“Maka mengapakah orang-orang kafir itu datang bergegas ke hadapanmu (Muḥammad), dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok?” (al-Ma‘ārij [70]: 36-37).
Bagaimana mereka, orang-orang kafir itu di sekelilingmu, wahai Nabi, mengapa mereka bergegas menuju kekufuran, pendustaan dan mengejekmu? Mereka, di samping kanan dan di samping kiri Nabi berkelompok-kelompok, terpecah-pecah, berlari dari Nabi, memisahkan diri darinya. Sebagaimana firman Allah s.w.t.:
“Lalu mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah)? seakan-akan mereka keledai liar yang lari terkejut, lari dari singa.” (al-Muddatstsir: 49-51).
Ada yang mengatakan (مُهْطِعِيْنَ) adalah memanjangkan leher mereka, lama melihatmu.
Kemudian, Allah menghina dengan keras atas keinginan mereka terhadap surga, membuat mereka putus asa masuk surga, Allah s.w.t. berfirman:
“Apakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk surga yang penuh keni‘matan?” (al-Ma‘ārij [70]: 38).
Apakah mereka – orang-orang musyrik – sementara keadaan mereka mengufur, mendustakan, dan lari dari Rasūlullāh serta menjauh dari kebenaran, berharap masuk surga (yang penuh) keni‘matan? Tidak, justru tempat tinggal mereka adalah neraka Jahannam, sebagaimana firman Allah s.w.t.:
“Tidak mungkin! Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui.” (al-Ma‘ārij [70]: 39).
Sekali-kali tidak, tidak ada harapan mereka masuk surga. Kami menciptakan mereka dari air mani yang lemah, sebagaimana firman Allah:
“Bukankah kami menciptakan kamu dari air yang hina (mani).” (al-Mursalāt: 20).
Ini adalah ketetapan terjadinya hari Kiamat dan ‘adzab terhadap mereka yang mengingkari kejadiannya dan menganggap aneh keberadaannya dengan dalil adanya penciptaan pertama atau permulaan yang mereka kenal. Pengulangan dalam menciptakan manusia adalah lebih mudah daripada awal membuatnya. Adapun kaitannya dengan Allah s.w.t., penciptaan pertama kali dan pengulangan penciptaan adalah sama. Karena mereka diciptakan dari sesuatu yang lemah, mereka adalah lemah dan tidak semestinya takabbur.
أَخْرَجَ أَحْمَدُ وَ ابْنُ مَاجَه وَ ابْنُ سَعْدٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ (ص) قَرَأَ: (فَمَالِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا قِبَلَكَ مُهْطِعِيْنَ.) إِلَى قَوْلِهِ: (كَلَّا إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِّمَّا يَعْلَمُوْنَ.). ثُمَّ بَزَقَ رَسُوْلُ اللهِ (ص) عَلَى كَفِّهِ، وَ وَضَعَ عَلَيْهَا أَصْبُعَهُ، وَ قَالَ: يَقُوْلُ اللهُ: ابْنَ آدَمَ، أَنَّى تُعْجِزُنِيْ وَ قَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ مِثْلِ هذِهِ؟ حَتَّى إِذَا يَوَّيْتُكَ وَ عَدَّلْتُكَ، مَشَيْتَ بَيْنَ بُرْدَيْنِ، وَ لِلْأَرْضِ مِنْكَ وَئِيْدٌ، فَجَمَعْتَ وَ مَنَعْتَ، حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ التَّرَاقِيَ قُلْتَ: أَتَصَدَّقُ وَ أَنِّيْ أَوَانُ الصَّدَقَة.
“Aḥmad, Ibnu Mājah dan Ibnu Sa‘ad meriwayatkan bahwa Rasūlullāh s.a.w. membaca ayat: (فَمَالِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا قِبَلَكَ مُهْطِعِيْنَ.) sampai (كَلَّا إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِّمَّا يَعْلَمُوْنَ.) kemudian beliau meludah di telapak tangannya, dan meletakkannya pada jari-jemarinya, dan bersabda: “Allah s.w.t. berfirman: “Wahai anak Ādam, bagaimana kamu bisa mengalahkan-Ku, sementara Aku menciptakanmu dari barang seperti ini?, sampai ketika Aku menyempurnakan penciptaanmu, meluruskanmu, lalu kamu berjalan di antara dua pos, bumi bagimu kokoh dipijak, kamu mengumpulkan harta, menahan untuk menyedekahkannya. Sampai ketika nyawa di kerongkongan kamu katakan: “Aku akan bersedekah”, bagaimana waktu sedekah sekarang ini?”
Kemudian, Allah mengingatkan mereka dengan kebinasaan jika mereka selalu dalam kekufuran, mengancam mereka untuk menciptakan makhluk lain sebagai ganti mereka supaya mereka beriman, Allah s.w.t. berfirman:
“Maka Aku bersumpah demi Tuhan yang mengatur tempat-tempat terbit dan terbenamnya (matahari, bulan dan bintang), sungguh, Kami pasti mampu, untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka, dan Kami tidak dapat dikalahkan.” (al-Ma‘ārij [70]: 40-41).
Aku bersumpah dengan tempat terbit matahari, bulan, dan planet-planet, juga tempat tenggelamnya di setiap hari dari hari-hari dalam setahun, bahwa Kami akan menciptakan makhluk yang lebih baik daripada mereka, lebih taat kepada Allah daripada orang yang sezaman mereka. Kami binasakan mereka dan tidak ada yang mengalahkan Kami. Kami tidak bisa dikalahkan jika Kami menghendaki hal itu. Kami melakukan apa yang Kami inginkan, tetapi keinginan dan kebijaksanaan Kami menghendaki Kami menangguhkan penyiksaan mereka.
Ini dalil mengenai kesempurnaan kekuasaan Allah untuk menciptakan dan meniadakan dengan ditegaskan dengan sumpah dan bahwasanya tidak ada sesuatu pun dari yang mungkin, mampu mengalahkkannya. Itu adalah penghinaan yang keras pada mereka, peringatan atas kontradiksi ucapan mereka. Di mana mereka mengingkari kebangkitan, kemudian berharap masuk surga. Mereka mengakui bahwa Allah Pencipta langit dan bumi dan menciptakan mereka dari barang yang mereka ketahui, kemudian mereka tidak mengimani bahwa Allah berkuasa menciptakan mereka lagi.
Kemudian, Allah memerintahkan rasūl-Nya agar berpaling dari mereka sampai hari kebangkitan sebagai penambah ancaman itu. Allah berfirman:
“Maka biarkanlah mereka tenggelam dan bermain-main (dalam kesesatan) sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka” (al-Ma‘ārij [70]: 42).
Biarkanlah mereka berbicara dalam kebatilan mereka, bermain-main di dunia mereka, membangkang dan mendustakan, mengkufuri dan mengingkari hari kebangkitan, sampai mereka menjumpai hari Kiamat dan kegentingan-kegentingan yang ada di dalamnya. Lalu, mereka mencicipi akibat kehancurannya. Mereka dibalas sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.
Di antara keadaan-keadaan mereka pada hari ini adalah:
“(Yaitu) pada hari ketika mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia)” (al-Ma‘ārij [70]: 43).
Ingatlah hari di mana mereka bangkit dari kubur karena seruan Tuhan Yang Maha Esa untuk menuju ke tempat hisab, sembari bergegas, berebutan, seperti mereka – dalam bergegas ke tempat itu – di dunia berlari-lari atau bersegera menuju ke sesuatu yang ditancapkan, bendera atau panji. Yang dimaksud dengan nushub adalah segala sesuatu yang ditancapkan, lalu disembah sebagai sembahan selain Allah. Firman-Nya: (يُوْفِضُوْنَ) artinya bergegas dan berlomba-lomba menuju ke situ.
“pandangan mereka tertunduk ke bawah diliputi kehinaan. Itulah hari yang diancamkan kepada mereka.” (al-Ma‘ārij [70]: 44).
Pandangan-pandangan mereka hina dan hancur. Mereka ditutupi oleh kehinaan yang dahsyat karena kegentingan siksa yang menghadang mereka sebagai imbalan kesombongan mereka untuk saat di dunia. Itu adalah hari yang mencakup kegentingan-kegentingan yang besar, yaitu hari yang mana mereka diancam oleh Allah, diperingkatkan dengan keras. Mereka akan menemuinya. Mereka selalu mendustakannya. Seandainya mereka mengimaninya, mereka akan selamat dari siksa.
Hari Kiamat itu diungkapkan dengan bentuk mādhī (masa lampau) karena apa yang dijanjikan oleh Allah akan datang dengan pasti.
Ayat-ayat di atas menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
“Apakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk surga yang penuh keni‘matan?” (al-Ma‘ārij [70]: 38).
Mereka mengingkari hari kebangkitan. Bagaimana mereka menginginkan masuk surga?
Diriwayatkan bahwa Mutharraf bin ‘Abdillāh bin asy-Syākhir melihat al-Mahlab bin Abī Shafrah bersikap sombong dengan memakai selendang dari sutra dan jubah dari sutra. Lalu Mutharraf berkata kepadanya: “Wahai hamba Allah, apa-apaan dengan gaya berjalan yang dimurkai Allah?” Lalu al-Mahlab berkata: “Apakah kamu mengetahuiku?” Mutharraf berkata: “Ya, mula-mula kamu adalah air mani yang rusak, akhirnya kamu menjadi bangkai yang kotor. Di antara itu kamu membawa kotoran.” Lalu al-Mahlab pergi dan tidak berjalan dengan bergaya.
7. Sesungguhnya hari itu, yakni hari Kiamat yang di dalamnya orang-orang kafir mempunyai sifat seperti itu, adalah hari yang mana mereka telah diancam di dunia bahwa mereka mendapatkan siksa. Ancaman Allah pasti terjadi.