Surah al-Kautsar 108 ~ Tafsir al-Aisar

TAFSĪR AL-AISAR
(Judul Asli: أَيْسَرُ التَّفَاسِيْرِ لِكَلَامِ الْعَلِيِّ الْكَبِيْرِ)
Edisi Indonesia:
Tafsir al-Qur’an al-Aisar (Jilid 7)

Penulis: Syaikh Abū Bakar Jābir al-Jazā’irī

(Jilid ke 7 dari Surah Qāf s.d. an-Nās)
 
Penerbit: Darus Sunnah

SURAT AL-KAUTSAR (1184)

MAKKIYYAH
JUMLAH AYAT: 3 AYAT

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

 

Surat al-Kautsar: Ayat 1-3

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.

108:1. Sungguh, Kami telah memberimu (Muḥammad) nikmat yang banyak.
108:2. Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).
108:3. Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).

PENJELASAN KATA

(إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ) Innā A‘thaināka-l-Kautsar: Kami, Rabb kemuliaan dan keagungan, telah memberikan kepadamu, wahai Nabi Kami, yaitu “al-kautsar” yaitu sungai di surga.

(فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَ انْحَرْ) Fa Shalli li Rabbika Wanḥar: Maka bersyukurlah dengan shalat kepada Rabbmu saja yang telah memberimu nikmat yang banyak dan sembelihlah hewan qurban hanya untuk-Nya.

(إِنَّ شَانِئَكَ) Inna Syāniaka: Yaitu orang-orang yang membencimu.

(هُوَ الْأَبْتَرُ) Huw-al-Abtar: Merekalah yang paling sedikit menerima dan hina serta terputus dari rahmat-Nya.

MAKNA AYAT 1-3 SECARA UMUM

Firman-Nya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (11851) tiga ayat ini dikhususkan bagi Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam karena beliaulah yang diajak bicara langsung oleh Allah. Ayat ini juga mengandung ma‘na hiburan bagi Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam sebuah riwayat bahwa ketika putra beliau yang bernama al-Qāsim meninggal dunia, maka berkatalah al-‘Āsh bin Wā’il as-Sahmī/Suhamī: “Muḥammad telah terputus karena tidak memiliki keturunan laki-laki.” Maka turunlah ayat ini sebagai bantahan terhadap al-‘Ash dan sebagai hiburan bagi Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam serta sebagai kabar gembira bagi beliau dan umatnya dengan “al-kautsar” yaitu sebuah sungai di surga yang kedua tepinya terbuat dari emas. Tempat mengalirnya terbuat dari permata dan berlian. Pasirnya lebih wangi dari minyak kasturi dan airnya lebih manis dari madu dan lebih jernih dari air es.

Air “al-kautsar” inilah yang akan memenuhi telaga ketika di padang Maḥsyar pada hari Kiamat kelak. Tidak ada yang mendatangi telaga ini, kecuali orang-orang shāliḥ dari umat Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Allah ta‘ālā berfirman: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.” Yaitu Kami khususkan “al-kautsar” (11862) untukmu. Yaitu sebuah sungai di dalam surga (11873) yang paling agung dan masih banyak kebaikan lain yang telah Allah berikan kepadamu, seperti kenabian, agama yang benar, diangkatnya derajatmu, dan engkau mendapatkan tempat yang tinggi.

Allah ta‘ālā berfirman: “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah,” (11884) maksudnya bersyukurlah atas nikmat ini dengan shalat hanya kepada-Nya, tidak menyekutukan-Nya, dan jangan menyembelih, kecuali hanya untuk-Nya. Semua ini merupakan pelajaran untuk umat beliau. Apakah yang dimaksud dengan shalat di dalam ayat ini? Yang dimaksudkan adalah shalat ‘Īd. Sedangkan menyembelih adalah menyembelih hewan qurban. Shalat dan sembelihan dapat dimasukkan ke dalam ma‘na surat ini.

Firman-Nya: “Inna Syāniaka Huw-al-Abtar” (11895) sesungguhnya orang yang membencimu, kapan dan di mana saja. Kata “abtaru” artinya adalah yang paling sedikit, paling hina, dan terputus keturunan dan nasabnya.

PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI AYAT 1-3.

  1. Penjelasan bahwa Allah ta‘ālā telah memuliakan Rasūl-Nya, Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
  2. Penegasan tentang kebenaran hadits-hadits tentang “al-kautsar” yaitu nama sebuah sungai di surga.
  3. Kewajiban ikhlas di dalam seluruh ibadah, terutama ibadah shalat dan menyembelih hewan qurban.
  4. Disyarī‘atkannya berdoa kepada orang-orang yang zhālim.

Catatan:

  1. 1185). Imām Muslim meriwayatkan dari Anas bin Mālik ia berkata: “Pada suatu hari ketika Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam sedang berada di antara kami, tiba-tiba beliau seperti mengantuk kemudian beliau mengangkat kembali kepalanya dan bersabda: “Barusan sebuah surat telah diturunkan kepadaku,” kemudian beliau membacanya surat al-Kautsar semuanya. Kemudian beliau bersabda: “Apakah kamu tahu apa itu al-Kautsar?” Para shahabat menjawab: “Allah ta‘ālā dan Rasūl-Nya yang Maha Tahu. Beliau bersabda: “Sesungguhnya a-Kautsar adalah nama sebuah sungai yang telah Allah ta‘ālā janjikan untukku yang sangat banyak manfaatnya dan merupakan telaga yang akan didatangi oleh umatku di hari Kiamat.” Zhāhir dari riwayat ini bahwa surat al-Kautsar adalah surat Madaniyyah. Boleh juga dikatakan bahwa surat ini turun dua kali di Makkah dan di Madīnah.
  2. 1186). Kata “al-kautsar” secara mutlak dalam bahasa ‘Arab artinya adalah kebaikan yang banyak, sebagaimana dalam timbangan kata “fau‘al” seperti kata “an-naufal” berasal dari kata “an-nafl” dan kata “al-jauhar” dari kata jahr.” Orang ‘Arab menamakan segala sesuatu dalam jumlah yang banyak (jumlah maupun kadarnya) dengan kata “kautsar”. Sedangkan “al-kautsar” yang diberikan kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah sebuah sungai di surga sebagaimana yang bercantum di dalam kitab Shaḥīḥ-ul-Bukhārī. Beliau juga telah menerima nikmat yang banyak, seperti telah menerima kenabian, al-Qur’ān, ‘ilmu, dan hikmah (as-Sunnah).
  3. 1187). Di dalam hadits riwayat al-Bukhārī disebutkan: “Ketika aku masuk ke dalam surga, saya berada di sungai yang kedua tepinya ada kemah-kemah (yang terbuat) dari permata. Kemudian aku sentuhkan tanganku ke dalam air yang mengalir di dalamnya dan ternyata air tadi adalah minyak misik. Maka aku pun bertanya: “Wahai Jibrīl, apakah ini?” Maka malaikat Jibrīl menjawab: “Ini adalah al-Kautsar yang akan diberikan Allah kepadamu.”.
  4. 1188). Ayat ini menjadi dalil tentang kewajiban mendahulukan shalat hari raya ‘Īd-ul-Adhḥā dari penyembelihan hewan qurban. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas para pakar fiqih. Boleh juga ayat ini, fa shalli lirabbika wanḥar” yang dimaksudkan adalah: “Laksanakanlah shalat Shubuḥ di Muzdalifah dan sembelihlah hewan qurbanmu di Minā.”.
  5. 1189). Hakikat dari “al-abtar” adalah orang yang terputus sebagian (tubuhnya). Kata ini lebih sering digunakan untuk hewan yang ekornya terputus. Digunakan pula untuk orang yang kurang baik di mata manusia karena diserupakan dengan seekor hewan yang terputus ekornya. Di antaranya istilah “khuthbah yang terputus” adalah khuthbah yang tidak memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *