Hati Senang

Surah al-Muddatstsir 74 ~ Tafsir al-Azhar (5/7)

Dari Buku:
Tafsir al-Azhar
Oleh: Prof. Dr. HAMKA

Penerbit: PT. Pustaka Islam Surabaya

IV

سَأُصْلِيْهِ سَقَرَ. وَ مَا أَدْرَاكَ مَا سَقَرُ. لَا تُبْقِيْ وَ لَا تَذَرُ. لَوَّاحَةٌ لِّلْبَشَرِ. عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ. وَ مَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلآئِكَةً وَ مَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ وَ يَزْدَادَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِيْمَانًا وَ لَا يَرْتَابَ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتَابَ وَ الْمُؤْمِنُوْنَ وَ لِيَقُوْلَ الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ وَ الْكَافِرُوْنَ مَاذَا أَرَادَ اللهُ بِهذَا مَثَلًا، كَذلِكَ يُضِلُّ اللهُ مَنْ يَشَاءُ وَ يَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ، وَ مَا يَعْلَمُ جُنُوْدَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ، وَ مَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ.

74: 26. Akan Aku masukkan dia ke dalam Saqar.
74: 27. Adakah yang memberi tahu engkau apaka Saqar itu?
74: 28. Dia tidak meninggalkan dan tidak membiarkan.
74: 29. Pembakar hangus kulit manusia.
74: 30. Di atasnya ada Sembilan Belas.
74: 31. Dan tidak Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka melainkan untuk cobaan bagi orang-orang kafir, supaya menambah yakin orang-orang yang diberi al-Kitab dan orang-orang yang beriman; Dan supaya berkata orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit dan orang-orang kafir: “Apakah yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?” Demikianlah disesatkan Allah barang siapa yang Dia kehendaki, dan diberinya petunjuk barang siapa yang Dia kehendaki. Dan tidaklah ada yang mengetahui tentara Tuhan engkau itu melainkan Dia sendiri. Dan tidaklah ada dia itu melainkan peringatan bagi manusia.

Maka datanglah ancaman Tuhan; Mula pertamanya tentu kepada al-Walīd bin al-Mughīrah. Tetapi untuk selanjutnya tentulah kepada setiap orang yang berperangai sebagai al-Walīd bin al-Mughīrah. Terutama yang berat kesalahannya karena melawan suara hatinya sendiri yang pada mulanya telah menerima kebenaran, tetapi karena tidak ada keberanian menantang yang batil, dilawannya suara hati itu dan diturutinya gelombang kemauan orang banyak: “Akan Aku masukkan dia ke dalam Saqar.” (Ayat 26).

Lalu Tuhan bertanya kepada Rasūl-Nya, guna menguatkan apa yang akan difirmankan Allah selanjutnya: “Adakah yang memberi tahu engkau apakah Saqar itu?” (Ayat 27). Tentu saja sebagai pertanyaan lain yang serupa itu, Tuhan sendiri yang akan mendatangkan jawabnya, sebab tidak ada lain saluran buat diketahui oleh Nabi Muḥammad arti Saqar, melainkan Tuhan juga yang memberitahukan; Sebagaimana Malaikat pun pernah menjawab ketika Tuhan bertanya:

لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا

Tidak ada pengetahuan bagi kami, kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami.

Bahwa neraka Saqar itu bila dia telah membakar: “Dia tidak meninggalkan” (Pangkal ayat 28). Artinya mana yang dibakarnya, tidaklah ada yang dibiarkannya tinggal tersis. Semua habis dibakarnya: “Dan tidak membiarkan” (Ujung ayat 28). Artinya, dan setelah semuanya dimusnahkan tidak ada yang ditinggalkan, merekapun tidak pula dibiarkan istirahat. Adzab siksaan itu akan diulang kembali, berulang-ulang, tidak ditinggalkan tidak dibiarkan, tidak dibiarkan dan tidak ditinggalkan, tidak pernah terhenti dari siksa. Kata Ibnu Sinān: “Selama kena siksa tidak mati dan tidak pula hidup!”

Pembakar hangus kulit manusia.” (Ayat 29). Berkata Mujāhid: “Kulit itu dipanggang sampai hangus, hitam laksana malam. Kata Zaid bin Aslam: “Bahkan seluruh badan.”

Di antaranya ada sembilan belas”. (Ayat 30). Yaitu di dalam neraka itu adalah sembilan belas malaikat Zabāniyyah yang menjaga neraka itu, supaya adzab siksaan Tuhan berlaku dengan pasti kepada manusia yang menerima hukumannya.

Tidaklah dipastikan oleh ayat yang lain apakah sembilan kelas itu bilangan malaikatnya, atau bilangan macamnya atau bilangan barisannya. Ar-Rāzī sebagai Ulama Tafsir yang gemar sekali menghubungkan tafsir dengan hikmat atau filsafat, menguraikan buah renungan beliau tentang bilangan sembilan belas itu.

Kata beliau, yang menyebabkan rusaknya perjalanan jiwa manusia ialah dari sebab kekuatan ḥaiwaniyyah dan thabi‘iyyah. Lebih dijelaskan lagi yaitu dorongan nafsu kebinatangan dan dorongan nafsu bawaan tabiat. Kekuatan dorongan kebinatangan itu lima yang lahir dan lima yang bathin, ditambah dengan dua lagi yaitu syahwat dan angkara murka (marah), maka berjumlah dia dua belas. Ditambah dengan tujuh kekuatan thabi‘at, yaitu: daya penarik, penahan, penelan, penolak, pemberi makanan, penyubur dan pengembang biakkan, semuanya jadi tujuh. Dijumlahkan dengan yang duabelas, menjadi sembilan belas.

Ada lagi beliau mengemukakan buah renungan yang lain. Semuanya itu boleh saja diketahui untuk menilik bagaimana perkembangan fikiran ar-Rāzī sebagai penafsir dan tidak pulalah mesti kita terima.

Dan tidaklah Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat.” (Pangkal ayat 31). Ini dijelaskan oleh Tuhan agar orang yang kafir dapat saja mencemooh seketika mendengar perkhabaran yang demikian. Abū Jahl sendiri setelah mendengar bahwa malaikat itu sembilan belas banyaknya, telah berkata sambil mencemooh kepada kawan-kawannya: “Kalian bodoh semua! Muḥammad mengatakan penjaga neraka itu hanya 19 orang, padahal kalian begini banyak. Apakah jika sepuluh orang di antara kalian mengeroyok seorang dari penjaga itu. Kalau kalian serentak, semua kita sapu bersih sehingga tidak seorang juga yang tinggal.

Seorang kafir lagi bernama Abul-Asyad bin Usaid al-Jumaḥī berkata pula: “Yang tujuh belas orang biar aku yang membersihkan, aku sapu semua! Yang kedua lagi kalian persama-samakan sampai mampus!, Abul-Asyad berkata begitu, karena dia terkenal seorang yang gagah perkasa dan ditakuti orang selama ini. Maka datanglah wahyu Ilahi mengatakan bahwa penjaga yang sembilan belas itu bukanlah manusia, melainkan malaikat. “dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka melainkan untuk cobaan bagi orang-orang kafir,” sebagaimana yang telah kena pada diri Abū Jahl dan Abul-Asyad itu. Dengan sombongnya mereka mengatakan bahwa mereka sanggup menewaskan malaikat-malaikat penjaga neraka itu, karena merasa bahwa mereka lebih kuat: “supaya menambah yakin orang-orang yang diberi al-Kitāb dan orang-orang yang beriman.” Sebab orang-orang yang diberi al-Kitāb, yaitu Yahudi dan Nashrani mempunyai juga pokok kepercayaan tentang adanya malaikat dan juga tentang syurga dan neraka. Maka keterangan-keterangan yang diwahyukan Ilahi kepada Rasūl-Nya itu akan menambah keyakinan mereka bahwa Rasūl itu adalah benar: “Dan supaya berkata orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit dan orang-orang kafir: “Apakah yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?”” Maka bagi orang-orang yang hatinya berpenyakit, apa saja perumpamaan yang diperbuat Tuhan niscaya akan mereka bantah belaka. Sebab bagi mereka membantah itulah yang jadi pokok pendirian hidup, karena merasa diri lebih pintar: “Demikianlah disesatkan Allah barang siapa yang Dia kehendaki, dan diberinya petunjuk barang siapa yang Dia kehendaki.” Kalau petunjuk akan datang, apa saja wahyu yang diturunkan Tuhan, dengan tidak ragu-ragu lagi mereka menyatakan ketaatan dan tidak banyak persoalan lagi. Tetapi kalau hati telah tertutup, betapapun jelasnya ayat Tuhan, namun mereka akan menjauhkan diri jua adanya: “Dan tidaklah ada yang mengetahui tentara Tuhan engkau itu melainkan Dia sendiri.” Mungkin Allah memberitahukan bahwa penjaga neraka Saqar itu adalah sembilan belas malaikat. Tetapi Allah tidak memberi tahu berapa Zabāniyyah penjaga neraka Lazhā, neraka Jahannam, neraka Sa‘īr dan lain-lain. Tuhan tidak memberitahukan berapa banyak tentara-Nya: “Dan tidaklah ada dia.” – yaitu berita Tuhan tentang neraka yang bernama dan sembilan belas malaikat jadi penjaganya – “melainkan peringatan bagi manusia.” (Ujung ayat 31). Supaya manusia mematuhi perintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang dan berusaha memperbaiki diri, meneguhkan ibadat dan berbuat kebajikan selama hidup di dunia ini.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.