Surah al-Mujadilah 58 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan (2/3)

Tafsīru Hidāyat-il-Insān
Judul Asli: (
هداية الإنسان بتفسير القران)
Disusun oleh:
Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā

Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa
Dari Situs: www.tafsir.web.id

Rangkaian Pos: Surah al-Mujadilah 58 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan

Ayat 7-10: Celaan terhadap perundingan rahasia yang berisi dosa.

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ مَا فِي الْأَرْضِ مَا يَكُوْنُ مِنْ نَّجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَ لَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَ لَا أَدْنَى مِنْ ذلِكَ وَ لَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوْا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ.

  1. Tidakkah engkau perhatikan, bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tidak ada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tidak ada yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia pasti ada bersama mereka di mana pun mereka berada (17761). Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari Kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِيْنَ نُهُوْا عَنِ النَّجْوَى ثُمَّ يَعُوْدُوْنَ لِمَا نُهُوْا عَنْهُ وَ يَتَنَاجَوْنَ بِالْإِثْمِ وَ الْعُدْوَانِ وَ مَعْصِيَتِ الرَّسُوْلِ وَ إِذَا جَاؤُوْكَ حَيَّوْكَ بِمَا لَمْ يُحَيِّكَ بِهِ اللهُ وَ يَقُوْلُوْنَ فِيْ أَنْفُسِهِمْ لَوْ لَا يُعَذِّبُنَا اللهُ بِمَا نَقُوْلُ حَسْبُهُمْ جَهَنَّمُ يَصْلَوْنَهَا فَبِئْسَ الْمَصِيْرُ.

  1. Tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia (17772), kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada rasul. Dan apabila mereka datang kepadamu (Muḥammad), (17783) mereka mengucapkan salam dengan cara yang bukan seperti yang ditentukan Allah untukmu (17794). Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri: “Mengapa Allah tidak menyiksa kita atas apa yang kita katakan itu?” (17805) Cukuplah bagi mereka Jahannam yang akan mereka masuki (17816). Maka neraka itu seburuk-buruk tempat kembali (17827).

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا تَنَاجَيْتُمْ فَلَا تَتَنَاجَوْا بِالْإِثْمِ وَ الْعُدْوَانِ وَ مَعْصِيَتِ الرَّسُوْلِ وَ تَنَاجَوْا بِالْبِرِّ وَ التَّقْوَى وَ اتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ إِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ.

  1. Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan perbuatan dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasūl. Tetapi bicarakanlah tentang perbuatan kebajikan dan taqwā. Dan bertaqwālah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikumpulkan kembali.

إِنَّمَا النَّجْوَى مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ لَيْسَ بِضَارِّهِمْ شَيْئًا إِلَّا بِإِذْنِ اللهِ وَ عَلَى اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ.

  1. Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu termasuk (perbuatan) syaithān (17838), agar orang-orang yang beriman itu bersedih hati (17849), sedang (pembicaraan) itu tidaklah memberi bencana sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan idzin Allah (178510). Dan kepada Allah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal (178611).

Ayat 11: Sopan santun menghadiri majlis ‘ilmu.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ وَ إِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ.

  1. (178712) Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu: “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu (178813). Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu (178914),” maka berdirilah (179015), niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ‘ilmu beberapa derajat (179116). Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan (179217).

Ayat 12-13: Perintah kepada kaum mu’min untuk bersedekah kepada kaum fakir sebelum berbincang-bincang dengan Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, di mana di dalamnya terdapat sikap memuliakan Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam, memberikan manfaat kepada kaum fakir dan memisahkan antara pecinta dunia dan pecinta akhirat, namun hukum ini telah dimansūkh.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا نَاجَيْتُمُ الرَّسُوْلَ فَقَدِّمُوْا بَيْنَ يَدَيْ نَجْوَاكُمْ صَدَقَةً ذلِكَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَ أَطْهَرُ فَإِنْ لَّمْ تَجِدُوْا فَإِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ.

