V
كَلَّا وَ الْقَمَرِ. وَ اللَّيْلِ إِذْ أَدْبَرَ. وَ الصُّبْحِ إِذَا أَسْفَرَ. إِنَّهَا لَإِحْدَى الْكُبَرِ. نَذِيْرًا لِّلْبَشَرِ. لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَتَقَدَّمَ أَوْ يَتَأَخَّرَ. كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِيْنَةٌ. إِلَّا أَصْحَابَ الْيَمِيْنِ. فِيْ جَنَّاتٍ يَتَسَاءَلُوْنَ. عَنِ الْمُجْرِمِيْنَ. مَا سَلَكَكُمْ فِيْ سَقَرَ.
74: 32. Sekali-kali tidak! Demi bulan.
74: 33. Dan malam ketika telah berlalu.
74: 34. Dan Shubuh ketika telah mulai terang.
74: 35. Sesungguhnya dia adalah salah satu dari bencana yang amat besar.
74: 36. Peringatan bagi manusia.
74: 37. Bagi barang siapa di antara kamu yang ingin hendak maju atau hendak mundur,
74: 38. Tiap-tiap diri dengan apa yang telah diperbuatnya adalah bertanggungjawab.
74: 39. Kecuali orang-orang golongan kanan.
74: 40. Di dalam surga-surga mereka itu tanya-bertanya,
74: 41. Darihal orang-orang yang berbuat dosa itu.
74: 42. “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar?”
Di ujung ayat 32 Tuhan telah menyatakan bahwa berapa banyak tentaranya, baik di langit ataupun di bumi, hanya dia sendirilah yang tahu. Berapa hadits Rasūlullāh s.a.w. pun telah menerangkan bagaimana banyaknya malaikat Allah itu. Di dalam salah satu hadits Isrā’ dan Mi‘rāj Nabi kita Muḥammad s.a.w. disebutkan bahwa di Bait-ul-Ma‘mūr yang terletak pada langit yang ketuju itu berkumpullah malaikat 70.000 satu hari pergi sembahyang. Mana yang telah datang ke sana satu kali tidak kembali lagi ke sana untuk kedua kali. Demikianlah terus hari demi hari, sampai hari kiamat kelak. Dan janganlah sampai kaum yang kafir menyangka bahwa mereka dapat melawan malaikat itu, sebagaimana pernah diucapkan oleh Abū Jahl dan Abul-Asyad yang telah kita uraikan di atas.
Setelah itu datanglah ayat yang selanjutnya:
“Sekali-kali tidak!” (Pangkal ayat 32). Artinya, bahwa dibantahlah oleh Tuhan persangkaan bahwa malaikat dapat dipermainkan, atau dapat dikalahkan ketika bergumul. Sekali-kali tidak benarlah bahwa tentara Tuhan itu hanya sembilan belas saja, bahkan lebih. Sekali-kali tidaklah neraka Saqar itu dapat dipandang suatu siksaan yang dapat dipandang enteng; Sekali-kali tidak, “Demi bulan.” (Ujung ayat 32). “Dan malam ketika telah berlalu.”. (Ayat 33). “Dan Shubuh ketika telah mulai terang.” (Ayat 34).
Dengan bersumpah demi bulan, diajaklah manusia menyegarkan ingatannya kembali dan membawanya ke dalam alam kenyataan yang ada di hadapan matanya. Pertama perhatikanlah bulan ketika dia menyebarkan sinar.
Sinar bulan memancar di waktu malam. Alam keliling ketika itu terasa sejuk, bintang-bintang bercahaya muram. Orang-orang yang memupuk perasaan halus yang ada dalam dirinya akan merasakan betapa dekatnya dia dengan Tuhan pada waktu malam itu, di dalam remang-remang sinar bulan. Tiba-tiba apabila hari akan berganti mulailah di sebelah Timur kelihatan fajar menyingsing. Bila fajar telah mulai menyingsing, niscaya malam itu akan berlalu. Meskipun bulan misalnya masih kelihatan, tetapi sinar bulan itu pun tidak begitu berpengaruh lagi, sebab fajar kian lama kian merantang naik; maka berlalulah satu malam, dan Shubuhpun kelak akan berlalu pula bersama berlalunya fajar. Bila matahari telah terbit dari sebelah Timur, Shubuh itupun habislah. Di situ terpasanglah ayat tadi: “Bila Shubuh telah mulai terang”. Dengan berturut ayat 32 dan 33 dan 34 kita diperingatkan kedamaian ‘alam ketika pergantian malam dengan siang. Tetapi Tuhan memberi ingat bahwa sebagai timbalan dari kedamaian dan keindahan alam dipergantian malam kepada siang itu, demikian pulalah apa yang akan terjadi selanjutnya untuk orang yang tidak memperhatikan hubungan dengan Tuhannya dan dengan ‘alam sekelilingnya. Orang yang tidak bersyukur. Untuk orang yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan dan tidak tunduk kepada peraturan Tuhan, yang tidak mau percaya kepada ajakan Nabi-nabi, untuk orang itulah neraka Saqar disediakan.
“Sesungguhnya dia” (Pangkal ayat 35). Yaitu neraka Saqar yang akan menghanguskan kulit, yang tidak meninggalkan dan tidak membiarkan itu: “adalah salah satu dari bencana yang amat besar.” (Ujung ayat 35). Dijelaskanlah dalam ayat ini bahwasanya neraka Saqar hanya salah satu daripada adzab siksa yang disediakan tempat menampung orang-orang yang durhaka, yang tidak mau peduli, yang tidak insaf dari mana dia datang dan ke mana kesudahan daripada perjalanannya:
“Peringatan bagi manusia”. (Ayat 36). – “Bagi barang siapa di antara kamu yang ingin hendak maju dan hendak mundur.” (Ayat 37).
Diperingatkan bahwa Saqar itu ada. Dia ada di samping neraka-neraka besar yang lain-lain. Ini adalah peringatan bagi manusia; Agar manusia menentukan sendiri langkah apa yang akan dipilihnya, apakah dia hendak maju ke muka menjunjung tinggi perintah, beriman dan ber-‘amal shalih, mengirimkan terlebih dahulu sejak hidup yang sekarang ‘amal ibadat yang akan didapatinya di hadapan Tuhan di hari perhitungan kelak, atau dia hendak mundur juga, hendak ragu-ragu juga. Terserahlah kepadanya. Karena Tuhan tidaklah mau menganiaya. Tuhan tidaklah mau menjatuhkan hukuman saja kelak di hari akhirat kepada yang bersalah, kalau tidak dari semenjak hidup dunia ini diberi peringatan terlebih dahulu jalan maju yang akan ditempuh, jangan jalan mundur menurutkan keraguan hati yang akan membawa sengsara bagi diri.
Selanjutnya Tuhan berfirman:
“Tiap-tiap diri dengan apa yang telah diperbuatnya adalah bertanggungjawab.” (Ayat: 38).
Di ayat sebelumnya telah diperingatkan terserahlah kepada manusia sendiri, sesudah manusia diberi peringatan, apakah dia akan maju ke muka, apakah dia akan berbuat ‘amal yang mulia terlebih dahulu semasa masih hidup ini, untuk bekal pertahanan diri di akhirat kelak, atau apakah dia akan mundur, akan ragu-ragu atau tidak perduli kepada yang diserukan oleh Rasūl sebagai pelaksanaan daripada perintah Tuhan.
Telah banyak ayat-ayat yang lain menerangkan bahwa di hari kiamat kelak akan dilakukan perhitungan (hisab) yang teliti. Tidak akan ada orang yang terhukum dengan aniaya. Ganjaran adalah imbalan daripada apa yang dikerjakan. Kalau yang jahat yang dikerjakan, tak dapat tiada, pastilah ganjaran buruk yang akan diterima. Berat atau agak ringan kesalahan yang diperbuat pun menentukan berat dan ringannya ganjaran. Allah itu adalah Hakim Yang Maha ‘Adil. Demikianlah tafsiran dari Ibnu ‘Abbās.
“Kecuali golongan kanan.” (Ayat 39). Artinya bahwa semua manusia pada mulanya sama-sama kena hisab. Masing-masing bergantung kepada ‘amalannya. Sebab itu, orang akan tertahan menunggu perhitungan itu. Tetapi golongan kanan, yaitu orang-orang yang patuh mengikuti perintah Tuhan, maka tidaklah akan sukar perhitungan yang mereka hadapi. Sebab sejak semula meskipun pemeriksaan belum jalan, sudah nampak tanda-tanda orang yang golongan kanan itu. Sejak dari dunia mereka berpendirian tetap, sampaipun ketika datang pertanyaan malaikat di alam kubur. Sampaipun kepada hari berkumpul (mahsyar) golongan kanan sudah ada tandanya: “Wajah mereka berseri dari bekas wudhu’, kening mereka bersinar dari sebab sujud”, sebab itu dapatlah difahamkan bahwa mereka – sebagaimana dijelaskan dalam ayat ini – mendapat pengecualian. “Di dalam surga-surga mereka itu tanya-bertanya” (Ayat 40).
Apakah yang menjadi soal yang dipertanya-tanyakan itu? Dijawab oleh ayat selanjutnya: “Darihal orang-orang yang berbuat dosa itu.” (Ayat 41).
Di dalam tafsir Ibnu Katsīr dikatakannya: “Orang-orang yang termasuk golongan kanan itu berada dalam bilik-bilik yang mulia, sedang orang-orang yang berdosa itu berada di alas paling bawah.”
Memang banyaklah rahasia al-Qur’ān itu tidak dapat dibukakan sekaligus. Kadang-kadang setelah berlalu beratus bahkan seribu tahun baru dapat kita memahamkannya. Kita tertanya-tanya: “Di manakah kedudukan orang golongan kanan ketika bertanya dan di mana kedudukan orang-orang yang berdosa itu? Adakah jarak mereka dekat?”
Ini adalah ‘Alam akhirat yang akan datang, yang wajib kita imani. Kemajuan teknik modern sekarang banyak memberi kita petunjuk untuk menafsirkan ayat. Dengan alat telekomunikasi orang dapat bercakap berhadapan dari Indonesia ke Washington dalam saat itu juga dan dapat melihat wajah masing-masing, meskipun jarak begitu jauh. Bahkan percakapan bisa jelas dan terang, huruf demi huruf. Sebab itu walaupun golongan kanan yang bertanya misalnya telah duduk dalam tempat-tempat yang mulia di dalam syurga-syurga yang disediakan untuk mereka, tidaklah mustahil mereka dapat bercakap dengan orang-orang yang berdosa itu dari jarak yang sangat jauh. Lalu orang golongan kanan itu bertanya:
““Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar?”” (Ayat 42).
Apakah kesalahan kalian sampai masuk ke dalam neraka yang sangat menakutkan itu?