يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللهِ وَ ذَرُوا الْبَيْعَ ذلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ.
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوْا فِي الْأَرْضِ وَ ابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللهِ وَ اذْكُرُوا اللهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
وَ إِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوْا إِلَيْهَا وَ تَرَكُوْكَ قَائِمًا قُلْ مَا عِنْدَ اللهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَ مِنَ التِّجَارَةِ وَ اللهُ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ.
Dalam ayat ini terdapat beberapa faedah:
– Shalat Jum‘at wajib bagi seluruh kaum muslimīn, mereka juga wajib segera dan mengutamakannya di atas semua kesibukan mereka.
– Dua kali khutbah pada shalat Jum‘at wajib dihadiri, karena kata ‘dzikr’ (mengingat Allah) ditafsirkan dengan dua khutbah.
– Disyarī‘atkan mengumandangkan adzān Jum‘at.
– Larangan jual beli ketika adzān Jum‘at telah dikumandangkan. Yang demikian, karena hal itu dapat menghilangkan kewajiban dan melalaikan darinya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap perkara meskipun pada asalnya mubāḥ, namun jika sampai melalaikan kewajiban, maka pada saat itu tidak diperbolehkan.
– Perintah untuk menghadiri dua khutbah Jum‘at dan celaan bagi orang-orang yang tidak menghadirinya.
Termasuk ke dalam bagian ini adalah wajibnya diam mendengarkan khutbah.
– Sepatutnya seorang hamba mendatangi ‘ibādah kepada Allah meskipun ada dorongan dalam jiwa untuk mendatangi permainan, bisnis dan keinginan hawa nafsu serta mengingat kebaikan dan pahala yang Allah janjikan serta mengutamakan keridhāan-Nya daripada hawa nafsunya.
Selesai dengan pertolongan Allah dan taufīq-Nya, wal-ḥamdulillāhi Rabb-il-‘ālamīn.