Surah al-Ma’arij 70 ~ Tafsir al-Munir – az-Zuhaili (6/7)

Dari Buku:
Tafsir al-Munir
(Jilid 15 Juz 29-30)
Oleh: Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili

Penerjemah: Abdul Hayyie al-Kattani, dkk.
Penerbit: GEMA INSANI

Rangkaian Pos: Surah al-Ma'arij 70 ~ Tafsir al-Munir - az-Zuhaili

KEADAAN ORANG-ORANG KAFIR YANG MENDUSTAKAN RASŪLULLĀH S.A.W. DI DUNIA DAN AKHIRAT.

Surah al-Ma‘ārij. Ayat 36-44.

فَمَالِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا قِبَلَكَ مُهْطِعِيْنَ. عَنِ الْيَمِيْنِ وَ عَنِ الشِّمَالِ عِزِيْنَ. أَيَطْمَعُ كُلُّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ أَنْ يُدْخَلَ جَنَّةَ نَعِيْمٍ. كَلَّا إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِّمَّا يَعْلَمُوْنَ. فَلَا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَ الْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُوْنَ. عَلَى أَنْ نُّبَدِّلَ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَ مَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَ. فَذَرْهُمْ يَخُوْضُوْا وَ يَلْعَبُوْا حَتَّى يُلَاقُوْا يَوْمَهُمُ الَّذِيْ يُوْعَدُوْنَ. يَوْمَ يَخْرُجُوْنَ مِنَ الْأَجْدَاثِ سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ. خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ذلِكَ الْيَوْمُ الَّذِيْ كَانُوْا يُوْعَدُوْنَ.

70: 36. Maka mengapakah orang-orang kafir itu datang bergegas ke hadapanmu (Muḥammad),
70: 37. dari kanan dan dari kiri dengan berkelompok-kelompok?
70: 38. Apakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin masuk surga yang penuh keni‘matan?
70: 39. Tidak mungkin! Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui.
70: 40. Maka Aku bersumpah demi Tuhan yang mengatur tempat-tempat terbit dan terbenamnya (matahari, bulan dan bintang), sungguh, Kami pasti mampu,
70: 41. untuk mengganti (mereka) dengan kaum yang lebih baik dari mereka, dan Kami tidak dapat dikalahkan.
70: 42. Maka biarkanlah mereka tenggelam dan bermain-main (dalam kesesatan) sampai mereka menjumpai hari yang diancamkan kepada mereka,
70: 43. (yaitu) pada hari ketika mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia),
70: 44. pandangan mereka tertunduk ke bawah diliputi kehinaan. Itulah hari yang diancamkan kepada mereka.

(al-Ma‘ārij [70]: 36-44).

Qirā’āt

(نُصُبٍ):

Ḥafsh dan Ibnu ‘Āmir membaca (نُصُبٍ) sedang ‘ulamā’ lain membaca (نَصْبٍ).

I‘rāb.

(فَمَالِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا قِبَلَكَ مُهْطِعِيْنَ. عَنِ الْيَمِيْنِ وَ عَنِ الشِّمَالِ عِزِيْنَ.). Kata (مَا) dalam posisi rafa‘ sebagai mubtada’. Khabar-nya kata: (الَّذِيْنَ) sedang kata (كَفَرُوْا) adalah shilah dari (الَّذِيْنَ). Kata (قِبَلَكَ) adalah zharaf makān, dalam posisi sebagai ḥāl dari dhamīr yang ada pada (كَفَرُوْا) atau dari isim yang di-jarr-kan. (الَّذِيْنَ) artinya orang-orang yang menuju ke arahmu. (مُهْطِعِيْنَ) adalah ḥāl setelah ḥāl. Kata (عِزِيْنَ) adalah ḥāl dari dhamīr yang ada pada (مُهْطِعِيْنَ) atau pada kata (الَّذِيْنَ). Kalimat (عَنِ الْيَمِيْنِ وَ عَنِ الشِّمَالِ) termasuk shilah dari kata (عِزِيْنَ) . Kata (عِزِيْنَ) adalah bentuk jama‘ dari (عِزَةٌ). Aslinya adalah kata (عِزْوَة) atau (عِزْهَةٌ) seperti (سنة) kemudian lām-nya (huruf ketiga) dibuang dibuat dalam bentuk jama‘ dengan wāwu dan nūn sebagai ganti dari kata yang dibuang seperti (سنون).

(إِنَّا لَقَادِرُوْنَ. عَلَى أَنْ نُّبَدِّلَ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَ مَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَ.) kata (عَلَى) dalam posisi nashab, ber-ta‘alluq dengan kata (قَادِرُوْنَ). Kalimat (نُّبَدِّلَ خَيْرًا مِّنْهُمْ), Taqdīr-nya (نُّبَدِّلَهُمْ بِخَيْرٍ مِّنْهُمْ) “Kami akan mengganti mereka dengan yang lebih baik dari mereka”. Maf‘ūl yang pertama dibuang, juga huruf jarr pada maf‘ūl yang kedua.

(يَوْمَ يَخْرُجُوْنَ مِنَ الْأَجْدَاثِ سِرَاعًا) kata (يَوْمَ) adalah badal dari firman-Nya (يَوْمَهُم) pada firman-Nya: (حَتَّى يُلَاقُوْا يَوْمَهُمُ) Artinya sampai mereka menjumpai hari di mana mereka dikeluarkan. Kata (سِرَاعًا) adalah ḥāl dari wāwu pada (يَخْرُجُوْنَ).

Demikian juga firman-Nya (كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ.) adalah ḥāl dari dhamīr (يَخْرُجُوْنَ).

Kalimat (خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ) adalah dari wāwu pada kata (يُوْفِضُوْنَ) demikian juga kalimat (تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ).

(ذلِكَ الْيَوْمُ الَّذِيْ كَانُوْا يُوْعَدُوْنَ.) Taqdīr-nya adalah (ذلِكَ الْيَوْمَ الَّذِيْ كَانُوْا يُوْعَدُوْنَهُ.). Maf‘ūl yang kembali pada isim maushūl (الَّذِيْ) dibuang demi meringankan, sebagaimana firman-Nya (أَهذَا الَّذِيْ بَعَثَ اللهُ رَسُوْلًا) “Inikah orang yang diutus oleh Allah sebagai rasūl?” (al-Furqān: 41). Artinya (بَعثه). Kata (ذلِكَ) adalah mubtada’ sedang kata sesudahnya adalah khabar.

Balāghah.

Kalimat (أَيَطْمَعُ كُلُّ امْرِئٍ) adalah istifhām inkārī (bentuk pertanyaan pengingkaran), untuk mencaci dan menghina dengan menyakitkan.

(كَلَّا إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِّمَّا يَعْلَمُوْنَ.) adalah kināyah dari air mani, dengan pengungkapan yang bersih dan peringatan yang bagus.

(كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوْفِضُوْنَ.) tasybīh mursal mujmal. Dalam tasybīh ini ada pengejekan kepada mereka, sindirian kerendahan akal mereka dan pembodohan terhadap mereka karena beribadah kepada selain Allah.

Mufradāt Lughawiyyah

(قِبَلَكَ) sekitarmu, arahmu.

(مُهْطِعِيْنَ) bersegera, memandang lama sekali ke arahmu.

(عِزِيْنَ) adalah kelompok-kelompok yang tersebar-sebar, berkelompok, jama‘ dari kata (عِزَةٌ). Asalnya adalah (عِزْوَة) dari kata (الْعزو). Seakan-akan setiap kelompok merasa agung dan berafiliasi pada selain kelompok yang dibanggakan oleh yang lain. Kelompok itu mandiri dengan pendapat sendiri. Kata (عِزِيْنَ) adalah termasuk kata manqūsh (huruf ketiganya/lām fi‘il dibuang) yang boleh dijama‘kan dengan wāwu dan nūn sebagai ganti dari kata yang dibuang, seperti kata (عِضِيْنَ).

(أَنْ يُدْخَلَ جَنَّةَ نَعِيْمٍ.) sebagai bentuk pengingkaran pada ucapan mereka: “Kalau apa yang diucapkan oleh Muḥammad benar, kami di surga pasti lebih utama daripada mereka sebagaimana keadaan di dunia.” Kata (كَلَّا) adalah sanggahan keras kepada mereka karena tamak pada surga.

(إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِّمَّا يَعْلَمُوْنَ.) Kami menciptakan mereka dan orang-orang selain mereka dari tetesan air mani yang hina. Barang siapa yang tidak menyempurnakan dirinya dengan iman dan ketaatan, tidak berakhlak dengan akhlak para malaikat, dia tidak berhak masuk surga.

(فَلَا أُقْسِمُ) Aku bersumpah, sedang (لَا) adalah zā’idah (tambahan).

(بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَ الْمَغَارِبِ) matahari, bulan dan semua planet-planet.

(عَلَى أَنْ نُّبَدِّلَ خَيْرًا مِّنْهُمْ) Kami membinasakan mereka lalu mendatangkan dengan makhluk yang lebih baik daripada mereka, atau Kami mendatangkan pengganti mereka.

(بِمَسْبُوْقِيْنَ) lemah atau kalah.

(فَذَرْهُمْ) tinggalkanlah mereka.

(يَخُوْضُوْا) mereka berbicara mengenai kebatilan mereka.

(وَ يَلْعَبُوْا) bermain-main di dunia mereka.

(حَتَّى يُلَاقُوْا) sampai mereka menjumpai.

(الَّذِيْ يُوْعَدُوْنَ) apa yang mereka dijanjikan pada hari itu, yaitu siksa.

(الْأَجْدَاثِ) adalah kuburan-kuburan, jama‘ dari (جَدَثٌ).

(سِرَاعًا) Bergegas ke padang maḥsyar, jama‘ dari kata (سَرِيْع).

Kata (نُصُبٍ) adalah jama‘ dari (أَنْصَاب). (نُصُبٍ) adalah segala sesuatu yang ditancapkan, seperti bendera atau panji. Yang dimaksud di sini adalah apa yang ditancapkan untuk disembah.

(يُوْفِضُوْنَ) mereka bergegas.

(خَاشِعَةً) hina, hancur.

(تَرْهَقُهُمْ) mereka ditutupi.

(ذلِكَ الْيَوْمُ) hari Kiamat.

Sebab Turunnya Ayat (38).

Sebab turun ayat (أَيَطْمَعُ…..) para mufassir berkata: “Orang-orang musyrik berkumpul di sekitar Nabi, mendengarkan ucapan beliau, tetapi mereka tidak bisa mengambil manfaatnya. Mereka justru mendustainya, mengejeknya dan berkata: “Jika mereka masuk ke surga, kami akan masuk ke surga sebelum mereka. Bagian kami di surga adalah lebih banyak daripada mereka”, lalu Allah menurunkan ayat (أَيَطْمَعُ كُلُّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ أَنْ يُدْخَلَ جَنَّةَ نَعِيْمٍ.) (491) ini adalah bacaan jumhur ‘ulamā’.

Persesuaian Ayat

Setelah Allah menjanjikan sepuluh orang-orang yang mempunyai sifat dengan surga dan kemuliaan, Dia menyebutkan keadaan orang-orang kafir di dunia dan di akhirat. Di dunia, mereka bergegas menuju kekufuran. Oleh karena itu, Allah mengancam mereka dengan pemusnahan dan pembinasaan. Allah memerintahkan rasūl-Nya untuk berpaling dari mereka sampai hari kebangkitan. Sementara itu, di akhirat mereka dikeluarkan dari kubur sembari mereka bergegas menuju sembahan mereka yang batil, yakni patung-patung dan arca-arca. Pandangan mereka menjadi terhina dan ditutupi dengan kehinaan karena mereka mendustakan hari Kiamat.

Catatan:

  1. 49). Asbāb-un-Nuzūl, al-Wāḥidī hlm. 250.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *