akan tetapi ia sendiri membawakan hadits-hadits yang tidak ada mutābi‘ (penguat dari jalan yang sama)nya.” Kami tidak mengetahui, apakah surat al-Muzzammil turun karena sebab sebelumnya atau karena sebab yang diterangkan dalam Tafsīr Ibnu Katsīr tersebut, wallāhu a‘lam.
    Di surah ini, Allah subḥānahu wa ta‘ālā memerintahkan Nabi-Nya shallallāhu ‘alaihi wa sallam untuk beribadah, kemudian memerintahkannya untuk bersabar terhadap gangguan kaumnya dan memerintahkan untuk tetap berda‘wah serta memerintahkan Beliau untuk mengerjakan ibadah yang paling utama yaitu shalat dan di waktu yang paling utama, yaitu malam.
  2. 2543). Abū Dāwūd meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Ibnu ‘Abbās ia berkata: “Ketika turun awal surah al-Muzzammil, maka mereka (para sahabat) melakukan qiyām-ul-lail seperti yang mereka lakukan di bulan Ramadhān sehingga turun ayat terakhir, di mana antara awal ayat dan akhirnya jarak turunnya hampir setahun.” (Syaikh Muqbil berkata: “Hadits ini para perawinya adalah para perawi hadits shaḥīḥ selain Aḥmad bin Muḥammad al-Marwazī Abul-Ḥasan, namun ia tsiqah. Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarīr di juz 29 hal. 124-125 di mana para perawinya adalah para perawi hadits shaḥīḥ. Ibnu Abī Ḥātim juga meriwayatkannya dalam Tafsīr Ibnu Katsīr juz 4 hal. 436 dan para perawinya adalah para perawi hadits shaḥīḥ.”). Dengan demikian, shalat malam pada mulanya wajib, sebelum turun ayat ke 20 dalam surat ini. Setelah turunnya ayat ke 20 ini hukumnya menjadi sunat.
  3. 2544). Termasuk rahmat Allah ta‘ālā adalah Dia tidak memerintahkan Beliau melakukan qiyām-ul-lail semalaman suntuk, tetapi sedikit daripadanya. Di ayat selanjutnya, Dia menentukannya, yaitu separuhnya atau kurang daripadanya seperti sepertiga.
  4. 2545). Seperti dua pertiga.
  5. 2546). Hal itu, karena membaca al-Qur’ān dengan tartīl dapat membantu untuk mentadabburi dan memikirkan ma‘nanya, menggerakkan hati, dapat beribadah dengan ayat-ayatnya dan dapat menjadikan diri bersiap-siap secara sempurna (fokus) kepadanya.
  6. 2547). Ya‘ni Kami akan mewahyukan kepadamu al-Qur’ān yang berat ini; yang agung maknanya dan sifatnya. Jika demikian sifatnya, maka berhak diperhatikan dengan serius, dibaca dengan tartīl dan dipikirkan isinya.
  7. 2548). Selanjutnya Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyebutkan hikmah diperintahkan melakukan qiyām-ul-lail.
  8. 2549). Setelah tidur.
  9. 2550). Ya‘ni lebih dekat untuk mencapai maksud al-Qur’ān. Ketika itu, lisan dan hati sejalan, kesibukan berkurang, ia dapat memahami apa yang dia ucapkan dan urusannya sedang fokus. Berbeda dengan di siang hari, maka hal itu tidak dapat tercapai.
  10. 2552). Ya‘ni ucapkanlah “Bismillāh-ir-raḥmān-ir-raḥīm” dalam memulai bacaanmu. Atau maksudnya perintah untuk dzikrullāh.
  11. 2553). Ya‘ni fokuskanlah beribadah dan kembali kepada-Nya.
  12. 2554). Ya‘ni yang diserahi semua urusan atau yang menjaga dan mengurus semua urusanmu.
  13. 2555). Setelah Allah subḥānahu wa ta‘ālā memerintahkan shalat secara khusus kepada Nabi-Nya shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan berdzikr secara umum sehingga seorang hamba memiliki kemampuan untuk memikul beban dan mengerjakan pekerjaan yang berat, maka Allah subḥānahu wa ta‘ālā memerintahkan Beliau bersabar terhadap apa yang diucapkan oleh orang-orang yang menentang Beliau, mencaci-maki Beliau dan mencaci-maki apa yang Beliau bawa, dan agar Beliau tetap terus melaksanakan perintah Allah, tidak berhenti hanya karena ada yang menghalangi, dan agar Beliau menghajr (meninggalkan) mereka dengan cara yang baik yang sesuai maslahat yang tidak ada gangguan padanya. Maka Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam meninggalkan mereka dan berpaling dari mereka dan dari ucapan mereka yang menyakitkan serta memerintahkan Beliau untuk berdebat dengan cara yang baik.
  14. 2556). Kaum kafir Makkah.
  15. 2557). Seperti para tokoh mereka (kaum kafir Makkah).
  16. 2558). Mereka bersikap melampaui batas ketika Allah subḥānahu wa ta‘ālā meluaskan rezeki-Nya dan melimpahkan karunia-Nya, seperti yang difirmankan Allah subḥānahu wa ta‘ālā: “Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, – Karena dia melihat dirinya serba cukup.” (Terj. al‘Alaq: 6-7)
  17. 2559). Oleh karena itu, tidak lama kemudian para tokoh mereka terbunuh di perang Badar.
  18. 2560). Yang disiapkan untuk mereka yang mendustakan itu.
  19. 2561). Ya‘ni tidak keluar dari mulut dan tidak turun ke perut. Entah makanan itu zaqqūm, dharī‘ (pohon yang berduri), ghisīn (campuran darah dan nanah), atau duri dari neraka. Hal itu, karena pahitnya makanan itu, atau baunya yang tidak sedap dan menyakitkannya makanan tersebut.
  20. 2562). Yang sebelumnya kokoh, kuat dan keras.
  21. 2563). Setelah itu dilumatkan menjadi debu yang berhamburan.
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.