Hati Senang

Surah al-Muthaffifin 83 ~ Tafsir Ibni Katsir (1/3)

Tafsir Ibnu Katsir

Dari Buku:
Tafsir Ibnu Katsir, Juz 30
(An-Nabā’ s.d. An-Nās)
Oleh: Al-Imam Abu Fida’ Isma‘il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

SŪRAT-UL-MUTHAFFIFĪN

(Orang-orang Yang Curang)

Makkiyyah, 36 ayat
Turun sesudah Sūrat-ul-‘Ankabūt

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

Al-Muthaffifīn, ayat 1-6.

وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِيْنَ. الَّذِيْنَ إِذَا اكْتَالُوْا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُوْنَ. وَ إِذَا كَالُوْهُمْ أَوْ وَّزَنُوْهُمْ يُخْسِرُوْنَ. أَلَا يَظُنُّ أُولئِكَ أَنَّهُم مَّبْعُوْثُوْنَ. لِيَوْمٍ عَظِيْمٍ. يَوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

083: 1. Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang,
083: 2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,
083: 3. dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.
083: 4. Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,
083: 5. Pada suatu hari yang besar,
083: 6. (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.

 

Imām Nasā’ī dan Imām Ibnu Mājah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muḥammad ibnu ‘Aqīl, Ibnu Mājah menambahkan dari ‘Abd-ur-Raḥmān ibnu Bisyr, keduanya mengatakan bahwa telah mencertitakan kepada kami ‘Alī ibn-ul-Ḥusain ibnu Wāqid, telah mencertitakan kepadaku ayahku, dari Yazīd ibnu Abī Sa‘īd an-Nahwī maula Quraisy, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbās yang mengatakan bahwa ketika Nabi s.a.w. tiba di Madinah, orang-orang Madinah terkenal dengan kecurangannya dalam hal takaran. Maka Allah s.w.t. menurunkan firman-Nya:

وَ أَوْفُوا الْكَيْلَ إِذَا كِلْتُمْ وَزِنُوْا بِالقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيْمِ ذلِكَ خَيْرٌ وَ أَحْسَنُ تَأْوِيْلًا

Dan sempurnakanlah takaran apabila kalian menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” (al-Isrā’: 35).

وَ أَوْفُوا الْكَيْلَ وَ الْمِيْزَانَ بِالْقِسْطِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar kesanggupannya.” (al-An‘ām: 152).

Dan firman Allah s.w.t.:

وَ أَقِيْمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَ لَا تُخْسِرُوا الْمِيْزَانَ

Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kalian mengurangi neraca itu.” (ar-Raḥmān: 9).

Dan Allah s.w.t. telah membinasakan kaum Syu‘aib dan menghancurkannya disebabkan mereka curang terhadap orang lain dalam melakukan takaran dan timbangan.

Kemudian Allah s.w.t. berfirman:

أَلَا يَظُنُّ أُولئِكَ أَنَّهُم مَّبْعُوْثُوْنَ. لِيَوْمٍ عَظِيْمٍ.

Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar,” (al-Muthaffifīn: 4-5)

Mereka sama sekali tidak takut kepada hari berbangkit, yang di hari itu mereka akan diberdirikan di hadapan Tuhan Yang Mengetahui semua isi dan rahasia, untuk dimintai pertanggungjawabannya, yaitu di hari yang menakutkan karena banyak peristiwa yang dahsyat terjadi di hari itu lagi sangat mengerikan. Barang siapa yang merugi di hari itu, maka dimasukkan ia ke dalam neraka yang panas.

Firman Allah s.w.t.:

يَوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ

(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.” (al-Muthaffifīn: 6)

Yakni mereka berdiri dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, lagi tidak berkhitan di tempat pemberhentian yang amat sulit, sesak, lagi menyengsarakan bagi orang yang durhaka, karena mereka diselimuti oleh murka Allah yang tiada suatu kekuatan pun atau panca indra pun yang mampu bertahan terhadapnya.

Imām Mālik telah meriwayatkan dari Nāfi‘, dari Ibnu ‘Umar r.a., bahwa Nabi s.a.w. pernah bersabda:

يَوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَتَّى يَغِيْبَ أَحَدُهُمْ فِيْ رَشْحِهِ إِلَى أَنْصَافِ أُذُنَيْهِ.

Di hari (ketika) manusia berdiri di hadapan Tuhan semesta alam, sehingga seseorang dari mereka tenggelam ke dalam keringatnya sampai sebatas pertengahan hidungnya.

Imām Bukhārī meriwayatkan hadits ini melalu Mālik dan ‘Abdullāh ibnu ‘Aun, keduanya dari Nāfi‘ dengan sanad yang sama. Imām Muslim telah meriwayatkannya melalui dua jalur pula. Demikian pula hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ayyūb ibnu Yaḥyā, Shāliḥ ibn Kaisān, dan ‘Abdullāh serta ‘Ubaidillāh (keduanya putra ‘Umar), dan Muḥammad ibnu Isḥāq, dari Nāfi‘, dari Ibnu ‘Umar dengan sanad yang sama.

Lafaz Imām Aḥmad menyebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Yazīd, telah menceritakan kepada kami Ibnu Isḥāq, dari Nāfi‘, dari Ibnu ‘Umar, bahwa ia pernah mendengar Rasūlullāh s.a.w. bersabda:

يَوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ لِعَظَمَةِ الرَّحْمنِ عَزَّ وَ جَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى إِنَّ الْعَرَقَ لَيُلْجِمُ الرِّجَالَ إِلَى أَنْصَافِ آذَانِهِمْ.

Di hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam, kelak di hari kiamat, karena kebesaran Tuhan Yang Maha Pemurah, sehingga sesungguhnya keringat benar-benar menenggelamkan orang-orang sampai batas pertengahan telinga mereka.

Hadis ini diriwayatkan oleh Imām Aḥmad, bahwa telah menceritakan kepada kami Ibrāhīm ibnu Isḥāq, telah menceritakan kepada kami Ibn-ul-Mubārak, dari ‘Abd-ur-Raḥmān ibnu Yazīd ibnu Jābir, telah menceritakan kepadaku Sulaim ibnu ‘Āmir, telah menceritakan kepadaku al-Miqdād ibnu Aswad al-Kindī yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasūlullāh s.a.w. bersabda:

إِذَا كَانَ يُوْمُ الْقِيَامَةِ اُدْنِيَتِ الشَّمْسُ مِنَ الْعِبَادِ حَتَّى تَكُوْنَ قَدْرَ مَيْلٍ أَوْ مَيْلَيْنِ – قَالَ – فَتَصْهَرُهُمُ الشَّمْسُ فَيَكُوْنُوْنَ فِي الْعَرَقِ كَقَدْرِ أَعْمَالِهِمْ، مِنْهُمْ مَنْ يَأْخُذُهُ إِلَى عَقِبَيْهِ وَ مِنْهُمْ مَنْ يَأْخُذُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَ مِنْهُمْ مَنْ يَأْخُذُهُ إِلَى حِقْوَيْهِ، وَ مِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ إِلْجَامًا.

Apabila hari Kiamat terjadi, matahari didekatkan kepada semua hamba sampai jarak satu atau dua mil. Sinar matahari memanggang mereka, maka keringat mereka sesuai dengan kadar amal perbuatan masing-masing. Di antara mereka ada yang keringatnya hanya sampai kedua mata kakinya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai pada kedua lututnya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai pada pinggangnya, dan di antara mereka ada yang benar-benar ditenggelamkan oleh keringatnya.”

Imām Muslim meriwayatkan hadis ini dari al-Ḥakam ibnu Mūsā, dari Yaḥyā ibnu Hamzah, sedangkan Imām Tirmidzī dari Suwaid, dari Ibn-ul-Mubārak, keduanya dari Ibnu Jābir dengan sanad yang sama.

Hadis lain.

Imām Aḥmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami al-Ḥasan ibnu Siwār, telah menceritakan kepada kami al-Laits ibnu Sa‘d dari Mu‘āwiyah ibnu Shāliḥ, bahwa Abū ‘Abd-ir-Raḥmān pernah menceritakan kepadanya dari Abū Umāmah, bahwa Rasūlullāh s.a.w. telah bersabda:

تُدْنُوا الشَّمْسَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى قَدْرِ مَيْلٍ وَ يُزَادُ فِيْ حَرِّهَا كَذَا وَ كَذَا، تَغْلَى مِنْهَا الْهَوَامُ كَمَا تَغْلَى الْقَدُوْرُ يَعْرُقُوْنَ فِيْهَا عَلَى قَدْرِ خَطَايَاهُمْ، مِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ إِلَى كَعْبَيْهِ وَ مِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ إِلَى سَاقَيْه، وَ مِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ إِلَى وَسْطِهِ، وَ مِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ.

Matahari didekatkan kelak di hari Kiamat sampai jaraknya hanya satu mil (tingginya), dan panasnya ditambah sebanyak sekian kali lipat, hingga membuat kepala mendidih karenanya, sebagaimana panci (yang berisikan air) mendidih; dan mereka berkeringat karenanya sesuai dengan kadar dosa-dosa mereka. Di antara mereka ada yang keringatnya sampai pada kedua mata kakinya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai pada kedua betisnya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai pertengahan tubuhnya, dan di antara mereka ada yang terbenam dalam keringatnya.

Imām Aḥmad meriwayatkannya secara munfarid (tunggal).

Hadis lain:

Imām Aḥmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ḥasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahī‘ah, telah menceritakan kepada kami Abū ‘Usyānah alias Hayy ibnu Mu’min; ia telah mendengar ‘Uqbah ibnu ‘Āmir mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasūlullāh s.a.w. bersabda:

تُدْنُوا الشَّمْسُ مِنَ الْأَرْضِ فَيَعْرِقُ النَّاسُ، فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَبْلُغُ عَرَقُهُ عَقِبَيْهِ، وَ مِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ، وَ مِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَ مِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ الْعَجْزَ، وَ مِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ الْخَاصِرَةِ، وَ مِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ مَنْكِبَيْهِ، وَ مِنْهُمْ مَنْ يَبْلُغُ وَسْطَ فِيْهِ – وَ أَشَارَ بِيَدِهِ فَأَلْجَمَهَا فَاهُ، رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يُشِيْرُ بِيَدِهِ هكَذَا – وَ مِنْهُمْ مَنْ يُغطِّيْهِ عَرَقَهُ.

Matahari mendekat ke bumi, maka manusia berkeringat; di antara mereka ada yang keringatnya sampai batas kedua mata kakinya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai ke pertengahan betisnya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai pada kedua lututnya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai ke pantatnya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai pada pingangnya, di antara mereka ada yang keringatnya sampai pada kedua pundaknya, dan di antara mereka ada yang keringatnya mencapai pertengahan mulutnya – ‘Uqbah mengisyaratkan ke mulutnya, lalu mencocoknya seraya mengatakan bahwa aku melihat Rasūlullāh s.a.w. mengisyaratkan demikian dengan tangannya -, dan di antara mereka ada yang tenggelam oleh keringatnya.”

‘Uqbah mengisyaratkan dengan tangannya menggambarkan seseorang tenggelam. Imām Aḥmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid. Di dalam hadis lain disebutkan bahwa mereka berdiri selama tujuh puluh tahun tanpa ada yang berbicara. Menurut pendapat yang lainnya, mereka berdiri selama tiga ratus tahun, dan menurut pendapat yang lainnya lagi empat puluh ribu tahun, lalu dilakukan peradilan di antara mereka dalam masa yang lamanya sepuluh ribu tahun, sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Shaḥīḥ Muslim melalui Abū Hurairah secara marfū‘:

فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ

Dalam sehari yang lamanya sama dengan lima puluh ribu tahun (menurut perhitungan kamu).”

Ibnu Abī Ḥātim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abū ‘Aun az-Ziyādī, telah menceritakan kepada kami ‘Abd-us-Salām ibnu ‘Ajlān, bahwa ia pernah mendengar Abū Yazīd al-Madanī menceritakan hadis berikut dari Abū Hurairah yang mengatakan bahwa Rasūlullāh s.a.w. pernah bersabda kepada Basyīr al-Ghiffārī:

كَيْفَ أَنْتَ صَانِعٌ فِيْ يَوْمٍ يَقُوْمُ النَّاسُ فِيْهِ ثَلاَثُمِئَةِ سَنَةٍ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ مِنْ أَيَّامِ الدُّنْيَا لَا يَأْتِيْهِمْ فِيْهِ خَيْرٌ مِنَ السَّمَاءِ وَ لَا يُؤْمَرُ فِيْهِمْ بِأَمْرٍ؟

Apakah yang akan engkau perbuat di hari (ketika) manusia berdiri padanya selama tiga ratus tahun menghadap kepada Tuhan Yang menguasai semesta alam menurut perhitungan hari dunia; tiada suatu berita pun dari langit datang kepada mereka dan tiada suatu keputusan pun yang diperintahkan kepada mereka?Basyīr al-Ghiffāri menjawab: “Hanya kepada Allah-lah kami meminta pertolongan.” Nabi s.a.w. bersabda:

فَإِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْ كُرَبِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَ سُوْءِ الْحِسَابِ.

Maka apabila kamu telah mengungsi di peraduanmu, mohonlah perlindungan kepada Allah dari kesusahan di hari Kiamat dan hisab yang buruk.”

Ibnu Jarīr meriwayatkan hadis ini melalui jalur ‘Abd-us-Salām dengan sanad yang sama.

Di dalam kitab Sunan Abū Dāūd disebutkan bahwa Rasūlullāh s.a.w. sering memohon perlindungan kepada Allah dari sempitnya tempat berdiri di hari Kiamat.

Diriwayatkan dari Ibnu Mas‘ūd, bahwa mereka berdiri selama empat puluh tahun seraya mengangkat kepala mereka ke langit, tiada seorang pun yang mengajak mereka bicara, keringat mengekang mereka yang durhaka maupun yang berbakti. Menurut riwayat dari Ibnu ‘Umar, mereka berdiri selama seratus tahun; keduanya diriwayatkan oleh Ibnu Jarīr.

Di dalam kitab Sunan Abū Dāūd, Imām Nasā’ī, dan Imām Ibnu Mājah disebutkan melalui hadis Zaid ibnul-Ḥabbāb, dari Mu‘āwiyyah ibnu Shāliḥ, dari Azhar ibnu Sa‘īd al-Ḥawārī, dari ‘Āshim ibnu Ḥumaid, dari ‘Ā’isyah r.a. bahwa Rasūlullāh s.a.w. membuka qiyām-ul-lail-nya dengan membaca takbir sepuluh kali, tahmid sepuluh kali, tasbih sepuluh kali, dan istighfar sepuluh kali, kemudian berdoa:

اللهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَ اهْدِنِيْ وَ ارْزُقْنِيْ وَ عَافِنِيْ.

Ya Allah, berilah ampunan bagiku, berilah aku petunjuk, berilah aku rezeki, dan berilah aku kesejahteraan.

Lalu beliau berlindung kepada Allah dari sempitnya tempat berdiri di hari Kiamat.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.