مَا سَلَكَكُمْ فِيْ سَقَرَ. قَالُوْا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّيْنَ. وَ لَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِيْنَ. وَ كُنَّا نَخُوْضُ مَعَ الْخَائِضِيْنَ. وَ كُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّيْنِ. حَتَّى أَتَانَا الْيَقِيْنُ. فَمَا تَنفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِيْنَ.
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. Dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin. Dan adalah kami membicarakan yang batil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya. Dan adalah kami mendustakan hari pembalasan. Hingga datang kepada kami kematian.” Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa‘at dari orang-orang yang memberikan syafa‘at.”
(al-Muddatstsir [74]: 42-48).
Kemudian ‘Abdullāh membaca: Wahai orang-orang kafir: (مَا سَلَكَكُمْ فِيْ سَقَرَ. قَالُوْا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّيْنَ. وَ لَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِيْنَ. وَ كُنَّا نَخُوْضُ مَعَ الْخَائِضِيْنَ. وَ كُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّيْنِ.) “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. Dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin. Dan adalah kami membicarakan yang batil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya. Dan adalah kami mendustakan hari pembalasan.” Ia menghitung dengan tangannya empat kali lalu berkata: “Apakah kalian melihat ada kebaikan pada mereka? Ketahuilah, tidak akan dibiarkan tinggal di neraka orang yang masih memiliki kebaikan.” (12231).
Al-Ḥākim meriwayatkannya dalam al-Mustadrak 2: 507-508 dari Abū Bakar Muḥammad bin Ja‘far bin Mūsā al-Muzzakī dari Abū ‘Abdillāh Muḥammad bin Ibrāhīm al-‘Abdī dari Maḥbūb bin Mūsā al-‘Anthākī dari Ibnu-ul-Mubārak dari Sufyān bin Sa‘īd dari Salamah seperti riwayat aslinya yang termuat dalam hadits tentang Dajjāl. Ia menambahkan: “Apabila Allah menghendaki tidak ada lagi penghuni neraka yang keluar darinya, Dia akan mengubah muka dan kulit mereka. Lalu keluarlah laki-laki mu’min kemudian berkata: “Wahai Tuhan”, maka Allah berfirman: “Barang siapa yang mengenal seseorang, ia boleh mengeluarkannya.” Lalu ia pun melihat (di dalam neraka) tapi tidak ada seorang pun yang ia kenal. Lalu ada seseorang (penhuni neraka) memanggilnya: “Wahai fulan, aku adalah si fulan.” Maka ia berkata: “Aku tidak mengenalmu.” Ketika itulah mereka mengatakan: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami daripadanya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhalim.” (al-Mu’minūn [23]: 107). Maka ketika itulah Allah berfirman: “Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku.” (al-Mu’minūn [23]: 108). Apabila Allah telah berfirman demikian, maka Jahannam ditutup rapat dan tidak ada lagi yang keluar darinya selama-lamanya.” Ia menilainya shaḥīḥ dan diperkuat oleh adz-Dzahabī. Ia mengulanginya yang termuat dalam hadits panjang tentang fitnah Dajjal dan hari kiamat 4: 496-498 dari Abū ‘Abdullāh Muḥammad bin ‘Abdillāh az-Zāhid al-Ashbāhānī dari al-Ḥusain bin Ḥafsh dari Sufyān dari Salamah dengan redaksi yang sama. Ia juga mengulangi lagi 4: 598-600 yang termuat dalam bentuk lain dari Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin ‘Abdillāh az-Zāhid al-Ashbāhānī dari Asad dari ‘Āshim dari al-Ḥusain bin Ḥafsh dengan redaksi yang sama. Ia menilainya shaḥīḥ dan diperkuat oleh adz-Dzahabī pada hadits pertama. Sementara pada hadits kedua ia berkata: “Keduanya tidak berhujjah dengan Abuz-Za‘rā’.” (Lihat Sūrat-ul-Qalam ayat 42-43).
Al-Qurthubī meriwayatkan dalam al-Aḥkām 19: 86 dari ‘Abdullāh bin Mas‘ūd: “Nabi kalian Muḥammad s.a.w. merupakan yang keempat dari empat orang yang akan memberi syafa‘at, yaitu: Jibrīl a.s., kemudian Ibrāhīm, kemudian Mūsā, kemudian ‘Īsā, kemudian Nabi s.a.w., kemudian para malaikat, kemudian para nabi, para Shiddīqīn dan Syuhadā’. Kemudian akan ada yang tetap tinggal di Jahannam (untuk selama-lamanya). Lalu ditanyakan kepada mereka: “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. Dan kami tidak (pula) membari makan orang miskin” sampai ayat: “Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa‘at dari orang-orang yang memberikan syafa‘at”.”
‘Abdullāh bin Mas‘ūd berkata: Merekalah yang akan tetap tinggal (selamanya) di Neraka.
Al-Qurthubī berkata: “Kami telah menyebutkan sanad-nya dalam kitab at-Tadzkirah.”
As-Suyūthī mengutipnya dalam ad-Durr 6: 285 dari Ibnu Mardawaih dari Ibnu Mas‘ūd: Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Orang yang masih memiliki iman yang tinggal di Neraka akan keluar berkat syafa‘atku, hingga tidak ada lagi di Neraka kecuali orang-orang yang disebutkan dalam ayat ini: “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” sampai ayat: “syafa‘at dari orang-orang yang memberikan syafa‘at”.” Ia juga mengutipnya 6: 286 dari al-Baihaqī (dalam al-Ba‘ts) dari Ibnu Mas‘ūd: “Allah akan menyiksa orang-orang beriman (yang memiliki dosa) lalu mengeluarkan mereka berkat syafa‘at Nabi Muḥammad s.a.w.. hingga tidak ada lagi di neraka kecuali orang-orang yang disebutkan Allah dalam firman-Nya: “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” sampai ayat: “syafa‘at dari orang-orang yang memberikan syafa‘at”.”