Surah al-Mujadilah 58 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan (3/3)

Tafsīru Hidāyat-il-Insān
Judul Asli: (
هداية الإنسان بتفسير القران)
Disusun oleh:
Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā

Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa
Dari Situs: www.tafsir.web.id

Rangkaian Pos: Surah al-Mujadilah 58 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan

Ayat 14-21: Beberapa ayat ini membicarakan tentang orang-orang munāfiq yang mengambil orang-orang Yahūdī sebagai kawannya, di mana mereka mencintai dan bersikap setia kepadanya, maka di dalam ayat ini tirai dan kedok mereka dibuka. Dalam ayat ini juga terdapat larangan berteman dengan orang-orang yang memusuhi Islam.

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِيْنَ تَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ اللهُ عَلَيْهِمْ مَّا هُمْ مِّنْكُمْ وَ لَا مِنْهُمْ وَ يَحْلِفُوْنَ عَلَى الْكَذِبِ وَ هُمْ يَعْلَمُوْنَ.

  1. (18001) Tidakkah engkau perhatikan orang-orang (munāfiq) yang menjadikan suatu kaum yang telah dimurkai Allah (18012) sebagai sahabat? Orang-orang itu bukan dari (kaum) kamu (18023) dan bukan dari (kaum) mereka (18034). (18045) Dan mereka bersumpah atas kebohongan (18056), sedang mereka mengetahuinya (18067).

أَعَدَّ اللهُ لَهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ.

  1. Allah telah menyediakan ‘adzāb yang sangat keras bagi mereka. Sungguh, betapa buruknya apa yang telah mereka kerjakan.

اتَّخَذُوْا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللهِ فَلَهُمْ عَذَابٌ مُّهِيْنٌ.

  1. Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai (18078), lalu mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah (18089); maka bagi mereka ‘adzāb yang menghinakan (180910).

لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَ لَا أَوْلَادُهُمْ مِّنَ اللهِ شَيْئًا أُوْلئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيْهَا خَالِدُوْنَ.

  1. Harta benda dan anak-anak mereka tidak berguna sedikit pun (untuk menolong) mereka dari ‘adzāb Allah. Mereka itulah penghuni neraka (181011), mereka kekal di dalamnya.

يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللهُ جَمِيْعًا فَيَحْلِفُوْنَ لَهُ كَمَا يَحْلِفُوْنَ لَكُمْ وَ يَحْسَبُوْنَ أَنَّهُمْ عَلَى شَيْءٍ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْكَاذِبُوْنَ.

  1. (181112) (Ingatlah) pada hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah, lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka orang-orang mu’min) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu (181213); dan mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh sesuatu (manfaat) (181314). Ketahuilah, bahwa mereka orang-orang pendusta.

اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللهِ أُوْلئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ.

  1. Syaithān telah menguasai mereka (181415), lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaithān. Ketahuilah, bahwa golongan syaithān itulah golongan yang rugi (181516).

إِنَّ الَّذِيْنَ يُحَادُّوْنَ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ أُوْلئِكَ فِي الْأَذَلِّيْنَ.

  1. (181617) Sesungguhnya orang-orang yang menetang Allah dan Rasūl-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina.

كَتَبَ اللهُ لَأَغْلِبَنَّ أَنَا وَ رُسُلِيْ إِنَّ اللهَ قَوِيٌّ عَزِيْزٌ.

  1. Allah telah menetapkan (181718): “Aku dan rasūl-rasūl-Ku pasti menang (181819).” Sungguh, Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa.

Ayat 22: Menerangkan cinta dan benci karena Allah di mana hal itu merupakan pokok keimanan, dan bahwa iman tidaklah sempurna kecuali dengan memusuhi musuh-musuh Allah.

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَ الْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّوْنَ مَنْ حَادَّ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ وَ لَوْ كَانُوْا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيْرَتَهُمْ أُولئِكَ كَتَبَ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الْإِيْمَانَ وَ أَيَّدَهُمْ بِرُوْحٍ مِّنْهُ وَ يُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَ رَضُوْا عَنْهُ أُوْلئِكَ حِزْبُ اللهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللهِ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ.

  1. Engkau (Muḥammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasūl-Nya (181920), sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya. Meraka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Lalu dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridhā terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Merekalah golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung.

Selesai dengan pertolongan Allah dan taufīq-Nya, wa lā ḥaula wa lā quwwata illā billāh.

Catatan:

  1. 1800). Allah subḥānahu wa ta‘ālā memberitahukan tentang buruknya keadaan kaum munāfiq yang berwalā’ (memberikan sikap cinta dan setia) kepada orang-orang kafir dan menjadikan mereka sebagai sahabat, baik mereka itu orang-orang Yahūdī, Nashrānī dan yang lainnya yang Allah subḥānahu wa ta‘ālā murkai. Mereka memperoleh laknat Allah dan bersikap ragu-ragu antara beriman atau kafir. Mereka bukan orang-orang mu’min baik zhāhir (luar) maupun bāthin (dalam) karena bāthin mereka bersama orang-orang kafir, dan bukan pula orang-orang kafir baik zhāhir maupun bāthin karena zhāhir mereka bersama kaum mu’min. Inilah sifat mereka yang telah disebutkan Allah subḥānahu wa ta‘ālā, mereka bersumpah dengan sumpah yang berlawanan dengan keadaan mereka, yaitu bahwa mereka adalah orang-orang mu’min, padahal mereka mengetahui bahwa mereka bukan orang-orang mu’min. Maka balasan terhadap mereka yang berkhianat itu yang fāsiq lagi berdusta adalah Allah siapkan untuk mereka ‘adzāb yang pedih. Mereka mengerjakan perbuatan yang mendatangkan kemurkaan Allah subḥānahu wa ta‘ālā, mendatangkan hukuman dan laknat-Nya.
  2. 1801). Yaitu orang-orang Yahūdī.
  3. 1802). Yaitu orang-orang mu’min.
  4. 1803). Yaitu orang-orang Yahūdī.
  5. 1804). Imām Aḥmad di juz 1 hal. 240 meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Ibnu ‘Abbās radhiyallāhu ‘anhumā ia berkata: Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: Akan masuk menemui kamu seorang yang melihat dengan satu mata syaithān atau kedua mata syaithān.” Lalu ada seorang yang biru matanya dan berkata: “Wahai Muḥammad! Atas dasar apa engkau engkau memakiku atau mencelaku.” Atau semisalnya. Ibnu ‘Abbās berkata: “Ia pun bersumpah, dan turunlah ayat ini yang ada di surah al-Mujādilah: “Dan mereka bersumpah atas kebohongan,” dan ayat yang lain. (Haitsamī berkata dalam Majma‘-uz-Zawā’id, “Diriwayatkan oleh Aḥmad, al-Bazzār dan para perawi semuanya adalah para perawi hadits shaḥīḥ, namun di sana disebutkan bahwa Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam yang berkata kepada orang itu: “Atas dasar apa engkau dan kawanmu memakiku. Syaikh Muqbil menjelaskan, bahwa inilah yang disebutkan dalam Musnad di halaman 267 dan 350. Hadits tersebut diriwayatkan pula oleh Ḥākim dalam Mustadrak juz 2 hal. 482, ia berkata, “Hadits ini shaḥīḥ sesuai syarat Muslim, namun keduanya (Bukhārī dan Muslim) tidak menyebutkannya.”).
    Ibnu Jarīr di juz 10 hal. 185 dan asy-Syaukānī di juz 2 hal. 384 menyandarkannya kepada Thabrānī, Abusy-Syaikh dan Ibnu Mardawaih dari hadits Ibnu ‘Abbās yang sama dengan hadits di atas, namun di sana disebutkan, dan turunlah ayat: “Wa yahlifūna billahi mā qālū…dst” (At-Taubah: 74) Syaikh Muqbil menjelaskan, bisa saja kedua ayat itu turun bersamaan karena satu sebab atau bisa juga karena mudhtarrib (goncangnya) Sammāk bin Ḥarb, karena ia seorang yang goncang haditsnya terlebih setelah tuanya, wallāhu a‘lam. Sedangkan ayat yang turun di surah al-Mujādilah lebih kuat karena yang meriwayatkan darinya adalah Syu‘bah, dan ia sudah mendengar sejak lama sebagaimana disebutkan dalam Tahdzīb-ut-Tahdzīb.
  6. 1805). Bahwa mereka beriman.
  7. 1806). Bahwa mereka berdusta dalam ucapan itu.
  8. 1807). Terhadap diri dan harta mereka. Mereka gunakan sumpah itu agar mereka tidak mendapatkan celaan dari Allah, Rasūl-Nya dan kaum mu’min.
  9. 1808). Yaitu jalan yang menghubungkan ke surga, seperti jihād dan lainnya. Mereka halangi diri mereka dan orang lain dari jalan Allah tersebut.
  10. 1809). Karena mereka sombong dari beriman kepada Allah dan tunduk kepada ayat-ayatNya sehingga Allah subḥānahu wa ta‘ālā menghinakan mereka dengan ‘adzāb yang kekal yang tidak dikurangi meskipun sebentar dan tidak pula diberi tangguh.
  11. 1810). Mereka tidak akan dikeluarkan darinya.
  12. 1811). Oleh karena orang-orang munāfiq ketika berada di dunia menipu kaum mu’min, mereka bersumpah bahwa mereka adalah kaum mu’min, maka pada hari Kiamat ketika Allah subḥānahu wa ta‘ālā membangkitkan mereka, mereka akan bersumpah kepada Allah sebagaimana mereka bersumpah kepada kaum mu’min dan mengira bahwa sumpah mereka itu bermanfaat karena kekafiran, kemunāfiqan dan keyakinan mereka yang bāthil senantiasa tertancap dalam hati mereka sedikit demi sedikit sehingga membuat mereka tertipu dan membuat mereka menyangka bahwa mereka di atas sesuatu yang dapat diperhitungkan, sedangkan mereka berdusta, dan dusta itu tidaklah laku di hadapan Tuhan yang mengetahui yang ghaib dan yang tampak. Hal ini akibat mereka dikuasai oleh syaithān dan dihias olehnya ‘amalan mereka serta dibuatnya melupakan mengingat Allah, padahal sesungguhnya syaithān itu adalah musuh yang nyata yang tidak menginginkan untuk mereka selain keburukan, di mana ia tidaklah menyeru pengikutnya selain kepada neraka.
  13. 1812). Di dunia.
  14. 1813). Dari sumpah mereka itu di akhirat sebagaimana sumpah itu bermanfaat ketika di dunia.
  15. 1814 Sehingga mereka selalu menaati syaithān.
  16. 1815). Yang merugikan agama mereka, dunia mereka, diri mereka dan keluarga mereka.
  17. 1816). Ayat ini dan ayat setelahnya merupakan ancaman dan janji. Ancaman terhadap orang yang menentang Allah dan Rasūl-Nya dengan berbuat kufur dan maksiat bahwa ia akan ditelantarkan dan dihinakan serta tidak mendapatkan akhir yang baik. Dan terdapat janji bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasūl-rasūlNya serta mengikuti para rasūl-Nya, bahwa untuk mereka kemenangan dan pertolongan di dunia dan akhirat. Ini merupakan janji yang tidak dapat dipungkiri dan diubah karena Allah subḥānahu wa ta‘ālā Mahabenar, Mahakuat dan Mahaperkasa di mana tidak ada yang dapat menghalangi keinginan-Nya.
  18. 1817). Dalam Lauḥ Maḥfūzh.
  19. 1818). Dengan ḥujjah atau pedang.
  20. 1819). Maksudnya, tidak mungkin orang-orang yang beriman itu berkasih sayang kepada orang-orang yang menentang Allah dan Rasūl-Nya, karena orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir secara hakiki akan meng‘amalkan konsekwensi keimanan dan hal yang menyatu dengannya berupa mencintai orang-orang yang beriman dan berwalā’ kepada mereka serta membenci orang-orang yang tidak beriman dan memusuhinya meskipun ia adalah orang yang paling dekat hubungan dengannya. Inilah keimanan yang hakiki yang ada buahnya dan maksudnya. Orang-orang yang seperti ini telah Allah tanamkan keimanan dalam hati mereka sehingga syubhat dan keraguan tidak akan berpengaruh lagi terhadapnya. Merekalah orang-orang yang telah dikuatkan Allah dengan rūḥ dari-Nya, yaitu dengan wahyu dan pertolongan-Nya serta bantuan ilahi serta iḥsān rabbānī seperti kemauan bāthin, kebersihan hati, kemenangan terhadap musuh dan lain-lain. Merekalah orang yang mendapatkan kehidupan yang baik di dunia ini dan memperoleh surga yang penuh keni‘matan di akhirat; yang di dalamnya terdapat segala yang disenangi jiwa dan indah dipandang mata, dan mereka mendapatkan ni‘mat yang paling besar dan paling utama, yaitu bahwa Allah subḥānahu wa ta‘ālā akan melimpahkan kepada mereka keridhāan-Nya sehingga Dia tidak akan murka lagi kepada mereka dan mereka pun ridhā kepada Tuhan mereka karena pemberian-Nya itu berupa berbagai keistimewaan, berbagai balasan, pemberian yang banyak dan ketinggian derajat di mana mereka tidak melihat ada lagi pemberian yang melebihi itu. Adapun orang yang mengaku bahwa dirinya beriman kepada Allah dan hari Akhir, namun dia mengasihi musuh-musuh Allah; mencintai orang yang membuang iman ke belakang punggungnya, maka iman ini adalah iman pengakuan yang tidak ada hakikatnya, karena segala sesuatu butuh bukti yang membenarkannya. Pengakuan semata tidaklah membuahkan apa-apa dan tidak membenarkan pengakunya.