Surah al-Munafiqun 63 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan

Tafsīru Hidāyat-il-Insān
Judul Asli: (
هداية الإنسان بتفسير القران)
Disusun oleh:
Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā

Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa
Dari Situs: www.tafsir.web.id

JUZ 28

Surah al-Munāfiqūn (Orang-Orang Munāfiq)

Surah ke-63. 11 ayat. Madaniyyah

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-4: Akhlāq dan sifat kaum munāfiq, persekongkolan yang mereka lakukan terhadap Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan kaum mu’min, dan peringatan kepada Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan kaum mu’min agar berhati-hati terhadap mereka.

إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُوْنَ قَالُوْا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُوْلُ اللهِ وَ اللهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُوْلُهُ وَ اللهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ لَكَاذِبُوْنَ.

  1. (20411) (20422) Apabila orang-orang munāfiq datang kepadamu (Muḥammad), mereka berkata (20433): “Kami mengakui, bahwa engkau adalah rasūl Allāh (20444).” Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasūl-Nya; dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munāfiq itu benar-benar pendusta (20455).

اتَّخَذُوْا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ.

  1. Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai (20466), lalu mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Sungguh, betapa buruknya apa yang telah mereka kerjakan (20477).

ذلِكَ بِأَنَّهُمْ آمَنُوْا ثُمَّ كَفَرُوْا فَطُبِعَ عَلَى قُلُوْبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُوْنَ.

  1. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka telah beriman (20488), kemudian menjadi kafir (20499), maka hati mereka dikunci (205010), sehingga mereka tidak dapat mengerti (205111).

وَ إِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَ إِنْ يَقُوْلُوْا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ يَحْسَبُوْنَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللهُ أَنَّى يُؤْفَكُوْنَ.

  1. Dan apabila engkau melihat mereka, tubuh mereka mengagumkanmu. Dan jika mereka berkata, engkau mendengarkan tutur katanya (205212). Mereka seakan-akan kayu yang tersandar (205313). Mereka mengira bahwa setiap teriakan ditujukan kepada mereka (205414). Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) (205515), maka waspadalah terhadap mereka (205616); semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari kebenaran) (205717)?

Ayat 5-8: Akhlāq kaum munāfiq, ucapan buruk mereka kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan anggapan mereka bahwa agama Beliau akan binasa.

وَ إِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُوْلُ اللهِ لَوَّوْا رُؤُوْسَهُمْ وَ رَأَيْتَهُمْ يَصُدُّوْنَ وَ هُمْ مُّسْتَكْبِرُوْنَ.

  1. Dan apabila dikatakan kepada mereka (orang-orang munāfiq): “Marilah (beriman), agar Rasūlullāh memohonkan ampunan bagimu (205818).” Mereka membuang muka (205919) dan engkau melihat mereka berpaling (206020) menyombongkan diri (206121).

سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ أَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ لَنْ يَغْفِرَ اللهُ لَهُمْ إِنَّ اللهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ.

  1. Sama saja bagi mereka, engkau (Muḥammad) memohonkan ampunan untuk mereka atau tidak engkau mohonkan ampunan bagi mereka, Allah tidak akan mengampuni mereka; sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fāsiq.

هُمُ الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ لَا تُنْفِقُوْا عَلَى مَنْ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ حَتَّى يَنْفَضُّوْا وَ للهِ خَزَائِنُ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ لكِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ لَا يَفْقَهُوْنَ.

  1. (206222) Mereka yang berkata (kepada orang-orang Anshār): “Janganlah kamu bersedekah kepada orang-orang (Muhājirīn) yang ada di sisi Rasūlullāh sampai mereka bubar (meninggalkan Rasūlullāh) (206323).” Padahal milik Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi (206424), tetapi orang-orang munāfiq itu tidak memahami (206525).

يَقُوْلُوْنَ لَئِنْ رَّجَعْنَا إِلَى الْمَدِيْنَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّ وَ للهِ الْعِزَّةُ وَ لِرَسُوْلِهِ وَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ لكِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ.

  1. Mereka berkata: “Sungguh, jika kita telah kembali ke Madīnah (206626), pastilah orang yang kuat (206727) akan mengusir orang-orang yang lemah (206828) dari sana.” Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasūl-Nya dan bagi orang-orang mu’min, tetapi orang-orang munāfiq itu tidak mengetahui (206929).

Ayat 9-11: Peringatan kepada kaum mu’min agar tidak tersibukkan oleh dunia sehingga melalaikan diri dari ber‘ibādah kepada Allah subḥānahu wa ta‘ālā, dan ajakan kepada mereka untuk ber‘amal shāliḥ dan berinfāq di jalan Allah sebelum ajal tiba.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَ لَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَ مَنْ يَفْعَلْ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ.

  1. (207030) Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah (207131). Dan barang siapa berbuat demikian (207232), maka mereka itulah orang-orang yang rugi (207333).

وَ أَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنَاكُمْ مِّنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْ لَا أَخَّرْتَنِيْ إِلَى أَجَلٍ قَرِيْبٍ فَأَصَّدَّقَ وَ أَكُنْ مِّنَ الصَّالِحِيْنَ.

  1. Dan infāqkanlah (207434) sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu (207535) sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali) (207636), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi (207737), maka aku dapat bersedekah (207838) dan aku akan termasuk orang-orang yang shāliḥ (207939).”

وَ لَنْ يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَ اللهُ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ.

  1. Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan (208040).

Selesai dengan pertolongan Allah dan taufīq-Nya wal-ḥamdulillāhi Rabb-il-‘ālamīn.

Catatan:

  1. 2041). Imām Bukhārī meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Zaid bin Arqam ia berkata: “Aku berada dalam pasukan perang, lalu aku mendengar ‘Abdullāh bin Ubay berkata: “Janganlah kamu berinfāq kepada orang-orang yang berada di dekat Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam sehingga mereka bubar (meninggalkan Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam). Sungguh, jika kita pulang dari sisi Beliau, pastilah orang yang kuat akan mengusir orang yang lemah dari sana.” Maka aku ceritakan hal itu kepada pamanku atau ke ‘Umar, lalu dia menceritakannya kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam, kemudian Beliau memanggilku dan aku menceritakan kepadanya, maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam mengirimkan orang kepada ‘Abdullāh bin Ubay dan kawan-kawannya, lalu mereka bersumpah bahwa mereka tidak berkata demikian, sehingga Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam menganggapku dusta dan membenarkannya, sehingga aku merasakan kesedihan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Aku pun duduk di rumah, lalu pamanku berkata kepadaku, “Engkau tidak ingin Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam mendustakanmu dan membencimu,” maka Allah ta‘ālā menurunkan ayat: “Apabila orang-orang munāfiq datang kepadamu (Muḥammad),…dst.” Lalu Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam mengirim orang kepadaku untuk membacakan ayat dan berkata: “Sesungguhnya Allah telah membenarkan kamu wahai Zaid.” (HR. Bukhārī dan Muslim)
  2. 2042). Ketika Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam tiba di Madīnah, jumlah kaum muslimīn di Madīnah cukup banyak dan Islam pun semakin kuat di sana, maka di antara penduduknya yang belum memeluk Islam menampakkan keimanan di luar dan menyembunyikan kekafiran di bāthinnya agar kedudukannya tetap terjaga, darahnya tetap terpelihara dan harta mereka dapat terjaga, maka Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyebutkan sifat mereka agar diketahui sehingga kaum mu’min dapat bersikap waspada terhadap mereka dan berada di atas pengetahuan.
  3. 2043). Dengan lisan mereka yang berbeda dengan hatinya.
  4. 2044). Persaksian dari kaum munāfiq ini adalah dusta dan nifāq, padahal untuk memperkuat Rasūl-Nya tidak dibutuhkan persaksian mereka.
  5. 2045). Dalam ucapan dan dakwaan mereka.
  6. 2046). Mereka bersumpah bahwa mereka beriman adalah untuk menjaga diri dan harta mereka agar jangan dibunuh atau ditawan atau dirampas hartanya.
  7. 2047). Karena menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekafiran, bersumpah berada di atas keimanan dan memberikan kesan bahwa mereka benar dalam sumpahnya.
  8. 2048). Dengan lisan mereka, atau maksudnya mereka tidak tetap di atas keimanan.
  9. 2049). Dengan hati mereka, yakni mereka tetap terus di atas kekafiran.
  10. 2050). Sehingga tidak dapat dimasuki kebaikan lagi untuk selamanya.
  11. 2051). Hal yang bermanfaat bagi mereka.
  12. 2052). Karena bagusnya kata-kata mereka dan enak didengar. Tubuh dan ucapan mereka mengagumkan, namun di balik itu tidak ada akhlāq yang utama dan petunjuk sedikit pun.
  13. 2053). Mereka diumpamakan seperti ‘kayu yang tersandar’ untuk menyatakan sifat mereka yang buruk meskipun tubuh mereka bagus-bagus dan pandai berbicara, akan tetapi sebenarnya otak mereka adalah kosong tidak dapat memahami kebenaran seakan-akan kayu yang tersandar ke tembok yang tidak ada manfaatnnya.
  14. 2054). Karena mereka takut turun ayat yang membuka rahasia mereka atau menghalalkan darah dan harta mereka. Mereka takut kalau isi hati mereka terbongkar.
  15. 2055). Karena musuh yang menampakkan dirinya jauh lebih ringan daripada musuh dalam selimut, yang tidak diketahui sebagai musuh, di mana ia melakukan tipu daya dan membuat makar diam-diam.
  16. 2056). Karena mereka akan menyebarkan rahasiamu kepada orang-orang kafir.
  17. 2057). Bisa juga maksudnya, dipalingkan dari beriman setelah tegaknya bukti. Atau maksudnya, bagaimana mereka dapat dipalingkan dari agama Islam setelah tegak bukti dan dalilnya serta jelas rambu-rambunya beralih kepada kekafiran yang tidak memberikan apa-apa kepada mereka selain kerugian dan kesengsaraan.
  18. 2058). Terhadap hal yang terjadi padamu agar keadaanmu menjadi baik dan ‘amalmu diterima.
  19. 2059). Mereka menolak meminta doa kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘laihi wa sallam.
  20. 2060). Dari kebenaran sambil membencinya.
  21. 2061). Inilah keadaan mereka ketika diajak meminta doa Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, dan hal ini termasuk kelembutan Allah dan karāmah (kemuliaan)-Nya kepada Rasūl-Nya yaitu mereka (kaum munāfiq) tidak mau datang kepada Beliau agar Beliau memintakan ampunan untuk mereka, dan sama saja bagi mereka baik Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam memintakan ampunan untuk mereka atau tidak, maka Allah subḥānahu wa ta‘ālā tidak akan mengampuni mereka karena mereka adalah orang-orang yang fāsiq; yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan mengutamakan kekafiran daripada keimanan. Oleh karena itu, istighfār dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam tidaklah bermanfaat bagi mereka meskipun melakukan istighfār untuk mereka sebanyak tujuh puluh kali (lihat at-Taubah: 80).
  22. 2062). Imām Bukhārī meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Muḥammad bin Ka‘ab al Qurazhī ia berkata: Aku mendengar Zaid bin Arqam radhiyallāhu ‘anhu (berkata): “Ketika ‘Abdullāh bin Ubay berkata: “Janganlah kamu berinfāq kepada orang-orang yang berada di sisi Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam,” ia juga berkata: “Sungguh, jika kita telah kembali ke Madīnah…dst.” Maka aku beritahukan hal itu kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam lalu orang-orang Anshār mencelaku, dan ‘Abdullāh bersumpah bahwa dia tidak berkata demikian, maka aku pulang ke rumah dan tidur, lalu Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam memanggilku dan berkata: “Sesungguhnya Allah telah membenarkanmu.” Dan turunlah ayat: “Mereka yang berkata (kepada orang-orang Anshār): “Janganlah kamu bersedekah…dst.
  23. 2063). Ini termasuk kerasnya permusuhan mereka kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan kaum muslimīn ketika mereka melihat kaum muslimīn bersatu. Mereka menganggap bahwa tanpa harta dan nafqah mereka (kaum munāfiq) tentu mereka (kaum muslimīn) tidak akan berkumpul membela agama Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Sungguh hal ini merupakan sesuatu yang paling aneh, yaitu karena kaum munāfiq yang sangat senang agama Islam terlantar dan kaum muslimīn tersakiti menyangka demikian, di mana sangkaan ini hanyalah laris di kalangan orang-orang yang tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itulah dalam lanjutan ayat Allah subḥānahu wa ta‘ālā membantah mereka dengan firman-Nya: “Padahal milik Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi.” Ya‘ni Dia yang memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menghalangi dari siapa yang Dia kehendaki, memudahkan sebab bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyusahkan kepada siapa yang Dia kehendaki.
  24. 2064). Dia akan memberi rezeki kepada kaum muhājirīn dan selain mereka.
  25. 2065). Sehingga mengatakan demikian yang isinya memberi kesan bahwa perbendaharaan rezeki ada di tangan mereka dan di bawah kehendak mereka.
  26. 2066). Maksudnya, kembali dari perang Bani Musthalik atau perang Muraisi’, ketika ini orang-orang munāfiq menampakkan kemunāfiqannya. Tokoh mereka yaitu ‘Abdullāh bin Ubay berkata: “Tidak ada perumpamaan antara kita dengan mereka (kaum muhājirīn) melainkan seperti yang dikatakan seseorang: “Beri makan anjingmu, nanti dia akan memakanmu.” Ia juga berkata: “Sungguh, jika kita telah kembali ke Madīnah, pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana.”
  27. 2067). Yang mereka maksud adalah diri mereka sendiri.
  28. 2068). Yang mereka maksud adalah orang-orang mu’min.
  29. 2069). Oleh karena itulah mereka menyangka bahwa mereka adalah orang-orang yang kuat dan mulia karena tertipu dengan kebāthilan mereka.
  30. 2070). Allah subḥānahu wa ta‘ālā memerintahkan hamba-hambaNya yang mu’min untuk banyak mengingat-Nya, karena di sana terdapat keberuntungan dan kebaikan yang banyak, dan melarang mereka dibuat sibuk oleh harta dan anak-anak mereka sampai lalai mengingat Allah. Hal itu, karena jiwa manusia diciptakan dengan keadaannya yang senang kepada harta dan anak, namun jika sampai diutamakan di atas kecintaan dan ketaatan kepada Allah, maka dapat mengakibatkan kerugian yang besar seperti saat dikumandangkan ādzān Jum‘at untuk shalat Jum‘at, tetapi ia masih saja sibuk berdagang.
  31. 2071). Seperti dari shalat yang lima waktu.
  32. 2072). Ya‘ni harta dan anaknya membuat lalai dari mengingat Allah.
  33. 2073). Tidak mendapatkan kebahagiaan yang abadi dan keni‘matan yang kekal karena mengutamakan keni‘matan yang fanā’ (sebentar). Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.(At-Taghābun: 15)
  34. 2074). Termasuk dalam hal ini nafqah/infāq yang wajib maupun yang sunat. Yang wajib seperti zakat, kaffārat, nafqah kepada istri, dsb. Sedangkan yang sunat seperti mengorbankan harta untuk segala yang bermaslahat.
  35. 2075). Hal ini menunjukkan bahwa nafkah yang Allah bebankan agar hamba mengeluarkannya tidaklah menyusahkan mereka, bahkan Allah memerintahkan mereka agar mengeluarkan sebagian dari rezeki yang Allah karuniakan kepada mereka, di mana Dia telah mempermudahnya untuk mereka dan mempermudah sebab-sebabnya. Oleh karena itu, hendaknya mereka bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kepada mereka rezeki itu, yaitu dengan membantu saudara-saudara mereka yang memerlukan dan bersegera kepadanya sebelum datang kematian yang jika tiba, maka seorang hamba tidak dapat mengejar lagi ‘amal shāliḥ yang telah dilalaikannya.
  36. 2076). Meminta agar dikembalikan lagi ke dunia.
  37. 2077). Agar aku dapat mengejar ‘amal shāliḥ yang telah aku lalaikan seperti zakat ketika hartanya telah mencapai nishāb (ukuran wajib zakat) dan haji ketika sudah mampu.
  38. 2078). Sehingga aku dapat selamat dari ‘adzāb dan dapat memperoleh banyak pahala.
  39. 2079). Dengan mengerjakan perkara yang diperintahkan dan menjauhi larangan.
  40. 2080). Baik atau buruk, lalu Dia membalasnya sesuai yang Dia ketahui dari kamu, ya‘ni dari niat dan ‘amalmu.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *