Surah al-Kautsar 108 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan

Tafsīru Hidāyat-il-Insān
Judul Asli: (
هداية الإنسان بتفسير القران)
Disusun oleh:
Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā

Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa
Dari Situs: www.tafsir.web.id

Surah al-Kautsar (Nikmat Yang Banyak)
Surah ke-108. 3 ayat. Makkiyyah (33331)

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-3: Karunia yang besar dari Allah subḥānahu wa ta‘ālā kepada Nabi-Nya Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam, shalat dan berkurban merupakan tanda syukur kepada nikmat Allah subḥānahu wa ta‘ālā.

 

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.

  1. Sungguh, Kami telah memberimu (Muḥammad) nikmat yang banyak (33342).
  2. (33353) Maka laksanakanlah shalat (33364) karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (33375).
  3. Sungguh, orang-orang yang membencimu (33386) dialah yang terputus (33397) (dari rahmat Allah).

Selesai tafsir surah al-Kautsar dengan pertolongan Allah dan taufīq-Nya, wal-ḥamdulillāhi rabb-il-‘ālamīn.

Catatan:

  1. 3333). Sebagian besar para qārī’ berpendapat bahwa surah ini Madaniyyah. Salah satu alasannya adalah hadits tentang al-Kautsar yang akan disebutkan sebentar lagi.
  2. 3334). Seperti kenabian, al-Qur’ān, syafaat, dsb. Al-Kautsar juga berarti sungai di surga yang dijanjikan Allah subḥānahu wa ta‘ālā untuk Beliau. Syaikh as-Sa‘dī berkata: “Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman kepada Nabi-Nya memberikan nikmat kepadanya: “Sungguh, Kami telah memberimu (Muḥammad) nikmat yang banyak.” Yakni kebaikan yang banyak dan karunia yang melimpah yang di antaranya adalah apa yang Allah berikan kepada Nabi-Nya shallallāhu ‘alaihi wa sallam pada hari Kiamat berupa sungai yang disebut dengan al-Kautsar, dan telaga yang panjangnya selama sebulan, lebarnya selama sebulan, airnya lebih putih daripada susu, lebih manis daripada madu, bejananya seperti bintang-bintang di langit karena banyak dan bersinarnya. Barang siapa yang meminumnya, maka dia tidak akan haus setelahnya selama-lamanya.”Imām Muslim meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Anas bin Mālik ia berkata:

    » بينا رسول اللَّه صلى الله عليه وسلم ذَات يومٍ بين أَظْهرِنا إِذْ أَغْفَى إِغْفَاءَةً ثم رفَع رأْسه متبسما فَقلْنا ما أَضحكَك يا رسولَ اللَّه قَالَ: ( بِسمِ اللَّه الرحمنِ الرحيمِ ( إِنا أَعطَيناك الْكَوثَر * فَصلِّ لربك وانحر * إِنَّ شانِئَك هو الأَبتر » فَقَرأَ . « أنزِلَت علَى آنِفًا سورة: فَإِنه نهر وعدنِيه ربى عز و جلَّ علَيه خير كَثير هو حوض ترِد علَيه » فَقلْنا اللَّه و رسوله أَعلَم . قَالَ . « أَتدرونَ ما الْكَوثَر » ثم قَالَ زاد ابن حجرٍ . « أمتى يوم الْقيامة آنِيته عدد النجومِ فَيختلَج الْعبد من هم فَأَقول رب إِنه من أمتى . فَيقول ما تدرِى ما أَحدثَت بعدك فى حديثه بين أَظْهرِنا فى الْمسجِد.

    “Suatu hari ketika Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam berada di antara kami, tiba-tiba Beliau tertidur sejenak, lalu Beliau mengangkat kepalanya sambil tersenyum. Maka kami berkata: “Apa yang membuatmu tersenyum wahai Rasūlullāh?” Beliau bersabda: “Baru saja diturunkan kepadaku satu surah.” Beliau pun membacakan surah itu: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.- Sungguh, Kami telah memberimu (Muḥammad) al-Kautsar – Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah – Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (Terj. Al-Kautsar: 1-3) Kemudian Beliau bersabda: “Tahukah kamu apa al-Kautsar?” Kami menjawab: “Allah dan Rasūl-Nya lebih tahu.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya ia adalah sungai yang dijanjikan Tuhanku ‘azza wa jalla kepadaku, di atasnya terdapat kebaikan yang banyak; yaitu telaga yang akan didatangi umatku pada hari Kiamat, bejananya sejumlah bintang (di langit), lalu ada seorang hamba yang ditarik darinya, maka aku pun berkata: “Yā Rabbī, sesunggunya ia termasuk umatku.” Allah berfirman: “Engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan setelahmu.” Ibnu Ḥujr –salah seorang rawi menambahkan dalam haditsnya, “(Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam) berada di antara kami di masjid.” (Hadits ini diriwayatkan pula oleh Abū Dāwūd dan Nasā’ī)

  3. 3335). Setelah Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyebutkan nikmat-Nya, maka Allah subḥānahu wa ta‘ālā memerintahkan Beliau untuk mensyukurinya dengan firman-Nya di atas.
  4. 3336). Ada yang menafsirkan dengan shalat ‘Īd-ul-Adhḥā.
  5. 3337). Yang dimaksud berkurban di sini ialah menyembelih hewan Qurbān dan mensyukuri nikmat Allah. Disebutkan secara khusus shalat dan qurbān karena keduanya termasuk ibadah yang paling utama dan pendekatan diri yang paling mulia. Di samping itu, karena dalam shalat terdapat ketundukan hati dan anggota badan kepada Allah subḥānahu wa ta‘ālā dan mengalihkannya kepada ibadah-ibadah lainnya, sedangkan dalam berkurban terdapat pendekatan diri kepada Allah subḥānahu wa ta‘ālā dengan hewan qurbān yang terbaik miliknya dan mengeluarkan harta yang dicintainya.
  6. 3338). Termasuk pula yang mencelamu dan merendahkanmu.
  7. 3339). Yakni terputus dari semua kebaikan, terputus namanya atau terputus keturunannya. Adapun Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam, maka Beliau adalah seorang yang sempurna; yang memimiliki kesempurnaan yang mungkin pada makhlūq berupa nama yang tinggi, banyak pembela dan pengikut.Menurut penyusun tafsir al-Jalālain, ayat ini turun berkenaan dengan ‘Āsh bin Wā’il yang menyebut Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam sebagai abtar (yang terputus keturunannya) ketika wafat putra Beliau, yaitu al-Qāsim, wallāhu a‘lam.Ibnu Katsīr berkata: al-Bazzār berkata: Telah menceritakan kepada kami Ziyād bin Yaḥyā al-Ḥassānī, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abī ‘Addī dari Dāwūd dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbās, ia berkata: Ka‘ab bin al-Asyraf pernah datang ke Makkah, lalu orang-orang Quraisy berkata kepadanya: “Engkau adalah tokoh mereka, tidakkah engkau melihat kepada laki-laki hina ini yang terputus (keturunannya) dari kalangan kaumnya, ia mengatakan bahwa dirinya lebih baik daripada kita, padahal kita adalah orang-orang yang melakukan haji, para pelayan (Ka‘bah) dan para pemberi minum (jamā‘ah haji).” Maka Ka‘ab berkata: “Kamu lebih baik darinya.” Maka turunlah ayat: “Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus.” (HR. al-Bazzār dan isnādnya adalah shaḥīḥ. Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarīr (30/330) dari jalan gurunya Muḥammad bin Basysyār, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abī ‘Addī, dst. Dan di sana ditambahkan: “Dan diturunkanlah kepada Beliau, “Alam tara ilalladzīna ūtū nashībam min-al-kitāb sampai firman Allah ta‘ālā, “nashīrā.” (an-Nisā’: 51-52) Namun yang rājiḥ menurut Syaikh Muqbil, bahwa hadits tersebut adalah mursal (Lihat ash-Shaḥīḥ-ul-Musnad hal. 271).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *