(Tali yang dibuat dari sabut pelepah kurma)
Diturunkan di Makkah, terdiri dari 5 ayat.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
تَبَّتْ يَدَا أَبِيْ لَهَبٍ وَ تَبَّ. مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَ مَا كَسَبَ. سَيَصْلى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ. وَ امْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ. فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِّنْ مَّسَدٍ
Dengan – menyebut – asmā’ Allah yang Maha besar (banyak) rahmat-Nya, lagi senantiasa mencurahkan rahmat-Nya.
111:1. Binasalah kiranya kedua-dua tangan Abū Lahab (33921) dan benar-benarlah telah binasa.
111:2. Kekayaannya dan apa yang ia usahakannya tidak berguna baginya.
111:3. Dia akan menderita ‘adzāb neraka yang menyala-nyala apinya.
111:4. Dan istrinya pemikul kayu api juga menderita ‘adzāb neraka (33932).
111:5. Di lehernya ada tali rami (33943).
Surat ini menerangkan kebinasaan Abū Lahab dan istrinya.
Segala usaha Abū Lahab tidak memberi manfa‘at. Dia dan istrinya akan disembah dalam api neraka.
Abū Lahab ialah ‘Abd-ul-‘Uzzā ibn ‘Abd-il-Muththalib, bapa tua dari Nabi. Dia digelarkan dengan Abū Lahab, adalah karena pipinya terlalu merah dan karena tabi‘atnya menyamai tabi‘at api, atau kerena seorang anaknya bernama Lahab. Dia seorang musuh Nabi yang amat besar.
Istrinya Ummu Jamīl, yaitu saudara Abū Sufyān, adalah seorang yang selalu menimbulkan hasung fitnah, menghasud masyarakat Quraisy untuk menantang Nabi.
Penghasut dan pembangkit fitnah dalam bahasa ‘Arab disebut: “pemikul kayu api.”
Adapun persesuaian antara surat yang telah lalu dengan surat ini, ialah:
Al-Bukhārī meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās, ujarnya: Pada suatu hari Rasūlullāh pergi ke Bathḥā’. Beliau naik ke atas sebuah bukit dan berseru memanggil orang Quraisy untuk berkumpul. Karena itu, orang Quraisy pun berkumpul di sekitarnya. Beliau berkata kepada mereka: Percayakah kamu kepadaku jika aku mengatakan bahwa kamu sedang diintai-intai musuh. Mereka akan datang menyerbu. Mereka menjawab: Kami mempercayai perkataanmu itu. Nabi berkata: kalau demikian, maka ketahuilah bahwa aku ini adalah seorang Rasūl yang datang untuk memperingatkan kamu bahwa kamu akan menghadapi ‘adzāb yang besar jika kamu tidak beriman kepada Allah dan Rasūl-Nya.
Mendengar perkataan Nabi itu, Abū Lahab dengan serta-merta menjawab: Apakah untuk ini engkau mengumpulkan kami? Celaka engkau.
Maka mengenai hal itu, Allah pun menurunkan surat ini untuk mengabadikan sebutan jelek bagi Abū Lahab dan istrinya itu.
Surat al-Masad ini, menyatakan keburukan Abū Lahab dan istrinya yang telah mempergunakan sepanjang umurnya untuk menantang da‘wah Muḥammad, walaupun Muḥammad itu adalah anak kemanakannya yang seharusnya mendapat pembelaan dan perlindungan dari padanya.