Surah al-Ma’arij 70 ~ Tafsir Sayyid Quthb (1/5)

Dari Buku:
Tafsīr fi Zhilāl-il-Qur’ān
Oleh: Sayyid Quthb
 
Penerbit: Gema Insani

Rangkaian Pos: Surah al-Ma'arij 70 ~ Tafsir Sayyid Quthb

SURAH AL-MA‘ĀRIJ

Diturunkan di Makkah
Jumlah Ayat: 44.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

سَأَلَ سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ. لِّلْكَافِريْنَ لَيْسَ لَهُ دَافِعٌ. مِّنَ اللهِ ذِي الْمَعَارِجِ. تَعْرُجُ الْمَلآئِكَةُ وَ الرُّوْحُ إِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ. فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيْلًا. إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُ بَعِيْدًا. وَ نَرَاهُ قَرِيْبًا. يَوْمَ تَكُوْنُ السَّمَاءُ كَالْمُهْلِ. وَ تَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ. وَ لَا يَسْأَلُ حَمِيْمٌ حَمِيْمًا. يُبَصَّرُوْنَهُمْ يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِيْ مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيْهِ. وَ صَاحِبَتِهِ وَ أَخِيْهِ. وَ فَصِيْلَتِهِ الَّتِيْ تُؤْوِيْهِ. وَ مَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ يُنْجِيْهِ. كَلَّا إِنَّهَا لَظَى. نَزَّاعَةً لِّلشَّوَى. تَدْعُوْا مَنْ أَدْبَرَ وَ تَوَلَّى. وَ جَمَعَ فَأَوْعَى. إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًا. إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوْعًا. وَ إِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوْعًا. إِلَّا الْمُصَلِّيْنَ. الَّذِيْنَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ دَائِمُوْنَ. وَ الَّذِيْنَ فِيْ أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَّعْلُوْمٌ. لِّلسَّائِلِ وَ الْمَحْرُوْمِ. وَ الَّذِيْنَ يُصَدِّقُوْنَ بِيَوْمِ الدِّيْنِ. وَ الَّذِيْنَ هُمْ مِّنْ عَذَابِ رَبِّهِمْ مُّشْفِقُوْنَ. إِنَّ عَذَابَ رَبِّهِمْ غَيْرُ مَأْمُوْنٍ. وَ الَّذِيْنَ هُمْ لِفُرُوْجِهِمْ حَافِظُوْنَ. إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُوْمِيْنَ. فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذلِكَ فَأُوْلئِكَ هُمُ الْعَادُوْنَ. وَ الَّذِيْنَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَ عَهْدِهِمْ رَاعُوْنَ. وَ الَّذِيْنَ هُمْ بِشَهَادَاتِهِمْ قَائِمُوْنَ. وَ الَّذِيْنَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُوْنَ. أُولئِكَ فِيْ جَنَّاتٍ مُّكْرَمُوْنَ. فَمَالِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا قِبَلَكَ مُهْطِعِيْنَ. عَنِ الْيَمِيْنِ وَ عَنِ الشِّمَالِ عِزِيْنَ. أَيَطْمَعُ كُلُّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ أَنْ يُدْخَلَ جَنَّةَ نَعِيْمٍ. كَلَّا إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِّمَّا يَعْلَمُوْنَ. فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَ الْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُوْنَ. عَلَى أَنْ نُّبَدِّلَ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَ مَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَ. فَذَرْهُمْ يَخُوْضُوْا وَ يَلْعَبُوْا حَتَّى يُلَاقُوْا يَوْمَهُمُ الَّذِيْ يُوْعَدُوْنَ. يَوْمَ يَخْرُجُوْنَ مِنَ الْأَجْدَاثِ سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ. خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ذلِكَ الْيَوْمُ الَّذِيْ كَانُوْا يُوْعَدُوْنَ.

70: 1. Seseorang peminta telah meminta kedatangan ‘adzāb yang bakal terjadi,
70: 2. untuk orang-orang kafir, yang tidak seorang pun dapat menolaknya,
70: 3. (yang datang) dari Allah, Yang mempunyai tempat-tempat naik.
70: 4. Malaikat-malaikat dan Jibrīl naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.
70: 5. Maka, bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.
70: 6. Sesungguhnya mereka memandang siksaan itu jauh (mustahil).
70: 7. Sedangkan, kami memandangnya dekat (pasti terjadi).
70: 8. Pada hari ketika langit menjadi seperti luluhan perak.
70: 9. Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang beterbangan),
70: 10. Dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya,
70: 11. sedang mereka saling melihat. Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari ‘adzāb hari itu dengan anak-anaknya,
70: 12. istrinya dan saudaranya,
70: 13. dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia),
70: 14. serta orang-orang di atas bumi seluruhnya. Kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya.
70: 15. Sekali-kali tidak dapat. Sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergejolak,
70: 16. yang mengelupaskan kulit kepala,
70: 17. dan memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling (dari agama).
70: 18. serta (memanggil orang yang) mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya.
70: 19. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh-kesah lagi kikir.
70: 20. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh-kesah,
70: 21. dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir.
70: 22. Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalāt,
70: 23. mereka tetap mengerjakan shalātnya,
70: 24. orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu,
70: 25. bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta),
70: 26. dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan,
70: 27. dan orang-orang yang takut terhadap ‘adzāb Tuhannya,
70: 28. karena sesungguhnya ‘adzāb Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya);
70: 29. dan orang-orang yang memelihara kemaluannya,
70: 30. kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki. Maka, sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
70: 31. Barang siapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
70: 32. Juga orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya;
70: 33. orang-orang yang memberikan kesaksiannya;
70: 34. dan orang-orang yang memelihara shalātnya.
70: 35. Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan.
70: 36. Mengapakah orang-orang kafir itu bersegera datang ke arahmu,
70: 37. dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok?
70: 38. Adakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk ke dalam surga yang penuh keni‘matan?
70: 39. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Kami ciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui (air mani).
70: 40. Maka, Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan dan bintang bahwa sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa,
70: 41. untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka, dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan,
70: 42. Maka, biarkanlah mereka tenggelam (dalam kebāthilan) dan bermain-main sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka,
70: 43. (yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia),
70: 44. dalam keadaan mereka menekurkan pandangannya (dan) diliputi kehinaan. Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka.

Pengantar:

Surah ini adalah salah satu putaran dari putaran pengobatan secara gradual, perlahan-lahan, lama, mendalam, dan halus terhadap penyakit-penyakit jāhiliyyah di dalam jiwa manusia sebagaimana yang dihadapi oleh al-Qur’ān di Makkah. Juga sebagaimana yang mungkin dihadapinya di kalangan jāhiliyyah manapun sesuai dengan perbedaan dan aneka lahiriahnya – bukan bagian dalamnya – serta simbolnya, bukan hakikatnya.

Atau, ia adalah satu babak dari peperangan panjang dan berat yang terjadi di dalam jiwa manusia, ya‘ni di sela-sela perjalanannya, belokan-belokannya, endapan-endapannya, dan tumpukan-tumpukannya. Peperangan ini lebih besar dan lebih panjang masanya daripada peperangan-peperangan fisik yang dihadapi kaum Muslimīn sesudah itu. Hal ini sebagaimana endapan-endapan dan penyakit-penyakit itu lebih besar dan lebih sukar daripada kekuatan-kekuatan yang disiapkan untuk melawan dakwah Islām yang senantiasa disiapsiagakan baik pada zaman jāhiliyyah kuno maupun jāhiliyyah modern.

Hakikat pokok yang hendak dipecahkan dan ditetapkan oleh surah ini adalah hakikat akhirat dengan segala pembalasan yang ada di sana, dan secara khusus adalah tentang ‘adzāb terhadap orang-orang kafir di sana sebagaimana yang diancamkan oleh al-Qur’ān-ul-Karīm. Juga dibarengi dengan pengungkapan tentang hakikat jiwa manusia pada waktu menghadapi kesusahan dan kesenangan. Dalam hal ini, sudah tentu berbeda antara jiwa yang beriman dan yang kosong dari iman. Selain itu, juga dikemukakan ciri-ciri jiwa yang beriman beserta manhaj-nya di dalam merasa dan berperilaku, serta keberhakannya untuk dimuliakan. Dipaparkan pula kehinaan orang-orang kafir dalam pandangan Allah dan kehinaan yang diancamkan Allah untuk mereka yang sangat cocok bagi orang-orang yang sombong. Surah ini juga menetapkan perbedaan norma, nilai, ukuran, dan timbangan yang ditetapkan Allah dengan yang dibuat oleh manusia.

Dengan hakikat-hakikat ini, terciptalah satu putaran dari putaran-putaran pengobatan yang panjang terhadap penyakit-penyakit dan pola pandang jāhiliyyah, atau satu babak dari peperangan yang berat di dalam perjalanan jiwa manusia dan belokan-belokannya. Itulah peperangan yang dilakukan oleh al-Qur’ān yang pada akhirnya ia mendapat kemenangan dengan kekuatannya sendiri, terlepas dari kekuatan lain manapun. Maka, kemenangan al-Qur’ān yang sebenarnya di dalam jiwa manusia sudah dimulai sebelum dia menggunakan pedang (senjata) untuk menolak fitnah dari orang-orang yang beriman kepadanya, apalagi senjata untuk memaksa musuhnya untuk tunduk kepadanya!

Orang yang membaca al-Qur’ān dengan penuh konsentrasi dan merenungkan peristiwa-peristiwa perjalanan hidupnya, tentu akan merasakan adanya kekuatan dan kekuasaan hebat yang dengannya al-Qur’ān menghadapi jiwa-jiwa manusia di Makkah dan menjinakkannya sehingga mereka mau menerima bimbingannya dengan senang dan rela. Tentu si pembaca tadi akan melihat bahwa al-Qur’an menghadapi jiwa manusia dengan bermacam-macam metode yang mengagumkan.

Kadang-kadang al-Qur’ān menghadapi jiwa manusia dengan membawakan bukti-bukti dan petunjuk-petunuk yang sangat mengesankan secara bertubi-tubi bagaikan banjir yang deras; dengan gaya yang halus dan lemah-lembut seolah-olah tidak mempunyai kekuatan yang kokoh mengakar dalam pandangan-pandangannya; dengan gaya seperti cemeti yang sangat menyengat yang melecut perasaan, sehingga yang kena lecutan dan sengatannya merasa tak mampu bertahan; dan dengan bisikan yang penuh kecintaan dan kasih-sayang, yang menenteramkan perasaan dan menenangkan hati. Namun, terkadang al-Qur’ān menghadapi manusia dengan sesuatu yang menakutkan dan mengejutkan, yang membukakan mata terhadap bahaya besar yang sudah dekat; dengan membeberkan hakikat persoalan secara luas dan jitu tanpa memberikan kesempatan dan peluang untuk berpaling dan membantah; dan dengan memberikan harapan yang cerah dan keinginan yang teduh, yang dibisikkan kepadanya.

Atau, dikoreknya relung-relung, jalan, dan tikungan-tikungannya, lantas disorotnya dengan cahaya yang terang sehingga semuanya terungkap dan ia dapat melihat apa saja yang ada di dalamnya seperti melihat dengan mata kepala. Kemudian ia merasa malu terhadap sebagiannya, benci terhadap sebagian yang lain, dan menjadi sadar terhadap semua gerakan dan perasaannya yang selama ini dilakukan tanpa menghiraukannya.

Pembaca al-Qur’ān akan menjumpai beratus-ratus sentuhan, sindiran, bisikan, dan kesan, kalau ia menggikuti peperangan yang panjang dan pengobatan yang telaten itu. Ia juga akan melihat bagaimana al-Qur’ān dapat mengalahkan kejāhiliyyahan yang terdapat di dalam jiwa yang pembangkang dan keras itu.

Dari satu sisi, surah ini juga menyingkap usaha penetapan hakikat akhirat dan hakikat-hakikat lain yang dirangkumnya pula bersamaan dengan itu.

Hakikat akhirat juga menjadi sasaran pembahasan surah al-Ḥāqqah, tetapi surah al-Ma‘ārij ini membahasnya dengan jalan lain, dan memaparkannya dari sudut, lukisan, dan bayang-bayang yang lain pula.

Arah surah al-Ḥāqqah adalah melukiskan hal-hal yang menakutkan dan mengerikan pada hari kiamat itu, yang tercermin dalam gerakan-gerakan yang keras dalam pemandangan peristiwa-peristiwa alam yang besar. (11) Juga tercermin dalam keagungan yang hebat pada pemandangan yang menakutkan itu. (22) Dan, tercermin dalam pengungkapan secara trasparan yang menakutkan dan menggetarkan perasaan. (33)

Hal yang menakutkan dan menggetaran itu juga terlihat dalam pemandangan-pemandangan tentang ‘adzāb, hingga terucapkan dalam keputusan tentang siksaan ini sebagaimana tercantum dalam surah al-Ḥāqqah ayat 30-32.

Tampak pula ketakutan dan kengerian tersebut dalam teriakan, keluh-kesah, dan penyesalan orang-orang yang terkena siksa itu seperti tercantum dalam surah al-Ḥāqqah ayat 25-27.

Namun, di dalam surah al-Ma‘ārij, hal yang menakutkan itu tampak pada sifat-sifat, ciri-ciri, gejolak, dan langkah-langkah jiwa, yang melebihi apa yang tampak pada pemandangan-pemandangan alam dan gerakan-gerakannya. Sehingga, pemandangan-pemandangan kealaman yang menakutkan itu sendiri hampir-hampir bersifat kejiwaan pula. Bagaimanapun keadaannya, ia bukanlah sesuatu yang paling menakutkan, tetapi yang paling menakutkan itu bertempat di dalam jiwa, yang tampak sejauh kegoncangan, kebingungan, dan kegemetaran yang terjadi. Hal ini dapat dilihat dalam surah al-Ma‘ārij ayat 8-14.

Neraka itu di sini adala “jiwa” yang mempunyai perasaan dan pengertian seperti makhlūq hidup di dalam sifatnya yang menakutkan dan hidup. (44) Sedangkan, ‘adzāb itu sendiri lebih banyak mengesankan karakter jiwa, yang melebihi apa yang dirasakan indra. (55)

Maka, pemandangan-pemandangan, lukisan-lukisan, dan bayang-bayang hari itu berbeda dengan yang dibeberkan dalam surah al-Ḥāqqah, sesuai dengan perbedaan karakter kedua surah itu secara umum, meskipun hakikat pokoknya sama.

Karena itu, surah al-Ma‘ārij ini melukiskan keadaan jiwa manusia ketika susah dan senang, serta ketika ada imannya dan kosong dari iman. Hal ini sangat serasi dengan karakter kejiwaan surah yang khas. Maka, di dalam menyifati manusia, surah ini mengatakan:

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh-kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh-kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir. Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalāt, mereka tetap mengerjakan shalātnya” (al-Ma‘ārij: 19-23.)

Selanjutnya, di sini digambarkan sifat-sifat jiwa yang beriman beserta ciri-ciri lahiriah dan bāthiniyyahnya sejalan dengan karakter dan uslub surah ini, sebagaimana tercantum dalam surah al-Ma‘ārij ayat 22-34.

Catatan:

  1. 1). Lihat surah al-Ḥāqqah ayat 13-16.
  2. 2). Lihat surah al-Ḥāqqah ayat 17.
  3. 3). Lihat surah al-Ḥāqqah ayat 18.
  4. 4). Lihat surah al-Ma‘ārij ayat 15-18.
  5. 5). Lihat surah al-Ma‘ārij ayat 43-44.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *