Di dalam hadits Isrā’ yang diriwayatkan di dalam Kitāb Shaḥīḥain dan kitab hadits lainnya, telah disebutkan bahwa Rasūlullāh s.a.w. pernah bersabda, sehubungan dengan gambaran tentang Bait-ul-Ma‘mūr yang ada di langit lapis ketujuh:
فَإِذَا هُوَ يَدْخُلُهُ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ لَا يَعُوْدُوْنَ إِلَيْهِ آخِرُ مَا عَلَيْهِمْ.
Dan ternyata Bait-ul-Ma‘mūr itu setiap harinya dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat yang tidak kembali lagi kepadanya untuk selama-lamanya.
Imām Aḥmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad, telah menceritakan kepada kami Isrā’īl, dari Ibrāhīm ibnu Mahājir, dari Mujāhid, dari Muwarraq, dari Abū Dzarr yang mengatakan bahwa Rasūlullāh s.a.w. telah bersabda:
إِنِّيْ أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ وَ أَسْمَعُ مَا لَا تَسْمَعُوْنَ أَطَّتِ السَّمَاءُ وَ حَقَّ لَهَا أَنْ تَئِطَّ مَا فِيْهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلَّا عَلَيْهِ مَلَكٌ سَاجِدٌ لَوْ عَلِمْتُمْ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلًا وَ لَبَكَبْتُمْ كَثِيْرًا وَ لَا تَلَذَّذْتُمْ بِالنِّسَاءِ عَلَى الْفُرُشَاتِ وَ لَخَرَجْتُمْ إِلَى الصَّعْدَاتِ تَجْأَرُوْنَ إِلَى اللهِ تَعَالَى:
Sesungguhnya aku telah melihat apa yang tidak kamu lihat dan aku telah mendengar apa yang tidak kamu dengar. Langit berderak dan sepantasnya bagi langit berderak karena tiada suatu tempat pun darinya selebar empat buah jari melainkan padanya terdapat malaikat yang sedang sujud. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian benar-benar sedikit tertawa dan banyak menangis, dan tidak mau bersenang-senang dengan wanita di atas peraduan, dan niscaya kamu akan keluar ke tempat-tempat yang tinggi untuk meminta tolong dan berseru kepada Allah s.w.t.
Maka Abū Dzarr memberikan komentarnya: “Demi Allah, (setelah mendengar hadits ini) ia benar-benar menginginkan seandainya dirinya berupa pohon yang dicabut (yakni makhluk yang tidak bernyawa).” Imām Tirmidzī dan Imām Ibnu Mājah telah meriwayatkannya melalui hadits Isrā’īl. Dan Imām Tirmidzī mengatakan bahwa hadits ini ḥasan gharīb, dan hal yang sama telah diriwayatkan dari Abū Dzarr secara mauqūf.
Al-Ḥāfizh Abul-Qāsim ath-Thabrānī mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ḥusain ibnu ‘Arafah al-Mishrī, telah menceritakan kepada kami ‘Urwah ibnu Maryam ar-Ruqqī, telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullāh ibnu ‘Amr, dari ‘Abd-ul-Karīm ibnu Mālik, dari ‘Athā’ ibnu Abī Rabāḥ, dari Jābir ibnu ‘Abdillāh yang mengatakan bahwa Rasūlullāh s.a.w. telah bersabda:
مَا فِي السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ مَوْضِعٌ قَدَمٍ وَ لَا شِبْرٍ وَ لَا كَفٍّ إِلَّا وَ فِيْهِ مَلَكٌ قَائِمٌ أَوْ مَلَكٌ سَاجِدٌ أَوْ مَلَكٌ رَكِعٌ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ قَالُوْا جَمِيْعًا سُبْحَانَكَ مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ إِلَّا أَنَا لَمْ نُشْرِكْ بِكَ شَيْئًا.
Tiada suatu tempat pun, baik selebar telapak kaki, atau selebar sejengkal, atau selebar telapak tangan di langit yang ketujuh, melainkan padanya terdapat malaikat yang sedang berdiri atau malaikat yang sedang sujud atau malaikat yang sedang ruku‘. Dan apabila hari kiamat terjadi, mereka semuanya mengatakan: “Maha Suci Engkau, kami tidak menyembah-Mu dengan penyembahan yang sebenar-benarnya, hanya saja kami tidak pernah mempersekutukan Engkau dengan sesuatu pun.
Muḥammad ibnu Nashr al-Marwazī di dalam Kitāb-us-Shalāt-nya mengatakan, telah menceritakan kepada kami ‘Amr ibnu Zurārah, telah menceritakan kepada kami ‘Abd-ul-Wahhāb, dari ‘Athā’, dari Sa‘īd, dari Qatādah, dari Shafwān ibnu Muḥarriz, dari Ḥākim ibnu Ḥizām yang mengatakan bahwa ketika Rasūlullāh s.a.w. ada bersama para sahabatnya, tiba-tiba beliau bertanya: “Apakah kalian mendengar apa yang ku dengar?” Mereka menjawab: “Kami tidak mendengar sesuatu pun.” Maka Rasūlullāh s.a.w. bersabda:
أَسْمَعُ أَطِيْطَ السَّمَاءِ وَ مَا تُلَامُ أَنْ تَئِطَّ مَا فِيْهَا مَوْضِعُ شِبْرٍ إِلَّا وَ عَلَيْهِ مَلَكٌ رَاكِعٌ أَوْ سَاجِدٌ.
Aku mendengar suara langit berderak, dan tidaklah langit dicela bila berderak, karena tiada sejengkal tempat pun padanya melainkan ada malaikat yang sedang ruku‘ atau sedang sujud.
Ia mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Muḥammad ibnu ‘Abdillāh ibnu Qahzhāzh, telah menceritakan kepada kami Abū Mu‘ādz al-Fadhl ibnu Khālid an-Nahwī, telah menceritakan kepada kami ‘Ubaid ibnu Sulaimān al-Bāhilī, bahwa ia pernah mendengar adh-Dhaḥḥāk ibnu Muzāhim menceritakan hadits berikut dari Masrūq ibn-ul-Ajdā’, dari ‘Ā’isyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasūlullāh s.a.w. telah bersabda:
مَا فِي السَّمَاءِ الدُّنْيَا مَوْضِعُ قَدَمٍ إِلَّا عَلَيْهِ مَلَكٌ سَاجِدٌ أَوْ قَائِمٌ وَ ذلِكَ قَوْلُ الْمَلَائِكَةِ: وَ مَا مِنَّا إِلَّا لَهُ مَقَامٌ مَعْلُوْمٌ وَ إِنَّا لَنَحْنُ الصَّافُّوْنَ وَ إِنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُوْنَ.
Tiada suatu tempat selebar telapak kaki pun di langit yang terdekat melainkan padanya terdapat malaikat yang sedang sujud atau sedang berdiri. Yang demikian itu (diketahui dari) ucapan malaikat (yang disitir oleh firman-Nya): “Tiada seorang pun di antara kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu, dan sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf (dalam menunaikan perintah Allah). Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada Allah).” (ash-Shāffāt: 164-166).
Hadits ini marfū‘, tetapi gharīb sekali. Kemudian ia meriwayatkannya dari Muḥammad ibnu Ādam, dari Abū Mu‘āwiyah, dari al-A‘masy, dari Abudh-Dhuḥā, dari Masrūq, dari Ibnu Mas‘ūd. Ia telah mengatakan: “Sesungguhnya di antara lapisan-lapisan langit terdapat suatu lapisan yang tiada tempat barang sejengkal pun padanya melainkan terdapat kening malaikat (yang sedang sujud) atau kedua telapak kakinya (yang sedang berdiri).” Kemudian Ibnu Mas‘ūd membaca firman-Nya:
وَ إِنَّا لَنَحْنُ الصَّافُّوْنَ. وَ إِنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُوْنَ.
Dan sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf (dalam menunaikan perintah Allah). Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada Allah). (ash-Shāffāt: 165-166).
Kemudian ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aḥmad ibnu Sayyār, telah menceritakan kepada kami Abū Ja‘far alias Muḥammad ibnu Khālid ad-Dimasyqī yang dikenal dengan sebutan Ibnu Ummihi, telah menceritakan kepada kami al-Mughīrah ibnu ‘Umar ibnu ‘Athiyyah dari kalangan Bani ‘Amr ibn ‘Auf, telah menceritakan kepadaku Sulaimān ibnu Ayyūb, dari Salīm ibnu ‘Auf, telah menceritakan kepadaku ‘Athā’ ibnu Yazīd ibnu Mas‘ūd dari Banil-Ḥablī, telah menceritakan kepadaku Sulaimān ibnu ‘Amr ibn-ur-Rabī‘, dari Bani Salīm, telah menceritakan kepadaku ‘Abd-ur-Raḥmān ibn-ul-‘Alā, dari Bani Sa‘īdah, dari ayahnya al-A‘lā ibnu Sa‘d yang ikut dalam penaklukan Makkah dan peperangan yang sesudahnya, bahwa pada suatu hari Nabi s.a.w. bersabda kepada sahabat-sahabat yang sedang duduk bersamanya: “Apakah kalian mendengar suara yang ku dengar?” Mereka bertanya: “Apakah yang telah engkau dengar, wahai Rasūlullāh?” Nabi s.a.w. bersabda:
أَطَّتِ السَّمَاءُ وَ حَقَّ لَهَا أَنْ تَئِطَّ إِنَّهُ لَيْسَ فِيْهَا مَوْضِعُ قَدَمٍ إِلَّا وَ عَلَيْهِ مَلَكٌ قَائِمٌ أَو رَاكِعٌ أَوْ سَاجِدٌ وَ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ: وَ إِنَّا لَنَحْنُ الصَّافُّوْنَ. وَ إِنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُوْنَ.
Langit berderak, dan sepantasnyalah langit berderak karena sesungguhnya tiada padanya tempat selebar telapak kaki pun melainkan ada malaikat yang sedang berdiri, atau sedang ruku‘ atau sedang sujud. Dan para malaikat berkata: “Dan sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf (dalam menunaikan perintah Allah). Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada Allah). (ash-Shāffāt: 165-166).
Sanad hadits ini gharīb sekali.