  1. (179318) Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasūl, hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum (melakukan) pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih. Tetapi jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sungguh, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (179419).

أَأَشْفَقْتُمْ أَنْ تُقَدِّمُوْا بَيْنَ يَدَيْ نَجْوَاكُمْ صَدَقَاتٍ فَإِذْ لَمْ تَفْعَلُوْا وَ تَابَ اللهُ عَلَيْكُمْ فَأَقِيْمُوا الصَّلَاةَ وَ آتُوا الزَّكَاةَ وَ أَطِيْعُوا اللهَ وَ رَسُوْلَهُ وَ اللهُ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ.

  1. Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum (melakukan) pembicaraan dengan Rasūl? Tetapi jika kamu tidak melakukannya (179520) dan Allah telah memberi ampun kepadamu, maka laksanakanlah shalat (179621), dan tunaikanlah zakat (179722) serta taatlah kepada Allah dan Rasūl-Nya! (179823) Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan (179924).

Catatan:

  1. 1776). Ma‘iyyah (kebersamaan) Allah subḥānahu wa ta‘ālā di sini adalah ma‘iyyah ‘ilmu (pengetahuan)-Nya dan meliputnya Dia terhadap apa yang mereka bisikkan dan apa yang mereka sembunyikan di antara mereka.
  2. 1777). Pembicaraan rahasia di sini adalah pembicaraan rahasia antara dua orang atau lebih, di mana terkadang isi pembicaraannya bisa baik dan bisa buruk. Allah subḥānahu wa ta‘ālā dalam ayat ini memerintahkan kaum mu’min agar membicarakan yang baik saja, yaitu berupa kebaikan dan ketaatan serta memenuhi hak Allah dan hak hamba-Nya. Demikian juga membicarakan ketaqwāan, yaitu meninggalkan segala yang haram dan dosa. Oleh karena itu, pembicaraan orang mu’min hanyalah terhadap hal yang mendekatkan mereka kepada Allah, menjauhkan mereka dari kemurkaan-Nya. Adapun orang fāsiq, maka dia meremehkan perintah Allah, membicarakan dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam sebagaimana orang-orang munāfiq yang kebiasaannya seperti itu.
  3. 1778). Imām Aḥmad meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada ‘Abdullāh bin ‘Amr, bahwa orang-orang Yahūdī berkata kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘laihi wa sallam: “Sām ‘alaika (Kematian atasmu),” lalu mereka berkata dalam hati mereka: “Mengapa Allah tidak menyiksa kita terhadap apa yang kita ucapkan?” Maka turunlah ayat ini: “Mereka mengucapkan salām dengan cara yang bukan seperti yang ditentukan Allah untukmu….dst.” (Hadits ini menurut Haitsamī, diriwayatkan oleh Aḥmad, al-Bazzār, dan Thabrānī dengan isnād yang jayyid, karena Ḥammād mendengar dari ‘Athā’ bin as-Sā’ib di saat ‘Athā’ masih sehat.”)
    Imām Muslim meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada ‘Ā’isyah ia berkata: “Ada beberapa orang dari kalangan Yahūdī yang datang kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam, lalu mereka berkata: “As-Sām‘alaika (Kematian atasmu) wahai Abul-Qāsim!” Beliau menjawab,: “Wa ‘alaikum (Demikian juga kepada kamu), “ ‘Ā’isyah berkata: “Bahkan atasmu (wahai orang-orang Yahūdī) as-Sām (kematian) dan adz-Dzām (cacat).” Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai ‘Ā’isyah, janganlah kamu menjadi orang yang berbicara keji.” ‘Ā’isyah berkata: “Apakah engkau tidak mendengar apa yang mereka ucapkan?” Beliau menjawab: “Bukankah aku telah mengembalikan kepada mereka apa yang mereka ucapkan? Aku ucapkan: “Wa ‘alaikum (demikian juga kepadamu).
  4. 1779). Ya‘ni mereka beradab buruk ketika mengucapkan salām kepadamu.
  5. 1780). Hal ini menunjukkan, bahwa mereka meremehkan perkara tersebut dan berdalih dengan tidak di‘adzābnya mereka bahwa ucapan mereka tidak berbahaya, maka Allah subḥānahu wa ta‘ālā menerangkan sebagaimana dalam lanjutan ayat di atas bahwa Dia memberi tangguh, namun tidak membiarkan begitu saja.
  6. 1781). Ya‘ni cukuplah bagi mereka neraka Jahannam yang menghimpun segala kesengsaraan dan ‘adzāb, di mana mereka akan di‘adzāb di dalamnya.
  7. 1782). Mereka ini bisa kaum munāfiq yang menampakkan keimanan yang berbicara dengan Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dengan ucapan tersebut dan memberikan kesan bahwa maksud mereka adalah baik, dan bisa juga bahwa mereka ini adalah kaum Ahli Kitāb yang mengucapkan salāmnya kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam dengan ucapan “As-Sām” (kematian) tanpa huruf lām.
  8. 1783). Ya‘ni pada pembicaraan musuh-musuh kaum mu’min terhadap orang-orang mu’min yang isinya makar, tipu daya dan keinginan buruk adalah berasal dari syaithān yang tipu dayanya lemah.
  9. 1784). Inilah tujuan dan maksud dari makar itu.
  10. 1785). Hal itu, karena Allah subḥānahu wa ta‘ālā telah menjanjikan kaum mu’min untuk memberikan kecukupan dan pertolongan-Nya, Dia menjelaskan bahwa makar yang buruk tidaklah menimpa kecuali kepada pelakunya. Oleh karena itu, betapa pun mereka telah berbisik-bisik dan membuat makar, namun bahayanya kembali menimpa mereka dan tidak membayahakan kaum mu’min kecuali sedikit sesuai yang telah ditentukan Allah subḥānahu wa ta‘ālā.
  11. 1786). Ya‘ni bersandar kepada-Nya dan percaya terhadap janji-Nya, karena barang siapa bertawakkal kepada Allah, maka Allah akan mencukupkannya dan mengurus urusan agama dan dunianya.
  12. 1787). Ayat ini merupakan pemberian adab dari Allah subḥānahu wa ta‘ālā kepada hamba-hamba-Nya yang mu’min, yaitu apabila mereka berkumpul dalam suatu majlis dan sebagian mereka atau sebagian orang yang datang butuh diberikan tempat duduk agar diberikan kelapangan untuknya. Hal itu, tidaklah merugikan orang yang duduk sedikit pun sehingga tercapai maksud saudaranya tanpa ada kerugian yang diterimanya. Dan balasan disesuaikan dengan jenis ‘amalan, barang siapa yang melapangkan, maka Allah subḥānahu wa ta‘ālā akan memberikan kelapangan untuknya.
  13. 1788). Di surga.
  14. 1789). Untuk shalat tahiyyat-ul-masjid, atau untuk melakukan kebaikan lainnya atau karena kebutuhan yang muncul.
  15. 1790 Agar terwujud maslahat itu, karena berdiri dalam hal seperti ini termasuk ‘ilmu dan iman, dan Allah subḥānahu wa ta‘ālā akan meninggikan orang-orang yang ber‘ilmu dan beriman dengan beberapa derajat sesuai yang Allah berikan kepadanya berupa ‘ilmu dan iman.
  16. 1791). Di surga.
  17. 1792). Oleh karena itu, Dia akan membalas setiap orang yang ber‘amal dengan ‘amalnya, jika baik maka akan dibalas dengan kebaikan dan jika buruk, maka akan dibalas dengan keburukan. Dalam ayat ini terdapat keutamaan ‘ilmu, dan bahwa penghias dan buahnya adalah memiliki adab yang baik dan meng‘amalkan ‘ilmu tersebut.
  18. 1793). Allah subḥānahu wa ta‘ālā memerintahkan kaum mu’min untuk bersedekah sebelum mengadakan pembicaraan dengan Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam sebagai pemberian adab dan pengajaran untuk mereka dan untuk memuliakan Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Hal itu, karena memuliakan Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam lebih baik bagi orang-orang mu’min, ya‘ni lebih memperbanyak kebaikan dan pahala mereka serta lebih menyucikan mereka dari noda dosa yang di antaranya adalah meninggalkan sikap menghormati Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan beradab terhadap Beliau dengan banyak melakukan pembicaraan yang tidak ada manfaatnya. Oleh karena itu, ketika diperintahkan bersedekah sebelum melakukan pembicaraan dengan Beliau, maka yang demikian merupakan mīzān (tambangan) bagi orang yang menginginkan kebaikan dan ‘ilmu, sehingga ia pun mau bersedekah, tetapi bagi orang yang tidak memiliki keinginan kepada kebaikan yang maksudnya adalah semata-mata banyak berbicara dengan Beliau, maka ia pun menahan diri -karena ada perintah bersedekah itu- dari berbicara yang tidak ada faedahnya yang memberatkan Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Hal ini tertuju kepada orang yang mampu bersedekah, adapun orang yang tidak mampu bersedekah, maka Allah subḥānahu wa ta‘ālā tidak memberatkannya bahkan memaafkan dan mema‘luminya dan membolehkan baginya berbincang-bincang tanpa mengeluarkan sedekah terlebih dahulu di mana ia tidak sanggup mengeluarkannya. Selanjutnya, ketika Allah subḥānahu wa ta‘ālā melihat beratnya mereka mengeluarkan sedekah untuk setiap kali pembicaraan, maka Dia memudahkan mereka dan tidak menghukum mereka karena tidak bersedekah sebelumnya, namun memuliakan Beliau dan menghormatinya tidaklah dimansūkh (dihapus), karena hal ini termasuk perkara yang disyarī‘atkan karena sebab yang lain, bukan maksud itu sendiri, bahkan maksudnya adalah beradab terhadap Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan memuliakan Beliau, dan Allah subḥānahu wa ta‘ālā memerintahkan mereka beberapa perkara besar yang merupakan maksudnya, Dia berfirman: “Tetapi jika kamu tidak melakukannya dan Allah telah memberi ampun kepadamu, maka laksanakanlah shalat, dan tunaikanlah zakat serta taatlah kepada Allah dan Rasūl-Nya!
  19. 1794). Ayat ini kemudian dimansūkh dengan ayat setelahnya.
  20. 1795). Ya‘ni tidak mudah bagimu mengeluarkan sedekah. Namun tidak cukup sampai di sini, karena tidak menjadi syarat bagi ‘perintah’ harus ringan bagi seorang hamba. Oleh karena itu, Allah subḥānahu wa ta‘ālā membatasinya dengan firman-Nya: “dan Allah telah memberi ampun kepadamu,” ya‘ni memaafkan hal itu untuk kamu.
  21. 1796). Dengan rukun dan syaratnya serta memperhatikan semua batasannya.
  22. 1797). Kepada para mustahiqnya. Shalat dan zakat merupakan induk ‘ibādah badan dan harta, barang siapa yang mengerjakan keduanya sesuai cara yang disyarī‘atkan, maka ia telah memenuhi hak Allah dan hak hamba-hambaNya.
  23. 1798). Ya‘ni tetaplah berada di atas taat kepada Allah dan Rasūl-Nya. Termasuk ke dalam taat kepada Allah dan Rasūl-Nya adalah melaksanakan perintah keduanya, menjauhi larangan, membenarkan berita dan berada dalam batasan Allah subḥānahu wa ta‘ālā.
  24. 1799). Dia mengetahui ‘amal yang kamu kerjakan lalu Dia akan membalas kamu sesuai ‘ilmu-Nya terhadap apa yang ada di hatimu.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *