Hati Senang

Surah al-Muzzammil 73 ~ Tafsir al-Azhar (2/3)

Dari Buku:
Tafsir al-Azhar
Oleh: Prof. Dr. HAMKA

Penerbit: PT. Pustaka Islam Surabaya

II

وَ اصْبِرْ عَلَى مَا يَقُوْلُوْنَ وَ اهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيْلًا. وَ ذَرْنِيْ وَ الْمُكَذِّبِيْنَ أُوْلِي النَّعْمَةِ وَ مَهِّلْهُمْ قَلِيْلًا. إِنَّ لَدَيْنَا أَنْكَالًا وَ جَحِيْمًا. وَ طَعَامًا ذَا غُصَّةٍ وَ عَذَابًا أَلِيْمًا. يَوْمَ تَرْجُفُ الْأَرْضُ وَ الْجِبَالُ وَ كَانَتِ الْجِبَالُ كَثِيْبًا مَّهِيْلًا. إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُوْلًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَى فِرْعَوْنَ رَسُوْلًا. فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُوْلَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيْلًا. فَكَيْفَ تَتَّقُوْنَ إِنْ كَفَرْتُمْ يَوْمًا يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيْبًا. السَّمَاءُ مُنْفَطِرٌ بِهِ كَانَ وَعْدُهُ مَفْعُوْلًا. إِنَّ هذِهِ تَذْكِرَةٌ فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيْلًا.

73: 10. Dan bersabarlah engkau atas apa yang mereka katakan itu dan hijrahlah dari mereka dengan hijrah yang indah.
73: 11. Dan biarkanlah Aku bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, yang mempunyai kemewahan dan berilah mereka tangguh sejenak.
73: 12. Sesungguhnya di sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang bernyala-nyala,
73: 13. Dan makanan yang mempunyai sekangan dan adzab yang pedih.
73: 14. Pada hari, yang akan bergoncang bumi dan gunung-gunung dan jadilah gunung-gunung itu tumpukan pasir yang beterbangan.
73: 15. Sesungguhnya telah Kami utus kepada kamu seorang Rasūl, yang akan jadi saksi terhadap kamu, sebagaimana Kami telah utus kepada Fir‘aun seorang Rasūl.
73: 16. Maka mendurhakalah Fir‘aun terhadap Rasūl itu, maka Kami siksalah dia dengan siksaan yang ngeri.
73: 17. Maka betapakah kamu akan dapat memelihara diri jika kamu kafir pada hari yang menyebabkan anak-anakpun akan tumbuh uban.
73: 18. Langitpun jadi pecah-belah hari itu. Adalah janji Allah itu pasti berlaku.
73: 19. Ini adalah suatu peringatan; maka barang siapa yang mau niscaya ditempuhnyalah jalan kepada Tuhannya.

 

***

Dan bersabarlah engkau atas apa yang mereka katakan itu”. (Pangkal ayat 10). Macam-macamlah kata-kata yang dilontarkan oleh kaum musyrikin itu terhadap Nabi s.a.w. untuk melepaskan rasa dendam dan benci. Dituduh gila, dituduh tukang sihir, dituduh tukang tenung dan sebagainya. Maka disuruh Tuhanlah Nabi bersabar, jangan naik darah, hendaklah berkepala dingin mendengarkan kata-kata demikian. Karena jika kesabaran hilang, pedoman jalan yang akan ditempuh atau rencana yang tengah diperbuat akan gagal semua tersebab hilang kesabaran. Sabar adalah satu syarat mutlak bagi seorang Nabi atau seorang pemimpin yang ingin berhasil dalam perjuangannya. “dan hijrahlah dari mereka dengan hijrah yang indah” (Ujung ayat 10).

Hijrah yang dimaksud di sini belumlah hijrah negeri, khususnya belum hijrah ke Madīnah. Hijrah di sini ialah dengan jalan menjauhi mereka, jangan dirapatkan pergaulan dengan mereka. Jika mereka memaki-maki atau mencela, berkata yang tidak bertanggungjawab, sambutlah dengan sabar dan jangan dibalas dengan sikap kasar pula. Hijrah yang indah ialah membalas sikap mereka yang kasar itu dengan budi yang luhur, dengan akhlak yang tinggi. Tentang keluhuran budi itu telah ada pengakuan Allah atas Rasūl-Nya pada ayat 4 dari Sūrat ke-68, al-Qalam yang telah kita uraikan terlebih dahulu. Lantaran itu bagaimanapun sakitnya telinga mendengarkan caci maki mereka, janganlah Nabi menghadapi mereka, jauhi saja mereka.

dan biarkanlah Aku bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu”. (Pangkal ayat 11). Janganlah engkau menuntut balas sendiri terhadap kekasaran sikap orang-orang yang mendustakan itu. Teruskan saja melakukan da‘wah yang ditugaskan Tuhan ke atas pundakmu. Tentang menghadapi orang-orang seperti itu dan menentukan hukumnya, serahkan sajalah kepada Allah; “Yang mempunyai kemewahan”. Biasanya mereka berani mendustakan Rasūl Allah mentang-mentang mereka kaya, mentang-mentang mereka hidup mewah penuh ni‘mat, sehingga mereka tidak mau mengingat bahwa ni‘mat yang mereka gelimangi itu mereka terima dari Allah; “dan berilah mereka tangguh sejenak” (Ujung ayat 11). Artinya, biarkanlah mereka bersenang-senang, bermewah-mewah sebentar waktu. Akan berapalah lamanya dunia ini akan mereka pakai. Kemewahan itu tidak akan lama. Ada-ada saja jalannya bagi Tuhan untuk mencabut kembali ni‘mat itu kelak. Karena Tuhan itu Maha Kuasa memutarbalikkan sesuatu. Sejauh-jauh perjalanan hidup, akhirnya akan mati. Segagah-gagah badan waktu muda, kalau umur panjang tentu akan tua. Sesehat-sehat badan, satu waktu akan sakit. Atau harta itu sendiri licin tandas, sebagaimana licin tandasnya kebon yang terbakar karena yang empunyanya bakhil semua, sebagai dijelaskan Tuhan dalam Sūrat ke-68 al-Qalam juga.

Sesungguhnya di sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat”. (Pangkal ayat 12). Yang akan dibelenggukan kepada kaki, tangan dan leher mereka kelak, karena kekafiran dan tidak mau menerima Kebenaran itu; “dan neraka yang bernyala-nyala” (Ujung ayat 12). Ke dalam neraka yang bernyala-nyala itulah mereka akan dihalaukan di kemudian hari sebagai makhluk yang hina karena penuh dengan kesalahan. “Dan makanan yang mempunyai sekangan” (Pangkal ayat 13). Ada semacam makanan dalam neraka yang bernyala-nyala itu nanti bila dimakan dia akan tersekang dikerongkongan; masuk ke dalam perut tidak mau, dikeluarkan kembalipun tidak mau; “dan adzab yang pedih” (Ujung ayat 13). Artinya ada lagi beberapa siksaan lain yang akan mereka derita. Pada waktu itu, adzab siksaan yang akan mereka terima adalah sepadan dengan kesombongan dan besar kepala mereka di kala kedatangan Nabi.

Pada hari, yang akan bergoncang bumi dan gunung-gunung”. (Pangkal ayat 14). Karena kiamat ketika itu telah datang: “dan jadilah gunung-gunung itu tumpukan pasir yang beterbangan”. (Ujung ayat 14).

Meskipun pemuka-pemuka Quraisy yang kena ancaman itu belum mendapati ketika bumi dan gunung-gunung akan bergoncang karena kiamat, namun nasib mereka yang menantang Nabi tidak jugalah baik. Mana yang tidak tunduk menemui kematian yang sengsara disertai malu keluarga yang tinggal karena kekalahan di Perang Badr. Dan ancaman bahwa kiamat akan datang adalah hal yang diyakini, sebab ‘alam ini tidaklah kekal.

Kemudian itu datanglah peringatan Allah untuk mendekatkan soal ini ke dalam hati orang-orang yang kafir itu.

Sesungguhnya telah Kami utus kepada kamu seorang Rasūl”. (Pangkal ayat 15). Peringatan kepada kaum Quraisy itu, bahwa yang datang kepada mereka ini adalah Utusan Tuhan, Muḥammad, dibangkitkan dalam kaum keluarga mereka sendiri, bukan orang lain yang datang dari negeri lain; “yang akan jadi saksi terhadap kamu”. Artinya bahwa Rasūl itu akan menjadi saksi di hadapan Tuhan siapa di antara kamu yang ta‘at, patuh dan percaya akan panggilan Rasūl itu dan siapa pula yang kafir, tidak mau percaya. “sebagaimana Kami telah utus kepada Fir‘aun seorang Rasūl” (Ujung ayat 15). Dibandingkan oleh Allah kedatangan Muḥammad yang sekarang kepada kaumnya, dengan kedatangan Mūsā kepada Fir‘aun.

Maka mendurhakalah Fir‘aun terhadap Rasūl itu”. (Pangkal ayat 16). Ditolak, dibantahnya dan dia membanggakan diri kepada Mūsā, sampai Fir‘aun itu menda‘wahkan bahwa dirinyalah yang Tuhan; “maka Kami siksalah dia dengan siksaan yang ngeri” (Ujung ayat 16). Kami tenggelamkan Fir‘aun itu ke dalam dasar laut dan mampus dia di sana bersama tentara yang mengikuti dia, dan diselamatkan Allah Mūsā, Rasūl Allah bersama Rasūl Allah Hārūn dan Bani Isrā’īl sampai ke seberang.

Dengan menyebutkan hal ini Allah memberikan peringatan bahwa kalau Fir‘aun, Raja Besar bisa remuk redam kena adzab siksaan yang ngeri karena menentang Tuhan, niscaya mereka itu, kaum Quraisy yang masih kufur kalau masih tidak juga berobah mudah saja bagi Tuhan menghukumnya.

Maka betapakah kamu akan dapat memelihara diri jika kamu kafir”. (Pangkal ayat 17). Ke mana kamu akan lari? Sedangkan Fir‘aun dengang tentaranya yang besar tidak dapat memelihara dirinya dari adzab Allah ta‘ālā jika adzab itu datang menimpa?; “pada hari yang menyebabkan anak-anakpun akan tumbuh uban”. (Ujung ayat 17). Ngeri sangat hari itu kelak. Saking ngerinya, anak kecil yang belum dewasapun bisa tumbuh uban dibuatnya. Inilah satu ungkapan melukiskan kengerian yang amat dahsyat. Sedangkan seorang yang muda belia, belum patut tumbuh uban, jika diberi tanggungjawab yang berat, bisa segera tumbuh uban, karena berfikir.

Orang bertanya kepada ‘Abd-ul-Mālik bin Marwān yang menjadi Khalīfah pada usia masih muda, padahal belum cukup tiga tahun memerintah, kepalanya sudah beruban. Lalu ada orang bertanya: “Mengapa selekas ini tumbuh uban, yā Amīr-al-Mu’minīn?” Beliau menjawab: “Naik ke atas mimbar berkhuthbah tiap hari jum‘at itu menyebabkan kepalaku penuh uban.”

Di zaman terdekat ini kita lihat Al-Marhum Presiden Mesir Jamal ‘Abdel Nasser lekas tumbuh uban setelah memerintah. Demikian juga Presiden Suharto di Indonesia. Semuanya itu adalah tekanan dari tanggungjawab. Maka kalau ayat membuat perumpamaan bahwa anak kecilpun bisa tumbuh uban dari hari itu, dapatlah kita kira-kirakan sendiri betapa hebatnya, sehingga tidaklah ada orang yang akan dapat berlepas diri dari kehebatan hari itu.

Langitpun jadi pecah-belah hari itu”. (Pangkal ayat 18). Dapatlah kita fahamkan dengan langit pecah-belah itu bahwa bintang-bintang tidak berjalan menurut ukuran insijam (harmonis)nya lagi. Daya tarik yang ada di antara satu bintang dengan bintang yang lain telah diputuskan, Matahari telah terlepas hubungan dengan sekalian bintang yang jadi satelitnya; “Adalah janji Allah itu pasti berlaku”. (Ujung ayat 18).

Artinya bahwa semuanya itu pasti terjadi, jangan dipandang enteng Kalām Allah ini.

Ini adalah suatu peringatan”. (Pangkal ayat 19). Yang datang dari Tuhan sendiri dan Rasūl Allah adalah menyampaikan berita ini dengan jujur; “maka barang siapa yang mau niscaya ditempuhnyalah jalan kepada Tuhannya”. (Ujung ayat 19). Sebab di ayat 17 di atas sudah dijelaskan bahwa tidak seorang pun yang akan dapat berlepas diri atau memelihara diri, atau mengelak dari datangnya hari itu; sebagaimana juga maut, tidak seorang pun yang dapat mengelakkan diri dari cengkeramannya.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.