Surah al-Kafirun 109 ~ Tafsir al-Aisar

TAFSĪR AL-AISAR
(Judul Asli: أَيْسَرُ التَّفَاسِيْرِ لِكَلَامِ الْعَلِيِّ الْكَبِيْرِ)
Edisi Indonesia:
Tafsir al-Qur’an al-Aisar (Jilid 7)

Penulis: Syaikh Abū Bakar Jābir al-Jazā’irī

(Jilid ke 7 dari Surah Qāf s.d. an-Nās)
 
Penerbit: Darus Sunnah

SURAT AL-KĀFIRŪN

MAKKIYYAH
JUMLAH AYAT: 6 AYAT

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

 

Surat al-Kāfirūn: Ayat 1-6

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ. لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَ. وَ لَا أَنْتُمْ عَابِدُوْنَ مَا أَعْبُدُ. وَ لَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْ. وَ لَا أَنْتُمْ عَابِدُوْنَ مَا أَعْبُدُ. لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَ لِيَ دِيْنِ

109:1. Katakanlah (Muḥammad): “Wahai orang-orang yang kafir!
109:2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,
109:3. dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah,
109:4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
109:5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.
109:6. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”

PENJELASAN KATA

(قُلْ) Qul: Katakanlah wahai Rasūlullāh.

(يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ) Yā Ayyuh-al-Kāfirūn: Wahai orang-orang musyrik, yaitu al-Wālid, al-‘Āsh, Ibnu Khalaf, dan al-Aswad bin al-Muththalib.

(لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَ) Lā A‘budu Mā Ta‘budūn: Dari seluruh sembahan yang bāthil pada zaman ini.

(وَ لَا أَنْتُمْ عَابِدُوْنَ مَا أَعْبُدُ) Wa lā Antum ‘Ābidūna Mā A‘bud: Sekarang.

(وَ لَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْ.) Wa lā Ana ‘Ābidūna Mā ‘Abattum: Pada waktu yang akan datang selamanya.

(وَ لَا أَنْتُمْ عَابِدُوْنَ مَا أَعْبُدُ) Wa lā Antum ‘Ābidūna Mā A‘bud: Pada waktu yang akan datang selamanya karena Allah ta‘ālā Maha Mengetahui hal yang demikian.

(لَكُمْ دِيْنُكُمْ) Lukum Dīnukum: Apa yang kamu percayai seperti berhala-hala tersebut, kalian tidak akan bisa meninggalkannya sampai kalian binasa.

(وَ لِيَ دِيْنِ) Wa Liya Dīn: Bagiku agama Islām yang tidak akan saya tinggalkan selamanya.

MAKNA AYAT 1-6 SECARA UMUM

Firman-Nya: “Katakanlah: Hai orang-orang kafir” (11901) enam ayat yang mulia ini diturunkan dalam rangka membantah usulan sebagian orang-orang musyrik, yaitu al-Wālid bin al-Mughīrah, al-‘Āsh bin Wā’il as-Sahmī/Suhamī, al-Aswad bin al-Muththalib, Umayyah bin Khalaf agar Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam menyembah berhala bersama dengan mereka selama setahun dan mereka pun akan menyembah sembahan Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam selama setahun. Tujuannya agar mendamaikan mereka dengan Nabi serta mengakhiri permusuhan (menurut mereka). Akan tetapi, Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam tidak menjawab ajakan mereka sama sekali sampai turunlah surat ini: “Katakanlah: Hai orang-orang kafir”, katakanlah wahai Rasūl Kami kepada mereka yang mengada-ada perkara bāthil: “Wahai orang-orang yang ingkar dengan wahyu yang datang dari Allah ta‘ālā, tidak mau mentauḥīdkan-Nya, dan sebaliknya menyekutukan-Nya dengan patung-patung.” “Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah” (11912) seperti yang kalian usulkan, “Dan kamu bukan penyembah” yaitu sekarang: “Tuhan yang aku sembah” karena Allah ta‘ālā telah memutuskan hal ini. “Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah” pada waktu yang akan datang, selamanya, “dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah”, pada waktu yang akan datang selamanya. Karena Rabbku telah menghukumimu akan mengalami kematian di dalam kekufuran dan kesyirikan sampai kamu masuk ke dalam neraka.

Allah ta‘ālā Maha Mengetahui isi hati, keadaan, dan perbuatanmu yang rusak dan buruk. “Untukmu agamamu” aku tidak akan mengikutimu, “dan untukkulah agamaku” (11923) janganlah kamu mengikutiku. Dengan ini semua, Allah ta‘ālā menjadikan Rasūl-Nya tidak mengharapkan keīmānan mereka. Padahal sebelumnya Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam sangat mengharapkan keīmānan mereka. Demikian juga Allah ta‘ālā menjadikan orang-orang musyrik tidak pernah mengharapkan Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam menyetujui usulan mereka ini. Orang-orang musyrik akan mati di dalam keadaan kafir dan tidak ada seorang pun dari mereka yang berīmān. Sebagian dari mereka akan mati ketika perang Badar dan sebagian yang lain akan mati di Makkah dalam keadaan kafir dan musyrik. Maha Benar Allah yang Maha Agung sebagaimana yang diberitakan bahwa mereka tidak akan menyembah Allah dengan ibadah yang bisa menyelamatkan diri mereka dari api neraka dan memasukkan mereka ke surga-Nya.

PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI AYAT 1-6.

  1. Penetapan qadhā’ dan qadar dan sesungguhnya orang kafir adalah orang yang kafir sejak zaman Azali (tertulis di Lauḥ Maḥfūzh). Demikian pula dengan orang yang berīmān adalah orang yang berīmān sejak zaman Azali.
  2. Perlindungan Allah ta‘ālā kepada Rasūl-Nya dan diselamatkannya beliau dari usulan orang-orang kafir yang bāthil.
  3. Penegasan adanya jurang pemisah antara orang yang berīmān, orang kafir, dan orang musyrik.

Catatan:

  1. 1190). Keutamaan surat ini adalah menyamai seperempat al-Qur’ān sama halnya dengan surat az-Zalzalah dan surat an-Nashr. Di dalam riwayat yang shaḥīḥ disebutkan bahwa Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam membaca surat al-Kāfirūn pada raka‘at kedua. Sedangkan pada raka‘at pertama, beliau membaca surat al-A‘lā (ketika shalat witir). Demikian juga Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam pernah membacanya pada dua raka‘at ba‘da thawāf dengan membaca surat ini (al-Kāfirūn) dan surat al-Ikhlāsh.
  2. 1191). Pengulangan yang terdapat di dalam ayat ini bertujuan untuk menegaskan agar orang-orang musyrik berputus-asa menghadapi Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Yaitu karena mereka telah mengajak beliau agar beribadah menyembah berhala mereka selama setahun. Pengulangan juga (seperti ini) terdapat di dalam surat ar-Raḥmān dan surat al-Mursalāt dan ada banyak pengulangan yang terjadi di dalam bahasa ‘Arab. Di antaranya adalah sabda Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallamAku tidak mengidzinkan, aku tidak mengidzinkan, sesungguhnya Fāthimah adalah bagian dari diriku.” (HR. Muslim).
  3. 1192). Huruf yā’ kata ganti orang di dalam ayat “wa liya dīn” dihapus untuk meringankan (bacaannya). Mayoritas para Qurrā’ membacanya seperti ini.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *