Surah al-Mursalat 77 ~ Tafsir al-Azhar (8/9)

Dari Buku:
Tafsir al-Azhar
Oleh: Prof. Dr. HAMKA

Penerbit: PT. Pustaka Islam Surabaya

Rangkaian Pos: Surah al-Mursalat 77 ~ Tafsir al-Azhar

VIII

إِنَّ الْمُتَّقِيْنَ فِيْ ظِلَالٍ وَ عُيُوْنٍ. وَ فَوَاكِهَ مِمَّا يَشْتَهُوْنَ. كُلُوْا وَ اشْرَبُوْا هَنِيْئًا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ. إِنَّا كَذلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنيْنَ. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ.

77:41. Sesunungguhnya orang-orang yang bertaqwā adalah di bawah perlindungan dan mata air-mata air.
77:42. Dan buah-buahan dari apapun yang mereka inginkan.
77:43. Makanlah dan minumlah kamu dengan enak, dari sebab apa yang telah kamu usahakan.
77:44. Sesungguhnya Kami, demikianlah Kami memberi ganjaran bagi orang-orang yang berbuat baik.
77:45. Celaka besarlah pada hari itu, bagi orang-orang yang mendustakan.

 

Pada ayat 41 sampai 44 ini terdapatlah pintu harapan yang besar dibukakan kepada orang-orang yang bertaqwa kepada Allah. Jika kita perbandingkan surat ini dengan surat yang sebelumnya, yaitu al-Insān, maka terdapat bahwa di surat tersebut lebih banyak ayat-ayat menerangkan nikmat keindahan syurga dan sedikit mengemukakan ancaman siksaan neraka. Dalam Surat al-Mursalāt ini adalah sebaliknya; lebih banyak ancaman daripada berita menggembirakan. Yang menggembirakan itu ialah ayat 41 sampai 44 ini.

Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwā adalah di bawah perlindungan dan mata air-mata air.” (Ayat: 41).

Sebagaimana telah banyak diterangkan pada kesempatan-kesempatan yang lain, sejak Surat ke-2 al-Baqarah, orang yang bertaqwā artinya ialah orang yang selalu memelihara hubungannya yang baik dengan Tuhan. Dia beribadat dengan melakukan kewajiban, dengan penuh kepatuhan. Karena hubungannya yang selalu baik dengan Tuhan, baik dalam ibadat ataupun dalam mu‘āmalat maka hatinya selalu dipenuhi oleh ketenangan dan terang. Dia selalu mendapat perlindungan; sebagai kebalikan daripada perlindungan awan gelap dan asap mengepul yang bercabang tiga, yang telah diterangkan pada ayat 30 di atas tadi. Boleh dikatakan bahwa dia dapat perlindungan daripada pohon-pohon yang subur atau gedung istana yang indah-indah. Dan boleh dikatakan pula bahwa perlindungan itu langsung diterimanya dari Tuhan sendiri. Dan untuknya disediakan mata air-mata air yang selalu mengalirkan kesejukan, sehingga perlindungan yang diberikan Tuhan sesuai dengan cerahnya udara dari sebab adanya aliran air yang jernih.

Dan buah-buahan dari apapun yang mereka inginkan” (Ayat: 42) Sedangkan di atas dunia ini saja, kalau kita seorang yang berperasaan halus dan mendekati Tuhan, akan merasa kagumlah kita dengan aneka warnanya buah-buahan yang disediakan Allah buat kita, kononlah jika disediakan pula buah-buahan syurga.

Ingatlah macam-macamnya buah-buahan dan berbagai ragam pula rasanya; semuanya menakjubkan dari sebab manis atau enaknya. Jangankan misalnya perbedaan rasa enak di antara buah apel dengan buah anggur, atau buah salak dengan buah rambutan, atau durian dengan cempedak atau nangka, sedangkan buah mangga saja terdapat beraneka ragam rasa. Sedangkan pisang tidaklah satu macam saja; bahkan ada berbagai rasa enaknya pisang. Demikian juga jeruk dan limau. Padahal di dunia ini tidaklah lengkap buah-buahan ada dalam satu negeri. Ada buah-buahan yang dapat tumbuh subur di satu daerah, tidak hidup atau tidak subur di daerah lain. Sekarang di dalam syurga semua disediakan menurut keinginan masing-masing.

Makanlah dan minumlah kamu dengan enak” (Pangkal ayat 43). Makanlah dan minumlah dengan enak. Tidak usah ragu-ragu lagi. Karena semuanya sudah disediakan buat kamu orang yang bertaqwa. Semuanya itu adalah “dari sebab apa yang telah kamu usahakan” (Ujung ayat 43).

Di ujung ayat ini diperingatkan bahwa tempat tinggal dalam syurga yang seenak itu, buah-buahan yang dapat memenuhi segala keinginan dengan tidak menghitung musim dan tidak usah cemas tidak akan ada yang diingini karena tidak ada di tempat itu, semuanya itu adalah bekas dari usaha sendiri.

Sedangkan di dalam dunia fanā’ ini bukan main enaknya memakan hasil tangan sendiri. Seumpama memakan nasi hasil sawah yang mulai dituai, atau menghuni sebuah rumah yang baru selesai dibangun atas usaha sendiri dengan susah, apatah lagi hasil dari ‘amal dan ketaatan kepada Tuhan di kala hidup di dunia. Tentu lebih mengesankan. Lalu Tuhan berfirman lagi: “Sesungguhnya Kami, demikianlah Kami memberi ganjaran bagi orang-orang yang berbuat baik” (Ayat: 44).

Inilah janji yang telah diikrarkan Tuhan dari sekarang kepada manusia. Yaitu bahwasanya usaha dari tiap-tiap orang berbuat baik tidaklah akan hilang percuma di sisi Allah, melainkan diberi tempat yang mulia di akhirat.

Celaka besarlah pada hari itu, bagi orang-orang yang mendustakan” (Ayat: 45). Yaitu ganjaran sebaliknya yang akan diderita oleh orang yang memandang dusta janji Allah dan selama hidup di dunia ini tidak mempunyai rencana-rencana yang baik dan mulia untuk kebahagiaan di akhirat itu.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *