Surah al-Lail 92 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan

Tafsīru Hidāyat-il-Insān
Judul Asli: (
هداية الإنسان بتفسير القران)
Disusun oleh:
Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā

Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa
Dari Situs: www.tafsir.web.id

Surah al-Lail (Malam)
Surah ke-92. 21 ayat. Makkiyyah

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-4: Sumpah Allah subḥānahu wa ta‘ālā bahwa perbuatan manusia bermacam-macam dan jalan mereka berbeda-beda, namun yang terbaik adalah perbuatan yang di dalamnya mencari keridhāan Allah subḥānahu wa ta‘ālā.

 

وَ اللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى. وَ النَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى. وَ مَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَ الْأُنْثَى. إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّى.

  1. (31791) Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), (31802)
  2. demi siang apabila terang benderang, (31813)
  3. demi penciptaan laki-laki dan perempuan, (31824)
  4. sungguh, usaha kamu memang beraneka macam. (31835)

 

Ayat 5-10: Jalan menuju kebahagiaan dan jalan menuju kesengsaraan.

 

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَ اتَّقَى. وَ صَدَّقَ بِالْحُسْنَى. فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى. وَ أَمَّا مَنْ بَخِلَ وَ اسْتَغْنَى. وَ كَذَّبَ بِالْحُسْنَى. فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى.

  1. Maka barang siapa memberikan (hartanya di jalan Allah) (31846) dan bertaqwā, (31857)
  2. dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga), (31868)
  3. maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan). (31879)
  4. Dan adapun orang yang kikir (318810) dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah), (318911)
  5. serta mendustakan (pahala) yang terbaik. (319012)
  6. maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran (kesengsaraan). (319113)

 

Ayat 11-21: Keadaan sebagian manusia yang tertipu oleh hartanya, peringatan kepada penduduk Makah dengan ‘adzab Allah, dan penjelasan pahala yang diperoleh oleh orang mu’min yang ikhlas ‘amalnya.

 

وَ مَا يُغْنِيْ عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى. إِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدَى. وَ إِنَّ لَنَا لَلْآخِرَةَ وَ الْأُولَى. فَأَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّى. لَا يَصْلَاهَا إِلَّا الْأَشْقَى. الَّذِيْ كَذَّبَ وَ تَوَلَّى. وَ سَيُجَنَّبُهَا الْأَتْقَى. الَّذِيْ يُؤْتِيْ مَالَهُ يَتَزَكَّى. وَ مَا لِأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِّعْمَةٍ تُجْزَى. إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَى. وَ لَسَوْفَ يَرْضَى

  1. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila dia telah binasa. (319214)
  2. Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk, (319315)
  3. dan sesungguhnya milik Kamilah akhirat dan dunia itu. (319416)
  4. Maka Aku memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala,
  5. yang hanya dimasuki oleh orang yang paling celaka,
  6. yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman).
  7. Dan akan dijauhkan darinya (neraka) orang yang bertaqwā,
  8. yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan (dirinya), (319517)
  9. dan tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, (319618)
  10. tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhāan Tuhannya Yang Maha Tinggi.
  11. Dan niscaya kelak dia akan mendapat kesenangan (yang sempurna). (319719)

Selesai tafsir surah al-Lail dengan pertolongan Allah, taufīq-Nya dan kemudahan-Nya, wal-ḥamdulillāhi rabb-il-‘ālamīn.

Catatan:

  1. 3179). Allah subḥānahu wa ta‘ālā bersumpah dengan waktu yang di sana terjadi perbuatan manusia dengan perbedaan keadaan mereka.
  2. 3180). Ya‘ni menutupi makhlūq dengan kegelapannya sehingga masing-masing makhlūq dapat kembali ke tempatnya dan beristirahat dari kelelahan.
  3. 3181). Ya‘ni apabila tampak bagi makhlūq sehingga mereka dapat memanfaatkan terangnya dan dapat bertebaran di muka bumi untuk kepentingan mereka.
  4. 3182). Yaitu Ādam dan Ḥawā’, atau setiap laki-laki dan perempuan. Kata “” di ayat ini bisa sebagai isim maushūl yang berarti “yang” sehingga artinya: “Demi yang menciptakan laki-laki dan perempuan,” yaitu Allah subḥānahu wa ta‘ālā. Bisa juga kata “” di ayat ini sebagai masdariyyah, sehingga artinya: “Demi penciptaan laki-laki dan perempuan,” yang menunjukkan sempurnanya hikmah (kebijaksanaan)-Nya, di mana Dia menciptakan makhluk hidup berpasang-pasangan untuk melestarikannya, maka Maha Suci Allah Pencipta yang sebaik-baiknya.
  5. 3183). Ada yang mengerjakan ‘amal yang memasukkan ke surga, yaitu ketaatan, dan ada pula yang mengerjakan ‘amal yang memasukkan ke neraka, yaitu kemaksiatan. Ada yang mengerjakan ‘amal ikhlas karena-Nya sehingga usahanya tidak sia-sia dan bermanfaat bagi pelakunya dan ada pula yang mengerjakan ‘amal bukan karena-Nya atau untuk sesuatu yang fanā’ sehingga usahanya sia-sia. Ini adalah jawab atau isi sumpahnya. Oleh karena itulah, Allah subḥānahu wa ta‘ālā merincikan orang yang ber‘amal dan sifat ‘amal mereka pada ayat selanjutnya.
  6. 3184) Kata “a‘thā” pada ayat ini bisa maksudnya memberikan apa yang diperintahkan untuk diberikan atau mengerjakan apa yang diperintahkan untuk dikerjakan. Contoh memberikan apa yang diperintahkan untuk diberikan adalah mengerjakan ibadah māliyyah (harta) seperti mengeluarkan zakat, kaffarat, nafkah, sedekah dan berinfaq pada jalur-jalur kebaikan. Contoh mengerjakan apa yang diperintahkan untuk dikerjakan adalah mengerjakan ibadah badaniyyah (badan) seperti mengerjakan shalat, puasa, dsb. atau yang tersusun dari keduanya (ibadah harta dan badan) seperti haji dan ‘umrah.
  7. 3185). Kata “Ittaqā” pada ayat ini bisa juga diartikan “menjaga diri” ya‘ni menjaga dirinya dari apa yang dilarang berupa perkara haram dan kemaksiatan dengan berbagai bentuknya.
  8. 3186). Al-Ḥusnā bisa berarti “Lā ilāha illallāh” serta yang ditunjukkannya berupa perkara-perkara ‘aqīdah.
  9. 3187). Yaitu surga. Menurut Syaikh as-Sa‘dī: “Kami akan memudahkan urusannya dan menjadikan setiap kebaikan dimudahkan untuknya dan mudah meninggalkan semua keburukan,” karena ia telah mengerjakan sebab-sebab kemudahan, maka Allah memudahkan hal itu untuknya.”
  10. 3188). Ia pun menolak berinfaq yang wajib maupun yang sunat, dan dirinya tidak senang mengerjakan kewajiban.
  11. 3189). Yang dimaksud dengan merasa dirinya cukup ialah tidak memerlukan pertolongan Allah dan pahala-Nya, sehingga ia meninggalkan beribadah kepada-Nya dan merasa dirinya tidak butuh kepada Tuhannya, padahal tidak ada keselamatan dan keberuntungan kecuali jika Allah subḥānahu wa ta‘ālā yang dicintainya, disembahnya serta dihadapkan diri kepada-Nya.
  12. 3190). Menurut Syaikh as-Sa‘dī, Al-Ḥusnā adalah apa yang Allah wajibkan kepada hamba-hambaNya untuk diimani berupa ‘aqīdah yang baik.
  13. 3191). Yaitu neraka. Menurut Syaikh as-Sa‘dī, maksudnya adalah keadaan yang sulit dan perkara yang tercela, yaitu mudah jatuh ke dalam keburukan di mana saja ia berada dan ditetapkan untuk melakukan berbagai kemaksiatan, nas’alulllāh-al-‘āfiyah.
  14. 3192). Ya‘ni masuk neraka, karena yang berguna hanyalah iman dan ‘amal shāliḥ. Adapun hartanya yang tidak dikeluarkan haknya, maka akan menjadi musibah baginya.
  15. 3193). Ya‘ni menerangkan jalan petunjuk daripada jalan kesesatan.
  16. 3194). Oleh karena itu, barang siapa yang memintanya kepada selain Kami, maka dia telah salah, dan seharusnya ia meminta kepada-Nya serta memutuskan harapan kepada makhlūq.
  17. 3195). Dia mengeluarkannya bukan karena riyā’ (agar dilihat manusia) maupun sum‘ah (agar didengar mereka), bahkan maksudnya adalah untuk menyucikan dirinya dari dosa dan aib dengan maksud mencari keridhaan Allah ‘azza wa jalla. Ayat ini menurut Syaikh as-Sa‘dī menunjukkan, bahwa apabila dalam infaq yang sunat sampai meninggalkan yang wajib, seperti membayar hutang, menafkahi orang yang ditanggungnya, dsb. maka infaq itu tidak disyarī‘atkan, bahkan tertolak menurut kebanyakan ‘ulamā’, karena seseorang tidaklah menyucikan dirinya dengan mengerjakan yang sunat jika sampai meninggalkan yang wajib.
  18. 3196). Ia telah membalas jasa orang yang telah berbuat baik kepadanya, sehingga infaq yang dilakukannya adalah semata-mata ikhlas karena Allah subḥānahu wa ta‘ālā. Menurut sebagian mufassir, ayat ini turun berkenaan dengan Abū Bakar ash-Shiddīq ketika ia membeli Bilāl yang sedang disiksa karena beriman, lalu ia (Abū Bakar) memerdekakannya, maka orang-orang kafir berkata: “Sesungguhnya ia (Abū Bakar) melakukan hal itu adalah karena Bilāl pernah berjasa kepadanya.” Maka turunlah ayat ini. Namun demikian, ayat ini berlaku kepada siapa saja, ya‘ni siapa saja yang mengerjakan ‘amalan seperti yang dilakukan oleh Abū Bakar ash-Shiddīq radhiyallāhu ‘anhu, maka dia akan dijauhkan dari neraka dan akan diberi pahala sebagaimana Abū Bakar ash-Shiddīq radhiyallāhu ‘anhu.
  19. 3197). Bisa juga diartikan, “Dan kelak dia akan ridhā,” yakni ridhā dengan pahala di surga yang diberikan kepadanya.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *