Surah al-Lahab 111 ~ Tafsir al-Munir (az-Zuhaili) (1/2)

Dari Buku:
Tafsir al-Munir
(Jilid 15 Juz 29-30)
Oleh: Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili

Penerjemah: Abdul Hayyie al-Kattani, dkk.
Penerbit: GEMA INSANI

Rangkaian Pos: Surah al-Lahab 111 ~ Tafsir al-Munir (az-Zuhaili)

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

SURAH AL-LAHAB

MAKKIYYAH, LIMA AYAT

Penamaan Surah

Dinamakan juga surah al-Masad karena diakhir surah, Allah s.w.t. berfirman: (فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِّنْ مَّسَدٍ) yakni di leher Ummu Jamil, istri Abu Lahab terdapat tali dari serabut yang melilit. Surah ini juga dinamakan surah Tabbat karena firman Allah di permulaan surah (تَبَّتْ يَدَا أَبِيْ لَهَبٍ وَ تَبَّ) yakni hancur dan rugilah kedua tangan Abu Lahab. Demikian juga dinamakan surah Abu Lahab atau surah al-Lahab.

Persesuaian Surah Ini Dengan Surah Sebelumnya.

Terdapat pertentangan antara surah ini dan surah sebelumnya. Di dalam surah sebelumnya, Allah s.w.t. menyebutkan bahwa balasan orang yang taat adalah mendapat pertolongan dan kemenangan di dunia dan pahala yang banyak di akhirat. Sementara itu, di dalam surah ini, Allah s.w.t. menyebutkan bahwa balasan orang yang bermaksiat adalah kerugian di dunia dan siksaan kelak di akhirat.

Kandungan Surah

Menurut ijma‘, kandungan surah ini adalah tentang balasan bagi Abu Lahab ‘Abd-ul-‘Uzza bin ‘Abd-ul-Muththalib, paman Nabi s.a.w. dan bagi istrinya, Ummu Jamil Arwa binti Harb bin Umayyah, saudari Abu Sufyan. Balasan tersebut berupa kehancuran Abu Lahab, musuh Allah dan Rasul-Nya s.a.w. di dunia, dan masuknya ia ke dalam neraka Jahannam, karena ia begitu sangat memusuhi Nabi s.a.w. dan mencegah manusia untuk beriman kepada beliau.

Demikian juga istrinya yang ikut serta dalam permusuhan sehingga ia juga ikut merasakan siksa tersebut. Ia membantu suaminya atas kekufuran, pembangkangan dan penentangannya terhadap agama Islam sehingga pada hari Kiamat ia akan menjadi teman suaminya untuk merasakan siksa di dalam neraka Jahannam.

Sebab Turunnya Surah

Diriwayatkan dalam Shaḥīḥ Bukhari dan Muslim serta selainnya – redaksi hadits Muslim – :

“Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: “Tatkala turun ayat: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat.” (asy-Syu‘arā’: 214).

dan

“Dan kabilahmu yang ikhlas” (2691) Rasulullah s.a.w. keluar rumah hingga sampai di bukit Shafa dan berseru: “Yā shabāḥā (2702)!”

Lantas orang-orang berkata: “Siapa orang yang menyeru ini?” Orang-orang lain menjawab: “Muhammad.” Lantas mereka berkumpul kepada beliau. Beliau pun berseru: “Wahai bani fulan, wahai bani fulan, wahai bani fulan, wahai bani ‘Abdu Manaf, wahai bani ‘Abd-ul-Muththalib!” Lantas mereka pun berkumpul kepada beliau. Beliau bersabda:

أَرَأَيْتَكُمْ لَوْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ خَيْلًا تَخْرُجُ بِسَفْحِ هذَا الْجَبَلِ، أَكُنْتُمْ مُصَدِّقِيَّ. قَالُوْا: مَا جَرَّبْنَا عَلَيْكَ كَذِبًا. قَالَ: فَإِنِّيْ نَذِيْرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيْدٍ. فَقَالَ أَبُوْ لَهَبٍ: تَبًّا لَكَ! أَمَا جَمَعْتَنَا إِلَّا لِهذَا؟ (2713) ثُمَّ قَامَ فَنَزَلَتْ هذِهِ السُّوْرَةُ تَبَّتْ يَدَا أَبِيْ لَهَبٍ وَ قَدْ تَبَّ.

Apakah jika aku beritahu kalian bahwa seekor kuda keluar dari bawah gunung ini kalian akan membenarkanku?” Mereka menjawab: “Kami tidak pernah melihatmu berdusta.” Beliau bersabda: “Aku memperingatkan kalian akan turun siksa yang pedih.” Abu Lahab berkata: “Celakalah kamu, Apakah kamu mengumpulkan kami hanya untuk ini?” Kemudian dia berdiri, lantas turunlah surah ini. Sungguh dia (Abu Lahab) telah celaka.

A‘masy, ‘Abdullah dan Ubay membaca (تَبَّتْ يَدَا أَبِيْ لَهَبٍ وَ قَدْ تَبَّ) hingga akhir surah. Sementara itu, Hafsh membacanya (تَبَّتْ يَدَا أَبِيْ لَهَبٍ وَ تَبَّ), kata yang pertama adalah doa jelek atas Abu Lahab dan yang kedua merupakan berita tentangnya.

Diriwayatkan dari Thariq al-Muharibi, ia berkata: “Ketika aku berada di Pasar Dzul-Majaz, aku berada bersama seorang pemuda, ia berkata: “Wahai manusia, katakanlah “Lā ilāha ilallāh” maka kalian akan bahagia. Tiba-tiba ada seorang lelaki melemparinya hingga betis dan tumit belakangnya berdarah. Orang tersebut berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya pemuda itu pendusta. Jangan kalian percaya dia!” Lantas aku bertanya: “Siapa orang ini?” Mereka menjawab: “Muhammad yang mengaku bahwa dia adalah seorang nabi. Ini adalah pamannya Abu Lahab yang menyangkanya adalah seorang pendusta.” (2724).

Balasan Bagi Abu Lahab Dan Istrinya

Sūrat-ul-Masad, Ayat: 1-5.

تَبَّتْ يَدَا أَبِيْ لَهَبٍ وَ تَبَّ. مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَ مَا كَسَبَ. سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ. وَ امْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ. فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِّنْ مَّسَدٍ

111:1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.

111:2. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.

111:3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.

111:4. Dan [begitu pula] istrinya, pembawa kayu bakar.

111:5. Yang di lehernya ada tali dari sabut.

Qirā‘āt

(أَبِيْ لَهَبٍ)

Ibnu Katsir membacanya dengan men-sukūn-kan harakat hā’ (أَبِيْ لَهْبٍ).

(حَمَّالَةَ)

‘Ashim membacanya dengan men-fatḥah-kan tā’, sedangkan para Imam lainnya men-dhammah-kannya (حَمَّالَةُ).

I‘rāb

(مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ) huruf (مَا) bisa jadi adalah huruf istifhām yang di-nashab oleh fi‘il (أَغْنَى), atau huruf nafi, dan maf‘ūl dari fi‘il (أَغْنَى) dihapus perkiraan kalimatnya (مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ شَيْئًا).

(وَ مَا كَسَبَ) huruf (وَ مَا) bisa jadi huruf mashdariyyah, yakni (وَ كَسَبَهُ), atau isim maushūl, yakni (الَّذِيْ كَسَبَهُ) dan ‘ā’id-nya dihapus untuk meringakan.

(وَ امْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ) kata (وَ امْرَأَتُهُ) adakalanya di-‘athaf-kan ke dhamīr kata (سَيَصْلَى) yakni dia dan istrinya akan masuk neraka. Kata (وَ امْرَأَتُهُ) boleh di-‘athaf-kan kepada dhamīr rafa‘ karena ada fashl (kata pemisah) sebab fashl tersebut menjadi penguat untuk ‘athaf. Ada kalanya kata (وَ امْرَأَتُهُ) adalah mubtada’ dan (حَمَّالَةَ الْحَطَبِ) adalah khabar-nya, menurut orang-orang yang membaca dengan rafa‘ (حَمَّالَةُ الْحَطَبِ). Yang membacanya dengan nashab (حَمَّالَةَ الْحَطَبِ) maka kata tersebut di-nashab berdasarkan dzamm (celaan), perkiraan kalimatnya (أَذَمُّ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ).

(فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِّنْ مَّسَدٍ) kalimat (فِيْ جِيْدِهَا) merupakan hāl dari (حَمَّالَةَ الْحَطَبِ) atau sebagai khabar mubtada’ muqaddar.

Balāghah

(تَبَّتْ يَدَا أَبِيْ لَهَبٍ) dalam kalimat ini terdapat majaz mursal, dengan menyebutkan juzz (sebagian) dan yang dimaksud adalah kull (semua), yakni hancurlah Abu Lahab.

Antara kalimat (أَبِيْ لَهَبٍ) dan (نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ) terdapat jinās (persamaan kata). Kalimat yang pertama adalah perumpamaan bagi Abu Lahab dan kalimat yang kedua adalah sifat dari api. Jinās adalah persamaan dua kata dalam pengucapannya dan berbeda dalam maknanya. Jinās ada dua macam: tāmm dan ghairu tāmm. Abu Lahab adalah perumpamaan yang bertujuan untuk tashghīr (menganggap kecil) dan taḥqīr (menghinakan), seperti Abu Jahal.

(حَمَّالَةَ الْحَطَبِ) kalimat ini adalah isti‘ārah yang bermakna seorang perempuan yang suka mengadu domba manusia.

(وَ امْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ) kata ḥammālah dihapus berdasarkan dzamm (celaan), perkiraan kalimatnya (أَخَصُّ بِالذَّمِّ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ).

Kata-kata (الْحَطَبِ), (لَهَبٍ), (كَسَبَ), (وَ تَبَّ) berkesesuaian akhir katanya untuk menjaga kesesuaian bunyi akhir ayat.

Mufradāt Lughawiyyah

(تَبَّتْ يَدَا أَبِيْ لَهَبٍ) yakni hancur dan rugilah Abu Lahab. Allah s.w.t. berfirman: “Dan tipu daya Fir‘aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.” (al-Mu’min: 37). Kalimat ini merupakan doa buruk atas Abu Lahab. Abu Lahab adalah salah satu paman Nabi s.a.w. yang bernama ‘Abd-ul-‘Uzza bin ‘Abd-ul-Muththalib. Kunyahnya adalah Abu ‘Utaibah, diberi kunyah juga dengan Abu Lahab karena mukanya yang merah.

(وَ تَبَّ) sungguh rugi. Ini merupakan kabar setelah adanya dia jelek atasnya, seperti perkataan mereka (أَهْلَكَهُ اللهُ وَ قَدْ هَلَكَ) Allah menghancurkannya maka ia hancur. Pengungkapan kalimat tersebut menggunakan bentuk kata mādhī (lampau) bertujuan untuk menegaskan akan terwujudnya hal itu.

(وَ مَا كَسَبَ) dan pekerjaannya atau hasil dan untung dari hartanya.

(مَا أَغْنَى) tidak berfaedah.

(سَيَصْلَى نَارًا) ia akan mendapati panasnya dan merasakan siksanya.

(ذَاتَ لَهَبٍ) kobaran api adalah sesuatu yang terang saat ia menyala, sedangkan Dzātu Lahab maksudnya berkobar dan menyala. Ini sesuai dengan kunyah Abu Lahab yang berarti wajahnya memancarkan sinar merah.

(وَ امْرَأَتُهُ) dan istrinya termasuk dari para tokoh perempuan kaum Quraisy. Kunyahnya adalah Ummu Jamil dan namanya adalah Arwa binti Harb bin Umayyah, saudari Abu Sufyan.

(حَمَّالَةَ الْحَطَبِ) yakni ia (Ummu Jamil) benar-benar membawa kayu bakar tersebut. Ia membawa tumpukan kayu berduri dan menebarkannya di waktu malam di jalan Rasulullah s.a.w. Bisa juga maksudnya adalah ia membawa kayu bakar neraka Jahannam, karena ia banyak membawa dosa sebab memusuhi Rasulullah s.a.w. dan mengajak suaminya untuk mencelakai beliau. Bisa pula ayat tersebut merupakan ungkapan kiasan yang bermakna orang perempuan tukang adu domba yang suka menyulut api permusuhan di kalangan manusia.

(فِيْ جِيْدِهَا) di lehernya.

(حَبْلٌ مِّنْ مَّسَدٍ) ada tali serabut membelit. Ini merupakan deskripsi sosok Ummu Jamil merupakan tukang kayu yang membawa seikat kayu yang diikatkan di lehernya. Deskripsi ini bertujuan untuk menghinakan dirinya atau menjelaskan keadaannya kelak di neraka Jahannam tempat kelak ia memikul seikat kayu bakar neraka Jahannam, seperti zaqqūm dan dharī‘, dan di lehernya terdapat rantai dari api.

Catatan:

  1. 269). Dulu ini adalah ayat al-Qur’an, namun telah dihapus tulisan dan bacaannya. Penj.
  2. 270). Ini adalah kalimat seruan untuk melawan musuh di waktu pagi.
  3. 271). Dalam redaksi Bukhari (أَلِهذَا جَمَعْتَنَا).
  4. 272). Tafsīr-ul-Qurthubī: 20/236.

1 Komentar

  1. nur khozin berkata:

    alhamduulillah jazaakumullahu khoiran katsiro….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *