Surah al-Muthaffifin 83 ~ Tafsir al-Azhar (1/2)

Dari Buku:
Tafsir al-Azhar
Oleh: Prof. Dr. HAMKA

Penerbit: PT. Pustaka Islam Surabaya

Rangkaian Pos: Surah al-Muthaffifin 83 ~ Tafsir al-Azhar

Sūrat-ul-Muthaffifīn
(Orang-orang Yang Curang)

Surat ke-83, 36 Ayat
Diturunkan di Makkah

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang

 

وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِيْنَ. الَّذِيْنَ إِذَا اكْتَالُوْا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُوْنَ. وَ إِذَا كَالُوْهُمْ أَوْ وَّزَنُوْهُمْ يُخْسِرُوْنَ. أَلَا يَظُنُّ أُولئِكَ أَنَّهُم مَّبْعُوْثُوْنَ. لِيَوْمٍ عَظِيْمٍ. يَوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ. كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الفُجَّارِ لَفِيْ سِجِّيْنٍ. وَ مَا أَدْرَاكَ مَا سِجِّيْنٌ. كِتَابٌ مَّرْقُوْمٌ. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ. الَّذِيْنَ يُكَذِّبُوْنَ بِيَوْمِ الدِّيْنِ. وَ مَا يُكَذِّبُ بِهِ إِلَّا كُلُّ مُعْتَدٍ أَثِيْمٍ. إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيْرُ الْأَوَّلِيْنَ. كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ. كَلَّا إِنَّهُمْ عَنْ رَّبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّمَحْجُوْبُوْنَ. ثُمَّ إِنَّهُمْ لَصَالُوا الْجَحِيْمِ. ثُمَّ يُقَالُ هذَا الَّذِيْ كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُوْنَ. كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الْأَبْرَارِ لَفِيْ عِلِّيِّيْنَ. وَ مَا أَدْرَاكَ مَا عِلِّيُّوْنَ. كِتَابٌ مَّرْقُوْمٌ. يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُوْنَ. إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍ. عَلَى الْأَرَائِكِ يَنْظُرُوْنَ. تَعْرِفُ فِيْ وُجُوْهِهِمْ نَضْرَةَ النَّعِيْمِ. يُسْقَوْنَ مِنْ رَّحِيْقٍ مَّخْتُوْمٍ. خِتَامُهُ مِسْكٌ وَ فِيْ ذلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُوْنَ. وَ مِزَاجُهُ مِنْ تَسْنِيْمٍ. عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا الْمُقَرَّبُوْنَ. إِنَّ الَّذِيْنَ أَجْرَمُوْا كَانُوْا مِنَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا يَضْحَكُوْنَ. وَ إِذَا مَرُّوْا بِهِمْ يَتَغَامَزُوْنَ. وَ إِذَا انْقَلَبُوْا إِلَى أَهْلِهِمُ انْقَلَبُوْا فَكِهِيْنَ. وَ إِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوْا إِنَّ هؤُلآءِ لَضَالُّوْنَ. وَ مَا أُرْسِلُوْا عَلَيْهِمْ حَافِظِيْنَ. فَالْيَوْمَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُوْنَ. عَلَى الْأَرَائِكِ يَنْظُرُوْنَ. هَلْ ثُوِّبَ الْكُفَّارُ مَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ

83: 1. Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang.
83: 2. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,
83: 3. dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.
83: 4. Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,
83: 5. pada suatu hari yang besar,
83: 6. (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?
83: 7. Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjīn.
83: 8. Tahukah, kamu apakah sijjīn itu?
83: 9. (Ialah) kitab yang bertulis.
83: 10. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan,
83: 11. (yaitu) orang-orang yang mendustakan hari pembalasan.
83: 12. Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas lagi berdosa,
83: 13. yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: “Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu”.
83: 14. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.
83: 15. Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka.
83: 16. Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka.
83: 17. Kemudian, dikatakan (kepada mereka): “Inilah adzab yang dahulu selalu kamu dustakan”.
83: 18. Sekali-kali tidak, sesungguhnya kitab orang-orang berbakti itu (tersimpan) dalam ‘Illiyyīn.
83: 19. Tahukah kamu apakah ‘Illiyyīn itu?
83: 20. (Yaitu) kitab yang bertulis,
83: 21. yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan (kepada Allah).
83: 22. Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam keni’matan yang besar (surga),
83: 23. mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang.
83: 24. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan.
83: 25. Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya),
83: 26. laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.
83: 27. Dan campuran khamar murni itu adalah dari tasnim,
83: 28. (yaitu) mata air yang minum daripadanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah.
83: 29. Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) menertawakan orang-orang yang beriman.
83: 30. Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya.
83: 31. Dan apabila orang-orang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira.
83: 32. Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: “Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat”,
83: 33. padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin.
83: 34. Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir,
83: 35. mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang.
83: 36. Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.

PENIMBANG YANG CURANG

Asal mendapat keuntungan agak banyak orang tidak segan berlaku curang. Baik dalam menyukai dan menggantang ataupun di dalam menimbang sesuatu barang yang tengah diperniagakan. Mereka mempunyai dua macam sukat dan gantang ataupun anak timbangan; sukat dan timbangan pembeli lain dengan timbangan penjual. Itulah orang-orang yang celaka: “Celakalah atas orang-orang yang curang itu.” (ayat 1).

Ayat selanjutnya berturut menjelaskan kecurangan itu: “Yang apabila menerima sukatan dari orang lain, mereka minta dipenuhi.” (ayat 2).

Sebab mereka tidak mau dirugikan! Maka awaslah dia, hati-hati melihat bagaimana orang itu menyukat atau menggantang. “Tetapi apabila menyukat atau menimbang untuk orang lain, mereka merugikan.” (ayat 3).

Dibuatnyalah sukatan atau timbangan yang curang; kelihatan dari luar bagus padahal di dalamnya ada alas sukatan, sehingga kalau digunakan, isinya jadi kurang dari yang semestinya. Atau anak timbangan dikurangkan beratnya dari yang mesti, atau timbangan itu sendiri dirusakkan dengan tidak kentara.

Pada ayat yang pertama dikatakanlah wailun bagi mereka; artinya celakalah atas mereka! Merekalah pangkal bala merusak pasaran dan merusak amanah. Dalam ilmu ekonomi sendiri dikatakan bahwa keuntungan yang didapat dengan cara demikian tidaklah keuntungan yang terpuji, karena dia merugikan orang lain, dan merusak pasaran dan membawa nama tidak baik bagi golongan saudagar yang berniaga di tempat itu, sehingga seekor kerbau yang berkubang, semua kena luluknya.

Wailun! Celakalah dia itu! Sebab kecurangan yang demikian akan memawa budipekertinya sendiri menjadi kasar. Tidak merasa tergetar hatinya memberikan keuntungan yang didapatnya dengan curang itu akan belanja anak dan isterinya, akan mereka makan dan minum. Itulah suatu kecelakaan; suatu wailun.

Kerapkali juga wailun itu diartikan neraka! Memang, orang-orang yang berlaku curang itu membuat neraka dalam dunia ini, karena merusak pasaran. Kecurangan niaga seperti ini adalah termasuk korupsi besar juga.

Maka datanglah teguran Allah berupa pertanyaan:

“Apakah tidak menyangka orang-orang itu, bahwa mereka akan dibangkitkan?” (ayat 4). Apakah tidak terkenang dalam hati mereka bahwa kenyataan yang didapat dengan jalan curang dan merugikan orang lain itu tidaklah akan kekal? Bahwa dia akan tertumpuk menjadi “Wang panas” yang membawa bencana? Dan kalau dia mati, sedikitpun harta itu tidak akan dapat menolong dia? Dan pada harta yang demikian tidak ada keberkatan sedikit juga? Malahan mereka akan dibangkitkan sesudah mati, untuk mempertanggungjawabkan segala kecurangan itu: “Buat Hari Yang Besar?” (ayat 5). Hari kiamat, hari perhitungan, hari penyisihan di antara yang hak dengan yang batil; “Hari yang akan bangkit manusia.” (pangkal ayat 6). Bangkit dari alam kuburnya, dari dalam tidurnya, karena panggilan sudah datang: “(Untuk menghadap) Tuhan Sarwa sekalian alam.” (ujung ayat 6).

Alangkah kecilnya kamu pada hari itu, padahal semasa di dunia engkau membangga dengan kekayaan yang engkau dapat dengan jalan kecurangan itu. Di hari kiamat itu terbukalah rahasia, bahwasanya kedudukan engkau di hadapan Mahkamah Ilahi, tidaklah lebih dan tidaklah kurang daripada kedudukan pencuri atau pemaling, yang semasa hidupmu di dunia dapat engkau selubungi dengan berbagai dalih.

Tersebut dalam sebuah Hadis yang dirawikan oleh Al-Imam Ahmad dengan sanadnya, beliau terima dari sahabat Rasulullah SAW Abu Amamah, bahwa kehebatan di hari kiamat itu amatlah ngerinya, sehingga Nabi SAW berkata bahwa matahari menjadi lebih dekat sehingga hanya jarak satu mil saja dari kepala, sehingga menggelegak rasanya otak benak saking teriknya cahaya matahari. Manusia terbenam dalam peluh dan keringatnya, ada yang dalam ampu kaki, ada yang sampai ke lutut, ada yang sampai ke dada, ada yang sampai ke leher, masing-masing menurut sedikit atau banyak dosa yang diperbuatnya.

JALAN CURANG YANG DITEMPUH

“Janganlah begitu!” (pangkal ayat 7). Artinya janganlah ditempuh jalan yang curang itu, mengecoh pada sukatan, menipu pada timbangan, dan melakukan kecurangan-kecurangan yang lain dalam kehidupan di dunia ini. Janganlah diteruskan perbuatan yang demikian: “Karena sesungguhnya tulisan orang-orang yang durhaka itu adalah di dalam sijjin.” (ujung ayat 7). Janganlah disangka bahwa segala perbuatan yang curang itu lepas dari tilikan Allah, bahkan semuanya sudah tercatat di sisi Allah, dalam sebuah catatan yang bernama sijjin.

“Dan sudahkah engkau tahu apakah yang dikatakan sijjin itu?” (ayat 8). “(Ialah) kitab yang telah tertulis.” (ayat 9).

Perbuatan yang kecil ataupun yang besar, yang disangka telah lupa, padahal tidak lupa; semuanya telah tercatat di dalam sijjin itu, sehingga manusia tidak dapat mengelakkan diri lagi daripada pertanyaan kelak.

“Celakalah di hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.” (ayat 10). “(Yaitu) orang-orang yang mendustakan Hari Pembalasan.” (ayat 11).

“Dan tidaklah mendustakan akan hari itu, kecuali orang-orang yang melampaui batas, yang berdosa.” (ayat 12).

Pada Surat Al-Infithar yang telah lalu kita uraikan juga apa arti Yaumid Din, yang arti harfiyahnya ialah hari agama atau hari pembalasan. Karena tujuan hidup di dunia ini tidak lain ialah keselamatan pada hari perhitungan di akhirat. Karena di akhirat itulah amal dan akidah kita di dunia ini akan diperhitungkan dan menerima balasan yang setimpal. Celakalah orang yang tidak percaya akan adanya hari itu; karena itulah orang yang telah cepot imannya dan kabur tujuan hidupnya. Lantaran kepercayaan kepada Hari Pembalasan itu tidak ada dalam jiwanya, mudah saja dia melampaui batas. Mudah saja dia berbuat yang haram, yang dilarang oleh Tuhan, karena dia tidak mempunyai kepercayaan bahwa semua akan diperhitungkan kelak di Hari Pembalasan itu. Dan dia pun mudah berbuat dosa, atsiim; berkata bohong, berjanji mungkir, mencari permusuhan dengan orang lain yang dianggapnya menantangnya.

“Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berkata: “Dongeng-dongeng orang-orang dahulukala.” (ayat 13).

Ceritera Al-Qur’an tentang syurga, tentang neraka, tentang ancaman azab siksaan Tuhan kepada yang durhaka dianggapnya dongeng belaka. Karena dari zaman purbakala telah datang Rasul-rasul Allah menyampaikan berita itu. Berita tentang hidup kekal sesudah mati, tentang pembalasan yang akan diterima kelak. Mereka anggap itu dongeng sebab mereka memandang bahwa dalam hal itu tidak ada bukti. Tidak ada orang yang telah masuk ke dalam kubur yang hidup kembali buat memberitahukan pengalaman yang mereka tempuh di alam “lain” itu.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *