Surah al-Ma’arij 70 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan (1/2)

Tafsīru Hidāyat-il-Insān
Judul Asli: (
هداية الإنسان بتفسير القران)
Disusun oleh:
Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā

Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa
Dari Situs: www.tafsir.web.id

Rangkaian Pos: Surah al-Ma'arij 70 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan

Surah al-Ma‘ārij (Tempat-tempat naik)
Surah ke-70. 44 ayat. Makkiyyah

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

 

Ayat 1-7: Sikap melampaui batas orang-orang kafir dan bagaimana mreka mengolok-olok peringatan dan ‘adzāb yang diancamkan.

سَأَلَ سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ. لِّلْكَافِريْنَ لَيْسَ لَهُ دَافِعٌ. مِّنَ اللهِ ذِي الْمَعَارِجِ. تَعْرُجُ الْمَلآئِكَةُ وَ الرُّوْحُ إِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ. فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيْلًا. إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُ بَعِيْدًا. وَ نَرَاهُ قَرِيْبًا.

  1. (24041) Seseorang bertanya (24052) tentang ‘adzab yang pasti terjadi,
  2. Bagi orang-orang kafir (24063), yang tidak seorang pun dapat menolaknya, (24074)
  3. (‘adzab) dari Allah, yang memiliki tempat-tempat naik. (24085)
  4. Para malaikat dan Jibrīl (24096) naik (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun. (24107)
  5. Maka bersabarlah engkau (Muḥammad) dengan kesabaran yang baik. (24118)
  6. Mereka memandang (‘adzāb) itu (24129) jauh (mustaḥīl). (241310)
  7. Sedang Kami memandangnya dekat (pasti terjadi).

 

Ayat 8-18: Peristiwa pada hari Kiamat dan keadaan orang-orang yang berdosa pada hari itu.

يَوْمَ تَكُوْنُ السَّمَاءُ كَالْمُهْلِ. وَ تَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ. وَ لَا يَسْأَلُ حَمِيْمٌ حَمِيْمًا. يُبَصَّرُوْنَهُمْ يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِيْ مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيْهِ. وَ صَاحِبَتِهِ وَ أَخِيْهِ. وَ فَصِيْلَتِهِ الَّتِيْ تُؤْوِيْهِ. وَ مَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ يُنْجِيْهِ. كَلَّا إِنَّهَا لَظَى. نَزَّاعَةً لِّلشَّوَى. تَدْعُوْا مَنْ أَدْبَرَ وَ تَوَلَّى. وَ جَمَعَ فَأَوْعَى.

  1. (241411) (Ingatlah) pada hari ketika langit menjadi bagaikan cairan tembaga, (241512)
  2. dan gunung-gunung bagaikan bulu (yang beterbangan), (241613)
  3. Dan tidak ada seorang teman karib pun menanyakan temannya, (241714)
  4. Sedang mereka saling melihat (241815). Pada hari itu, orang yang berdosa (241916) ingin sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab dengan anak-anaknya,
  5. dan istrinya dan saudaranya,
  6. dan keluarganya yang melindunginya (di dunia), (242017)
  7. dan orang-orang di bumi seluruhnya, kemudian mengharapkan (tebusan) itu dapat menyelamatkannya.
  8. Sama sekali tidak! (242118) Sungguh, neraka itu api yang bergejolak,
  9. yang mengelupaskan kulit kepala, (242219)
  10. Yang memanggil orang yang membelakangi (kebenaran) dan yang berpaling (dari agama),
  11. dan orang yang mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya. (242320)

 

Ayat 19-21: Tabiat manusia yang tidak dilengkapi iman dan pendidikan, dan bahwa ajaran Islam mengatasi sifat-sifat buruk pada manusia.

إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًا. إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوْعًا. وَ إِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوْعًا.

  1. Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. (242421)
  2. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, (242522)
  3. dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir, (242623)

Catatan:

  1. 2404). Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman menerangkan tentang bodohnya orang-orang yang menentang Rasūl-Nya, di mana mereka meminta disegerakan ‘adzāb sambil mengolok-olok, menyusahkan diri dan berusaha untuk melemahkan.
  2. 2405). Ya‘ni meminta disegerakan ‘adzāb. Orang ini adalah an Nadhr bin al-Ḥārits al-Qurasyī atau orang musyrik lainnya yang berkata: “Ya Allah, jika betul (al-Qur’ān) ini, ia benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami ‘adzāb yang pedih.”
  3. 2406). Karena mereka berhak mendapatkannya.
  4. 2407). Oleh karena itu, ‘adzāb dari Allah akan menimpa mereka, bisa saja Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyegerakan untuk mereka di dunia dan bisa saja Allah subḥānahu wa ta‘ālā menunda di akhirat. Kalau sekiranya mereka mengenal Allah subḥānahu wa ta‘ālā, mengenal keagungan-Nya, luasnya kekuasaan-Nya, sempurnanya nama dan sifat-Nya, tentu mereka tidak akan meminta disegerakan ‘adzāb dan tentu mereka akan tunduk serta beradab terhadap-Nya. Oleh karena itulah, Allah subḥānahu wa ta‘ālā di ayat selanjutnya memberitahukan tentang keagungan-Nya yang bertentangan dengan kata-kata mereka yang buruk.
  5. 2408). Ya‘ni tempat para malaikat naik, yaitu langit-langit. Ada pula yang menafsirkan dengan yang mempunyai ketinggian kebesaran dan keagungan serta kepengurusan terhadap semua makhlūq.
  6. 2409). Ar-Rūḥ di ayat ini ada yang menafsirkan dengan malaikat Jibrīl, dan ada pula yang menafsirkan dengan semua rūḥ, baik rūḥ orang baik maupun ruh orang jahat, yaitu ketika wafat. Rūḥ orang-orang yang baik naik kepada Allah, lalu ia diidzinkan melewati langit yang satu ke langit berikutnya dan seterus sampai ke langit yang di sana ada Allah subḥānahu wa ta‘ālā. Adapun rūḥ orang-orang kafir, maka ia naik ke atas langit sampai di langit pertama ternyata tidak diidzinkan untuk melewati langit tersebut dan dilepaslah rūḥnya oleh para malaikat yang membawanya sehingga ia jatuh dari langit seperti yang difirmankan oleh Allah subḥānahu wa ta‘ālā: “Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (Terj. al-Ḥajj: 31)
  7. 2410). Maksudnya, para malaikat dan ruh jika menghadap Allah subḥānahu wa ta‘ālā memakan waktu satu hari yang apabila dilakukan oleh manusia, memakan waktu lima puluh ribu tahun. Ada pula yang berpendapat, bahwa maksudnya adalah hari Kiamat yang Allah jadikan bagi orang-orang kafir seukuran lima puluh ribu tahun, berbeda dengan orang-orang mukmin yang hanya sebentar.
    Syaikh as-Sa‘dī berkata: “Selanjutnya Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyebutkan jarak yang ditempuh para malaikat dan rūḥ ketika menghadap Allah, dan bahwa mereka naik dalam sehari dengan sebab dan bantuan yang Allah berikan kepada mereka berupa kehalusan, ringan dan cepat bergerak, padahal jarak tersebut biasanya ditempuh lamanya seukuran lima puluh ribu tahun dari mulai naik sampai tiba di tempatnya yang ditentukan untuknya dan menjadi tempat terakhir penghuni langit yang tinggi. Ini adalah kerajaan yang besar, alam yang besar, baik bagian atas maupun bawahnya; semuanya diurus ciptaan dan pengaturannya oleh Allah subḥānahu wa ta‘ālā Yang Maha Tinggi. Dia mengetahui keadaan mereka yang tampak maupun yang tersembunyi, mengetahui tempat menetap (dunia) dan tempat penyimpanannya (akhirat), Dia menyampaikan kepada mereka rahmat-Nya, kebaikan-Nya dan rezeki-Nya yang merata dan menyeluruh kepada mereka serta memberlakukan hukum qadarī-Nya terhadap mereka, hukum syar’ī-nya dan hukum jaza’ī (pembalasan)nya. Maka sungguh sengsara mereka yang tidak mengetahui keagungan-Nya, tidak mengagungkan-Nya dengan pengagungan yang semestinya sehingga mereka meminta disegerakan ‘adzāb sambil melemahkan dan hendak menguji coba, dan Maha Suci Allah Yang Maha Santun yang menunda mereka dan tidak membiarkan, mereka menyakiti-Nya namun Dia sabar terhadap mereka, menjaga mereka dan mengaruniakan rezeki. Ini adalah salah satu tafsir terhadap ayat yang mulia tersebut, sehingga naik ke atas ini maksudnya di dunia karena susunan yang pertama menunjukkan demikian. Bisa juga maksudnya, bahwa hal ini pada hari Kiamat dan bahwa Allah Tabāraka wa ta‘ālā pada hari Kiamat memperlihatkan kepada hamba-hambaNya di antara keagungan dan kebesaran-Nya yang menjadi dalil terbesar untuk mengenal-Nya karena mereka menyaksikan naiknya para malaikat dan rūḥ ke atas dan ke bawah dengan pengaturan ilahi dan urusan-urusan terhadap makhlūq, pada hari itu yang ukurannya lima puluh ribu tahun karena lama dan dahsyatnya, akan tetapi Allah subḥānahu wa ta‘ālā meringankannya untuk orang mu’min.”
  8. 2411). Ya‘ni bersabarlah dalam menda‘wahi kaummu dengan kesabaran yang baik yang tidak ada sikap bosan di sana. Tetaplah di atas perintah Allah dan ajaklah manusia mentauḥīdkan-Nya dan janganlah menghalangimu untuk berda‘wah sikap mereka tidak mau tunduk terhadap da‘wahmu karena bersabar terhadapnya terdapat kebaikan yang besar.
  9. 2412). Bisa juga dhamīr (k. ganti nama) pada kata “” di ayat tersebut kembalinya kepada kebangkitan, di mana pada saat itu terjadi ‘adzāb terhadap orang-orang yang memintanya itu.
  10. 2413). Keadaan mereka adalah keadaan orang-orang yang mengingkarinya sehingga menganggap jauh apa yang ada di hadapannya berupa kebangkitan, padahal Allah subḥānahu wa ta‘ālā memandangnya dekat karena Dia Maha Lembut, Maha Santun dan tidak cepat-cepat, dan Dia mengetahui bahwa hal itu pasti terjadi dan sesuatu yang pasti terjadi adalah dekat.
  11. 2414). Selanjutnya Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyebutkan huru-hara pada hari Kiamat dan apa yang akan terjadi ketika itu.
  12. 2415). Karena terbelahnya dan peristiwa ketika itu sedemikian dahsyat.
  13. 2416). Selanjutnya menjadi debu yang berterbangan. Jika kecemasan menimpa benda-benda langit yang besar dan kuat, lalu bagaimana dengan manusia yang lemah yang punggungnya dibebani oleh dosa-dosa? Apa tidak membuat jantungnya berdebar-debar dan membuatnya lupa kepada setiap orang? Oleh karena itulah, Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman: “Dan tidak ada seorang teman karib pun menanyakan temannya. Meskipun ia melihat temannya, sehingga dalam hatinya tidak terpikir untuk bertanya kepada temannya dan tidak ada yang dipikirkannya selain dirinya.
  14. 2417). Karena masing-masing sibuk dengan keadaannya.
  15. 2418). Namun tidak bercakap-cakap.
  16. 2419). Yaitu orang yang berhak mendapatkan ‘adzāb.
  17. 2420). Pada hari Kiamat seseorang tidak bisa memberikan manfaat kepada seorang pun dan tidak dapat memberi syafaat kecuali dengan idzin Allah subḥānahu wa ta‘ālā, bahkan kalau ia (orang yang berdosa) menebus dirinya dari ‘adzāb dengan semua orang yang ada di bumi agar ia dapat diselamatkan dari ‘adzāb tentu tidak diterima tebusannya.
  18. 2421). Sebagai penolakan terhadap harapan dan keinginannya.
  19. 2422). Ada pula yang menafsirkan dengan anggota badan luar dan dalam karena sangat dahsyatnya.
  20. 2423). Maksudnya, orang yang menyimpan hartanya dan tidak mau mengeluarkan zakat serta tidak pula menafkahkannya ke jalan yang benar, maka neraka akan memanggil dan melahapnya. Na‘ūdzu billāhi min dzālik tsumma na‘ūdzu billāh.
  21. 2424). Inilah sifat yang menjadi tabiat asli manusia, yaitu halū‘ (suka mengeluh), dan diterangkan secara lebih lanjut tentang sifat halū‘ ini di ayat selanjutnya.
  22. 2425). Ia berkeluh kesah ketika mendapatkan musibah seperti kemiskinan, sakit, hilangnya yang dicintai baik harta, istri maupun anak dan tidak menyikapinya dengan sikap sabar dan ridhā kepada taqdīr Allah.
  23. 2426). Dia tidak menginfakkan harta yang Allah berikan kepadanya dan tidak bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmatNya; dia berkeluh kesah ketika mendapatkan kesusahan dan menjadi kikir ketika mendapatkan kesenangan.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *