Surah al-Ma’arij 70 ~ Tafsir al-Azhar (1/5)

Dari Buku:
Tafsir al-Azhar
Oleh: Prof. Dr. HAMKA

Penerbit: PT. Pustaka Islam Surabaya

Rangkaian Pos: Surah al-Ma'arij 70 ~ Tafsir al-Azhar

Sūrat-ul-Ma‘ārij

(Tangga-tangga tempat naik)

Surat ke-70
44 Ayat
Diturunkan di Makkah

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

PENDAHULUAN

 

Sebagai juga surat yang sebelumnya (al-Ḥāqqah), maka Sūrat-ul-Ma‘ārij ini juga dimulai dengan peringatan akan hebatnya apa yang akan terjadi kelak di hari kiamat, terutama kepada orang-orang yang tidak mau mempercayai akan kekuasaan Tuhan menunggang-balikkan ‘alam ini. Tetapi ada suatu hal istimewa yang disebutkan pada ayat ketiga dan keempat, yaitu apa yang bernama al-Ma‘ārij, yang berarti tempat-tempat. Untuk mengetahui lebih jelas apa yang dimaksudkan dengan al-Ma‘ārij itu ingatlah kembali kalimat al-Mi‘rāj, yaitu tentang Nabi kita Muhammad s.a.w. naik ke langit. Maka al-Ma‘ārij adalah kata jama‘ (bilangan banyak) dari tempat-tempat naik itu, bukan sebuah saja.

Lalu diterangkan pula dalam surat ini tentang perangai manusia dan kegelisahannya yang di waktu ditimpa malapetaka dia menjadi sangat cemas dan di waktu ditimpa kekayaan dan kemewahan dia membenteng diri sendiri, tidak mau lagi berhubungan dengan orang lain, kecuali orang yang sembahyang. Dengan menyebutkan perbandingan itu disebutkanlah akhirnya tentang ciri-ciri orang yang beriman kepada Tuhan, yang akan selamat perjalanan hidupnya di dunia dan akhirat.

***

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang

 

I

سَأَلَ سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ. لِّلْكَافِريْنَ لَيْسَ لَهُ دَافِعٌ. مِّنَ اللهِ ذِي الْمَعَارِجِ. تَعْرُجُ الْمَلآئِكَةُ وَ الرُّوْحُ إِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ. فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيْلًا. إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُ بَعِيْدًا. وَ نَرَاهُ قَرِيْبًا.

70: 1. Seseorang peminta telah menanyakan tentang hal ‘adzab yang akan terjadi itu.
70: 2. Terhadap orang-orang yang kafir, yang tidak seorang pun dapat menolaknya,
70: 3. Dari Allah, Yang mempunyai tangga-tangga tempat naik.
70: 4. Malaikat dan Roh naik kepada-Nya pada satu hari yang adalah kadar ukurannya limapuluh ribu tahun.
70: 5. Maka sabarlah engkau, sabar yang indah.
70: 6. Sesungguhnya mereka memandangnya masih jauh.
70: 7. Sedang Kami memandangnya telah dekat.

 

***

Seseorang peminta telah menanyakan tentang ‘adzab yang akan terjadi itu.” (Ayat: 1). Menurut riwayat dari Ibnu ‘Abbās yang dirawikan oleh an-Nasā’ī, bahwa seorang pemuka musyrikin Quraisy di saat hebatnya tantangan mereka kepada Nabi Muḥammad di Makkah itu, yang bernama an-Nadhr bin al-Ḥārits bin Kaldah, menanyakan. Bukan saja bertanya bahwa menantang sebagaimana kebanyakan kaum musyrikin; Kalau ‘adzab itu akan diturunkan kepada kami, terangkanlah bila akan kejadian. Bahkan menurut tafsiran ar-Rāzī dalam tafsirnya, an-Nadhr pernah menantang; cobalah turunkan hujan batu dari langit dan timpakanlah kepada kami atau ‘adzab pedih yang lain! Itulah ‘adzab yang bukan saja ditanyakannya, bahkan dimintanya; cobalah turunkan, kalau ‘adzab itu memang ada! Tetapi kami tidak percaya, bahwa Muḥammad akan sekuasa itu, sehingga dia dapat memutar satu “pesawat” di langit, lalu ‘adzab pun turunlah. Tetapi sambungan ayat telah menjelaskan:

Terhadap orang-orang yang kafir” (Pangkal ayat 2). Yaitu yang menolak, yang tidak mau percaya, yang hanya bersikap cemooh dan menerima dengan dingin; “yang tidak seorang pun dapat menolaknya” (Ujung ayat 2). Artinya bahwa kalau keputusan Tuhan buat menurunkan ‘adzab itu telah datang, bagaimanapun besar dan berpengaruh orang yang kafir itu, segala pertahanannya akan runtuh tidak ada nilai sama sekali. Karena kekafiran itu bagaimanapun keras pertahanan untuk membelanya, namun pertahanan itu, rapuh dan tidak ada kekuatannya sama sekali di hadapan Kebesaran dan Keagungan kehendak Ilahi.

Hali ini dapatlah kita lihat misalnya pada Abrahah yang datang dengan kenderaan gajahnya hendak meruntuhkan Ka‘bah; hanya burung Abābīl yang kecil saja berbondong menjatuhkan batu kecil dari sijjīl untuk menghujani mereka, penyerbuan besar itu telah gagal samasekali.

Atau seperti kejatuhan kekuasaan Kaum Komunis pada permulaan Oktober 1965 sampai pertengahan 1966; Segala kekuatan pertahanan yang telah disangka kokoh oleh Kepala Negara Republik Indonesia pada waktu itu, runtuh satu runtuh dua, sampai runtuh sama sekali, terutama hanya oleh penyerbuan pemuda-pemuda pelajar yang tidak bersenjata. Hal seperti itu banyak sekali kejadian di dunia ini.

Karena semuanya itu adalah: “Dari Allah!” Yang Maha Kuasa, Maha Besar dan Maha Agung, Yang mentadbirkan segala sesuatu menurut qudrat iradat-Nya belaka. (Pangkal ayat 3). “Yang mempunyai tangga-tangga tempat naik.” (Ujung ayat 3).

Dalam ayat ini dijelaskanlah bahwsanya tangga-tangga untuk tempat naik mendaki atau meningkat ke maqam yang teramat tinggi itu telah disediakan Allah berbagai tangga. Bukan satu tangga saja. Al-Ma‘ārij adalah ucapan untuk mengungkapkan jumlah yang sudah sangat banyak, melebihi batas banyaknya. Sebab itu dia disebut salah satu dari shīghat muntah-al-jumu‘, menunjukkan banyak yang sudah tidak terhitung lagi. Atau payah buat menghitungnya saking banyaknya.

Salah satu dari tangga menuju maqam tertinggi itu, yang kata mufrad-nya Mi‘rāj selalu kita kenal sebagai kenaikan Nabi kita Muḥammad s.a.w. dari Bait-ul-Maqdis ke langit tinggi sebagai sambungan dari Isrā’.

Lalu pada ayat selanjutnya dijelaskan siapakah yang naik melalui tangga-tangga itu:

Malaikat dan Roh naik kepada-Nya pada satu hari yang adalah kadar ukurannya limapuluh ribu tahun.” (Ayat 4).

Artinya ialah bahwa kalau misalnya manusialah yang menaiki tangga itu dalam ukuran manusia, timbangan pergantian siang dengan malam, menurut perjalanan Matahari perjalanan itu akan memakan waktu 50.000 tahun. Tetapi oleh malaikat waktu yang 50.000 tahun itu tembus dalam masa sehari saja.

Dapatlah kita ukur cepat dan lambatnya perjalanan manusia. Beberapa ratus tahun yang lalu perjalanan manusia dengan kapal layar dari Eropa paling cepat memakan waktu enam bulan. Bertambah maju kepandaian manusia dapatlah ditukar kapal layar dengan kapal yang dilayarkan dengan kekuatan uap (steam). Dengan bertukar kepada uap, perjalanan sudah dapat dilangsungkan dalam masa dua bulan. Kemudian uap berganti dengan motor. Setelah bertukar dengan motor, perjalanan Eropa-Indonesia hanya memakan waktu sebulan.

Pelayaran orang haji dari tanah air kita ke Makkah di zaman purba, memakan waktu pergi dan pulang hampir satu tahun. Begitu, angin baik. Kadang-kadang lebih lama. Kemudian bertukar dengan uap, dari uap bertukar dengan motor; umumnya perjalanan ke Jeddah memakan waktu pukul-rata 14 hari.

Kemudian itu sangatlah pesat majunya kecepatan kapal terbang di udara, sehingga dengan kapal udara Boeing perjalanan dari Jakarta ke Jeddah hanya memakan waktu tujuh atau delapan jam. Kecepatan kapal udara sudah melebihi kecepatan suara. Maka kalau misalnya orang berjalan kaki dari Jakarta menuju ke Selatan, akan sampailah dia dalam masa delapan jam ke-Sukabumi, sedang kawannya yang dihantarnya ke lapangan terbang sudah sampai lebih dahulu di Jeddah.

Itulah perumpamaan perkembangan pengetahuan manusia di dunia. Jadi dapatlah kita memahamkan kalau kiranya manusia berjalan sehari penuh dari satu perhentian, dalam 12 jam dia akan sampai ke tempat yang ditujunya agak 50 kilometer, padahal bagi malaikat dan Roh, yaitu Jibrīl, mereka telah naik ke langit cakrawala, ruang angkasa ukuran 50.000 tahun perjalanan, yang ditembusnya dalam masa sehari saja.

Di dalam ayat 5 dari Surat ke 32, as-Sajdah diterangkan dalam ukuran yang lain tentang sehari yang sama dengan 1000 tahun. Sedang di ayat ini sehari 50.000 tahun. Keduanya itu tidaklah berlawan, bahkan keduanya itu betul, bahkan ada lagi yang lebih daripada itu. Sebab ruang angkasa ini sangatlah luasnya, luas sekali. Sehingga ada sarjana yang mengatakan jika diumpamakan kita berjalan secepat cahaya mengedari cakrawala ini, sedang kecepatan cahaya ialah 180.000 mile dalam satu sekon (detik) maka setelah kita keliling dia secepat cahaya itu lebih daripada dua juta tahun, barulah kita akan sampai kembali di tempat kita memulai “terbang” tadi.

Sepintas lalu, buat orang yang masih “awam bolehlah kita katakan bahwa dalam satu hari malaikat dan Roh pergi melapor kepada Allah, dalam perjalanan yang menurut ukuran manusia bisa memakai waktu 50.000 tahun. Namun bagi malaikat itu hanya sehari saja. Menurut khayalan ‘awam di sanalah Allah bersemayam menunggu laporan daripada malaikat dan Roh tentang perjalanan ‘alam ini. Tetapi apabila kita fikirkan lebih mendalam lagi, dapatlah kita fahamkan bahwa kekuasaan Allah Tuhan Yang Tunggal berdiri sendiri itu adalah meliputi seluruh langit dan bumi, sampai kepada jarak yang sejauh-jauhnya, entah jarak 1000 tahun, entak jarak 50.000 tahun, engtah lebih lagi dari itu, yang kesemuanya itu diatur dan ditentukan oleh Satu ketentuan, yang ketentuan Allah.

Maka sabarlah engkau,” (Pangkal ayat 5). Di ayat ke-4 Allah menjelaskan kepada Rasūl-Nya betapa luas kekuasaan Tuhan, yang meliputi langit dan bumi. Bagaimana Malaikat dan Roh, yaitu malaikat Jibrīl melaporkan amalan makhluk kepada Tuhan, meskipun Tuhan lebih tahu, tentang segala kejadian dalam satu hari saja, tetapi kalau manusia yang mengerjakannya, niscaya akan memakan waktu 50.000 tahun, entah berapa kali keturunan. Dengan demikian Allah memperlihatkan kepada Rasūl keluasan, kebesaran dan keagungan Kerajaan Allah. Sehingga jika dibandingkan kebesaran kekuasaan itu dengan cegatan dan bantahan, halangan dan rintangan orang-orang yang kafir, tidaklah sebanding. Semuanya hanya hal kecil-kecil dan sepele belaka. Oleh sebab yang memimpinnya sebagai Rasūl ialah Allah sendiri, jangan dipedulikan halangan orang yang menghalangi dan kebencian orang yang benci, melainkan lebih baik sabar, tahan hati dan tabah. Sabar itu hendaklah “sabar yang indah”. (Ujung ayat 5).

Apa maksudnya sabar yang indah? Maksudnya ialah sikap tenang, tidak lekas marah, tidak naik darah. Terima cemoohan itu dengan senyum simpul. Jangan termenung dan putus-asa, lanjutkan usaha dan jangan berhenti di tengah jalan. Shabran Jamīlan adalah amat perlu bagi seorang pemimpin, bagi seorang Rasul. Karena manusia yang membantah dan menyatakan tidak percaya itu sebagian besar adalah manusia-manusia kerdil jiwanya. Mereka sombong karena mereka tidak tahu dan tidak mau tahu latar belakang atau sesuatu yang dihadapi di muka. Akan datang masanya kelak orang-orang seperti demikian menjadi manusia-manusia yang lebih hina daripada cacing, karena tidak ada pertahanan jiwanya seketika percobaan datang: “Sesungguhnya mereka memandangnya masih jauh.” (Ayat 6). Karena perhitungan mereka hanya sekedar pada apa yang terlihat oleh mata, sebab itu mereka memandang bahaya yang mengancam itu masih terlalu jauh. Mereka terlena dengan kemewahan. Sudah berat bagi mereka mengangkat badan.

Sedang Kami memandangnya telah dekat.” (Ayat 7). Di ayat ke 4 telah diterangkan bahwa perhubungan langit dan bumi yang bagaimana dalam bilangan 50.000 tahun, bagi Malaikat dan Roh bisa tembus dalam satu hari. Demikian jugalah dalam hal yang lain-lain. Hal-hal yang disangka oleh manusia masih lama akan terjadi, kerap kali rodanya berputar dengan cepat, nyaris tidak terturuti oleh fikiran manusia yang berjalan lamban. Kita umpamakan dengan lambannya bangsa Belanda berfikir seketika mereka menjajah tanah air Indonesia. Sudah bangun rakyat menyatakan hasrat ingin merdeka, namun mereka tidak mau memperdulikan, perasaan rakyat tidak diacuhkan. Akhrinya, dengan kehendak Tuhan kekuasaan Belanda yang berurat berakar di Indonesia sampai 350 tahun, disapu bersih oleh Tuhan dengan perantara Jepang dalam hanya satu minggu. Sebelum jatuh itu Belanda masih merasa dan meyakinkan diri sendiri dengan mengatakan bahwa musuh masih jauh! Masih jauh. Padahal dalam hitungan Tuhan yang mereka sangka jauh itu sudah sangat dekat.

Begitu pulalah kaum Quraisy seketika menerima ancaman Rasūlullāh s.a.w bahwa kalau mereka masih saja menolak seruan kebenaran yang dia bawa itu, mereka akan celaka dan ditimpa bencana. Mereka masih menyangka bahwa kecelakaan itu masih jauh, padahal dalam hitungan Tuhan janji itu telah dekat. Karena perjalanan 50.000 tahun yang sangat jauh itu bagi malaikat-malaikat Allah hanya perjalanan sehari.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *