Surah al-Mumtahanah 60 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan (1/2)

Tafsīru Hidāyat-il-Insān
Judul Asli: (
هداية الإنسان بتفسير القران)
Disusun oleh:
Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā

Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa
Dari Situs: www.tafsir.web.id

Rangkaian Pos: Surah al-Mumtahanah 60 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan

Surah al-Mumtaḥanah (Wanita Yang Diuji)

Surah ke-60. 13 ayat. Madaniyyah

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-3: Peringatan agar tidak berwalā’ (memberikan kecintaan dan kesetiaan) kepada musuh-musuh Allah yang menyakiti kaum mu’min sehingga mereka terpaksa harus berhijrah dan meningalkan tanah airnya.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا عَدُوِّيْ وَ عَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُوْنَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَ قَدْ كَفَرُوْا بِمَا جَاءَكُمْ مِّنَ الْحَقِّ يُخْرِجُوْنَ الرَّسُوْلَ وَ إِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوْا بِاللهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِيْ سَبِيْلِيْ وَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِيْ تُسِرُّوْنَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَ أَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَ مَا أَعْلَنْتُمْ وَ مَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيْلِ.

  1. (18951) (18962) Wahai orang-orang yang beriman! (18973) Janganlah kamu menjadikan musuh-Ku dan musuhmu (18984) sebagai teman-teman setia sehingga kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita memuji-Nya, meminta dipenuhi kebutuhannya, lalu Dia memberikan apa yang mereka minta itu dari karunia-Nya dan kemurahan-Nya yang dikehendaki oleh rahmat dan hikmah-Nya. Muḥammad), karena rasa kasih-sayang (18995); (19006) padahal mereka telah ingkar kepada kebenaran yang disampaikan kepadamu (19017). Mereka mengusir Rasūl dan kamu sendiri (19028) karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridhāan-Ku (maka janganlah kamu berbuat demikian) (19039). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muḥammad) kepada mereka, karena rasa kasih-sayang, dan Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan (190410). Dan barang siapa di antara kamu yang melakukannya (190511), maka sungguh, dia telah tersesat dari jalan yang lurus (190612).

إِنْ يَثْقَفُوْكُمْ يَكُوْنُوْا لَكُمْ أَعْدَاءً وَ يَبْسُطُوْا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ وَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالسُّوْءِ وَ وَدُّوْا لَوْ تَكْفُرُوْنَ.

  1. (190713) Jika mereka menangkapmu, niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu lalu melepaskan tangan (190814) dan lidahnya kepadamu (190915) untuk menyakiti dan mereka ingin agar kamu (kembali) kafir (191016).

لَنْ تَنْفَعَكُمْ أَرْحَامُكُمْ وَ لَا أَوْلَادُكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَفْصِلُ بَيْنَكُمْ وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ.

  1. Kaum kerabatmu dan anak-anakmu (191117) tidak akan bermanfaat bagimu pada hari Kiamat (191218). Dia akan memisahkan antara kamu (191319). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (191420).

Ayat 4-7: Teladan dari Nabi Ibrāhīm ‘alaih-is-salām di mana Beliau berlepas diri dari kaumnya ketika mereka tetap berbuat syirk.

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْ إِبْرَاهِيْمَ وَ الَّذِيْنَ مَعَهُ إِذْ قَالُوْا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَاءُوا مِنْكُمْ وَ مِمَّا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَ بَدَا بَيْنَنَا وَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَ الْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوْا بِاللهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيْمَ لِأَبِيْهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَ مَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللهِ مِنْ شَيْءٍ رَّبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَ إِلَيْكَ أَنَبْنَا وَ إِلَيْكَ الْمَصِيْرُ.

  1. Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrāhīm (191521) dan orang-orang yang bersama dengannya (191622), ketika mereka berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, (191723) kami mengingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu ada permusuhan (191824) dan kebencian (191925) buat selama-lamanya (192026) sampai kamu beriman kepada Allah saja (192127),” kecuali perkataan Ibrāhīm kepada ayahnya (192228): “Sungguh, aku akan memohonkan ampunan bagimu, namun aku sama sekali tidak dapat menolak (siksaan) Allah terhadapmu.(Ibrāhīm berkata): “Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkau kami bertawakkal dan hanya kepada Engkau kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.”

رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَ اغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ.

  1. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir (192329). Dan ampunilah kami (192430), Ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau Yang Mahaperkasa (192531) lagi Mahabijaksana (192632).”

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَ الْيَوْمَ الْآخِرَ وَ مَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ.

  1. (192733) Sungguh, pada mereka itu (Ibrāhīm dan umatnya) terdapat suri teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian (192834), dan barang siapa berpaling (192935), maka sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahakaya (193036) lagi Maha Terpuji (193137).

عَسَى اللهُ أَنْ يَجْعَلَ بَيْنَكُمْ وَ بَيْنَ الَّذِيْنَ عَادَيْتُمْ مِّنْهُمْ مَّوَدَّةً وَ اللهُ قَدِيْرٌ وَ اللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ.

  1. (193238) Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang di antara kamu dengan orang-orang yang pernah kamu musuhi di antara mereka (193339). Allah Mahakuasa (193440). Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (193541Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebaikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebaikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari depan, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku

    Dalam ayat ini terdapat isyārat dan kabar gembira bahwa sebagian kaum musyrikīn yang sebelumnya memusuhi kaum muslimīn akan masuk ke dalam Islam, dan ternyata demikian wal-ḥamdulillāhi Rabb-il‘ālamīn.[/efn_note]).

Catatan:

  1. 1895). Ḥākim di juz 2 hal. 485 berkata: telah mengabarkan kepadaku ‘Abd-ur-Raḥmān bin al-Ḥasan Qādhī (hakim) di Hamdzān, telah menceritakan kepada kami Ibrāhīm bin al-Ḥusain, telah menceritakan kepada kami Ādam bin Abī Iyās, telah menceritakan kepada kami Warqā’ dari Ibnu Abī Najīḥ dari Mujāhid dari Ibnu ‘Abbās radhiyallāhu ‘anhumā tentang firman Allah ‘azza wa jalla: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan musuh-Ku…sampai firman-Nya: “Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (ayat ke-3 surah ini).” Bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan pengiriman surat dari Ḥāthib bin Abī Balta‘ah dan orang yang bersamanya kepada orang-orang kafir Quraisy untuk memperingatkan mereka. Firman-Nya: “Kecuali perkataan Ibrāhīm kepada ayahnya(ayat ke-4).” Bahwa mereka (kaum muslimīn) dilarang mengikuti permohonan ampun Nabi Ibrāhīm untuk ayahnya sehingga mereka (kaum muslimīn ikut-ikutan) memohonkan ampunan untuk kaum musyrikīn. Firman-Nya: “Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir.” Maksudnya, janganlah Engkau meng‘adzāb kami melalui tangan mereka dan jangan pula langsung mendapat ‘adzāb dari sisi-Mu, sehingga mereka (musuh) berkata, “Kalau sekiranya mereka berada di atas kebenaran, tentu ‘adzāb tidak akan menimpa mereka.” (Ḥākim berkata, “Hadits ini shaḥīḥ sesuai syarat Bukhārī dan Muslim, namun keduanya tidak meriwayatkan.” Hadits ini didiamkan oleh adz-Dzahabī. Syaikh Muqbil menjelaskan, bahwa Ādam bin Abī Iyās bukan termasuk para perawi Muslim, sehingga hadits tersebut menurut syarat Bukhārī. Beliau (Syaikh Muqbil) berkata: “Saya berpaling dari hadits ‘Alī yang ada di Bukhārī dan Muslim, karena al-Ḥāfizh dalam al-Fatḥ juz 10 hal. 260 berkata: “Susunan (hadits tersebut) menjelaskan bahwa tambahan ini (dalam haditsAlī) adalah mudraj (diselipkan oleh seorang rawi), Muslim juga meriwayatkan dari Isḥāq bin Rahawaih dari Sufyān, dan ia menerangkan bahwa pembacaan ayat adalah dari ucapan Sufyān.” Dari sini diketahui, bahwa kisah tersebut ada dalam Shaḥīḥ Bukhārī dan Muslim, akan tetapi turunnya ayat dan disebutkannya ayat itu adalah terputus karena Sufyān termasuk atbā‘-ut-tābi‘īn. Demikian pula ayat, “Lā yanhākumullāh…dst (ayat ke-8).” Disebutkan turunnya ayat dari jalan Sufyān, maka itu juga termasuk ucapannya sebagaimana dalam Bukhārī juz 13 hal. 17, demikian pula dalam al-Adab-ul-Mufrad hal. 23, dan ada riwayat lagi dari jalan lain di sisi Thayālisī, Abū Ya‘lā, Ibnu Jarīr dan yang lain, namun di sana terdapat Mush‘ab bin Tsābit, ia juga dha‘īf sebagaimana dalam al-Mīzān, oleh karenanya tidak saya (Syaikh Muqbil) tulis.” Kemudian di catatan kaki kitab ash-Shaḥīḥ-ul-Musnad Syaikh Muqbil berkata, “Kemudian tampak bagiku kedha‘īfan hadits tersebut (hadits Ḥākim di atas) karena ‘Abd-ur-Rahmān bin al-Ḥasan (hanya) mengaku mendengar dari Ibrāhīm bin al-Ḥusain, yaitu Ibnu Daizīl, demikian pula Ibnu Najīḥ tidak mendengar tafsir dari Mujāhid.”)
  2. 1896). Banyak para mufassir rahimahumullah menerangkan, bahwa beberapa ayat yang mulia ini turun berkenaan dengan kisah Ḥāthib bin Abī Balta‘ah, yaitu ketika Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam hendak menaklukkan Makkah dan merahasiakan perkara itu, maka Ḥāthib menulis surat tentang maksud Nabi tersebut kepada orang-orang kafir Makkah bukan karena ia sebagai munāfiq, tetapi karena ia memiliki anak dan keluarga yang masih musyrik di sana, maka Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam mengambil surat itu dari wanita yang menerima surat dari Ḥāthib karena pemberitahuan Allah kepada Beliau, kemudian Beliau mencela Ḥāthib, maka Ḥāthib menyebutkan alasannya, lalu diterima alasannya itu. Di dalam ayat ini terdapat larangan berwalā’ (memberikan cinta-kasih) kepada orang-orang kafir, dan bahwa yang demikian bertentangan dengan keimanan, menyelisihi ajaran Nabi Ibrāhīm ‘alaih-is-salām dan bertentangan dengan akal sehat yang mengharuskan untuk bersikap hati-hati terhadap musuh.
  3. 1897). Ya‘ni kerjakanlah konsekwensi imanmu berupa memberikan walā’ kepada orang-orang yang beriman dan memusuhi orang-orang yang menolak beriman, karena sesungguhnya ia musuh Allah dan musuh kaum mu’min.
  4. 1898). Yaitu orang-orang kafir Makkah.
  5. 1899). Hal itu, karena kasih sayang apabila terjadi, maka akan diiringi dengan sikap menolong dan membela.
  6. 1900). Bagaimana seseorang mengambil orang-orang kafir yang menjadi musuhnya sebagai teman setianya, padahal mereka tidak menginginkan untuknya selain keburukan dan ia tinggalkan Tuhannya yang menginginkan kebaikan untuk dirinya. Di samping itu, orang-orang kafir telah ingkar kepada kebenaran yang dibawa kaum mu’min, bahkan mereka juga telah mengusir rasūl dan kaum mu’min dari kampung halaman mereka tanpa kesalahan apa pun selain karena mereka beriman kepada Allah Tuhan mereka yang semua makhlūq wajib ber‘ibādah kepada-Nya karena Dia telah mengurus mereka dan melimpahkan kepada mereka ni‘mat-ni‘mat yang tampak maupun yang tersembunyi.
  7. 1901). Yaitu agama Islam dan al-Qur’ān.
  8. 1902). Dari Makkah.
  9. 1903). Ya‘ni jika keluarmu dengan maksud berjihad di jalan Allah untuk meninggikan kalimat Allah dan mencari keridhāan-Nya, maka kerjakanlah konsekwensinya yaitu berwalā’ kepada wali-wali Allah dan memusuhi musuh-musuhNya; yang demikian merupakan jihad fī sabīlillāh dan ia termasuk ‘ibādah yang mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh keridhāan-Nya.
  10. 1904). Ya‘ni bagaimana kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam) kepada orang-orang kafir, karena rasa kasih-sayang kepada mereka padahal kamu mengetahui bahwa Allah subḥānahu wa ta‘ālā mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu tampakkan. Perkara itu, meskipun tersembunyi bagi kaum mu’min, namun tidaklah tersembunyi bagi Allah subḥānahu wa ta‘ālā dan Dia akan memberikan balasan kepada hamba-hambaNya sesuai yang Dia ketahui dari mereka, baik atau buruk.
  11. 1905). Ya‘ni memberikan walā’ kepada orang-orang kafir setelah Allah subḥānahu wa ta‘ālā memperingatkannya.
  12. 1906). Hal itu, karena dia telah menempuh jalan yang menyelisihi syara‘, akal dan jalan manusia sejati.
  13. 1907). Selanjutnya Allah subḥānahu wa ta‘ālā menerangkan betapa besarnya permusuhan mereka untuk mendorong kaum mu’min memusuhi mereka.
  14. 1908). Dengan memukulmu atau membunuhmu atau melakukan perbuatan lainnya untuk menyakitimu.
  15. 1909). Dengan mencaci-makimu.
  16. 1910). Inilah maksud utama mereka.
  17. 1911). Yang masih musyrik.
  18. 1912). Untuk menolak ‘adzāb-Nya pada hari Kiamat.
  19. 1913). Dengan mereka.
  20. 1914). Oleh karena itu, Dia memperingatkan kamu untuk tidak berwalā’ kepada orang-orang kafir, di mana berwalā’ kepada mereka dapat memberikan madharrat (kerugian) kepadamu.
  21. 1915). Baik ucapannya maupun perbuatannya.
  22. 1916). Dari kalangan kaum mu’min.
  23. 1917). Selanjutnya mereka memperlihatkan permusuhan dengan jelas.
  24. 1918). Dengan badan.
  25. 1919). Dengan hati.
  26. 1920). Selama kamu berada di atas kekafiran.
  27. 1921). Ya‘ni jika kamu beriman kepada Allah saja, maka hilanglah permusuhan dan kebencian itu dan berubah menjadi persaudaraan dan saling mencintai. Kalian wahai kaum mu’min dapat mengambil suri teladan yang baik dari Ibrāhīm dan orang-orang yang bersamanya dalam hal menegakkan keimanan dan tauḥīd, menegakkan bagian keimanan dan konsekwensinya.
  28. 1922). Yaitu Āzar ketika ia diajak Nabi Ibrāhīm ‘alaih-is-salām beriman dan mentauḥīdkan Allah, namun ia menolak, maka Nabi Ibrāhīm memintakan ampunan untuk ayahnya yang musyrik itu. Hal ini tidak boleh ditiru, karena Allah tidak membenarkan orang mu’min memintakan ampunan untuk orang-orang kafir (Lihat surah at-Taubah ayat 113-114).
  29. 1923). Ya‘ni, jangan Engkau memenangkan mereka di atas kami, sehingga mereka menyangka bahwa mereka berada di atas kebenaran. Atau maksudnya, janganlah Engkau memberikan kekuasaan kepada mereka terhadap kami karena dosa-dosa kami sehingga mereka menindas kami dan menghalangi kami melakukan hal yang menjadi bagian dari keimanan, dan mereka juga tertipu oleh diri mereka, karena ketika mereka melihat bahwa mereka memperoleh kemenangan, maka mereka mengira bahwa mereka berada di atas kebenaran dan kami berada di atas kebatilan sehingga mereka bertambah kafir dan melampaui batas.
  30. 1924). Terhadap dosa dan maksiat yang kami kerjakan dan sikap kurangnya kami dalam menjalankan perintah-Mu.
  31. 1925). Yang menundukkan segala sesuatu.
  32. 1926). Yang meletakkan sesuatu pada tempatnya. Maka dengan keperkasaan-Mu dan kebijaksanaan-Mu ya Allah tolonglah kami dalam melawan musuh-musuh kami, ampunilah dosa-dosa kami dan perbaikilah aib kami.
  33. 1927). Selanjutnya Allah subḥānahu wa ta‘ālā mengulangi lagi dorongan-Nya untuk mengikuti Ibrāhīm dan orang-orang yang bersamanya dari kalangan kaum mu’min.
  34. 1928). Orang inilah yang mudah ber-uswah (mengambil teladan) kepada mereka (Nabi Ibrāhīm ‘alaih-is-salām dan orang-orang yang bersamanya). Karena beriman kepada Allah dan mengharapkan pahala-Nya serta takut terhadap siksaan pada hari Kiamat akan membuat seorang hamba mudah melakukan sesuatu yang susah, membuat sedikit sesuatu yang banyak serta membuatnya banyak mengikuti hamba-hamba Allah yang shāliḥ, yaitu para nabi dan para rasūl.
  35. 1929). Dari taat kepada Allah dan ber-uswah kepada para rasūl Allah, maka ia tidaklah memadharratkan (merugikan) siapa-siapa selain kepada dirinya sendiri, dan Allah subḥānahu wa ta‘ālā tidaklah terkena madharrat sedikit pun.
  36. 1930). Dia Mahakaya dari segala sisi sehingga Dia tidak butuh kepada seorang pun dari makhlūq-Nya dari segala sisi.
  37. 1931). Baik pada Dzāt-Nya, nama-Nya, sifat-Nya dan perbuatan-Nya. Dia terpuji dalam semua itu.
  38. 1932). Selanjutnya Allah subḥānahu wa ta‘ālā memberitahukan bahwa permusuhan ini, ya‘ni yang Allah perintahkan dilakukan terhadap orang-orang musyrik adalah selama mereka tetap di atas kekafiran dan kesyirikannya, dan bahwa jika mereka berubah menjadi beriman, maka hukum sebagaimana berjalan bersama ‘illatnya (sebabnya), berubahlah mereka menjadi dicintai dan dikasihi.
  39. 1933). Yaitu dengan memberi mereka hidāyah untuk beriman sehingga mereka menjadi orang-orang yang kamu kasihi.
  40. 1934). Untuk berbuat demikian (menjadikan mereka beriman) dan merubahnya dari satu keadaan kepada keadaan yang lain, dan ternyata Dia melakukannya setelah terjadi Fatḥu Makkah (penaklukkan Makkah).
  41. 1935). Tidak berat bagi-Nya mengampuni dosa dan tidak susah bagi-Nya menutupi aib, Dia berfirman: “Katakanlah: “Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.