Surah al-Jumu’ah 62 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan (1/2)

Tafsīru Hidāyat-il-Insān
Judul Asli: (
هداية الإنسان بتفسير القران)
Disusun oleh:
Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā

Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa
Dari Situs: www.tafsir.web.id

Rangkaian Pos: Surah al-Jumu'ah 62 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan

Surah al-Jumu‘ah (Shalat Jum‘at)

Surah ke-62. 11 ayat. Madaniyyah

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-4: Penyucian dan pengagungan bagi Allah subḥānahu wa ta‘ālā, dan bahwa pengutusan Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah karunia Allah kepada umat manusia.

يُسَبِّحُ للهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ مَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ.

  1. Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbīḥ kepada Allah (20051). Maharaja, Yang Mahasuci (20062), Yang Mahaperkasa (20073) lagi Mahabijaksana (20084).

هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّيْنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْ عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَ يُزَكِّيْهِمْ وَ يُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَ الْحِكْمَةَ وَ إِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلَالٍ مُّبِيْنٍ.

  1. Dialah yang mengutus seorang Rasūl kepada kaum yang buta huruf (20095) dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menyucikan (jiwa) mereka (20106) dan mengajarkan kepada mereka Kitāb dan Ḥikmah (as-Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata (20117),

وَ آخَرِيْنَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِهِمْ وَ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ.

  1. dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka (20128). Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana (20139).

ذلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَ اللهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ.

  1. Demikianlah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki (201410); dan Allah memiliki karunia yang besar.

Ayat 5-8: Peringatan kepada umat Islam agar jangan seperti orang Yahūdī yang tidak meng‘amalkan isi kitābnya, dan bagaimana mereka (orang-orang Yahūdī) menyimpang dari syarī‘at Allah serta memiliki cinta yang berlebihan kepada dunia dan takut mati.

مَثَلُ الَّذِيْنَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوْهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِآيَاتِ اللهِ وَ اللهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ.

  1. (201511) Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurāt (201612), kemudian mereka tidak membawanya (tidak meng‘amalkannya) (201713) adalah seperti keledai yang membawa kitāb-kitāb yang tebal (201814). Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah (201915). Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhālim (202016).

قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ هَادُوْا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ للهِ مِنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ.

  1. (202117) Katakanlah (Muḥammad): “Wahai orang-orang yang Yahūdī! Jika kamu mengira bahwa kamulah kekasih Allah bukan orang-orang yang lain, maka harapkanlah kematianmu (202218), jika kamu orang yang benar (202319).”

وَ لَا يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيْهِمْ وَ اللهُ عَلِيْمٌ بِالظَّالِمِيْنَ.

  1. Dan mereka tidak akan mengharapkan kematian itu selamanya (202420) disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri (202521). Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zhālim (202622).

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَ الشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ.

  1. Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (202723).”

Catatan:

  1. 2005). Semua yang ada di langit dan di bumi bertasbīḥ kepada Allah, tunduk kepada perintah-Nya dan beribadah kepada-Nya karena Dia Maharaja, di mana milik-Nya alam bagian atas maupun bawah, semua milik-Nya dan di bawah pengaturan-Nya.
  2. 2006). Dari apa yang tidak layak bagi-Nya dan dari segala kekurangan.
  3. 2007). Yang menundukkan segala sesuatu.
  4. 2008). Dalam ciptaan dan perintah-Nya. Sifat-sifat agung yang disebutkan dalam ayat ini mengajak untuk beribadah kepada Allah saja; tidak ada sekutu bagi-Nya.
  5. 2009). Yaitu bangsa ‘Arab, di mana mereka tidak kenal baca-tulis. Allah subḥānahu wa ta‘ālā memberikan ni‘mat kepada mereka dengan ni‘mat yang sangat besar daripada ni‘mat-Nya kepada selain mereka, karena mereka sebelumnya tidak ber‘ilmu dan tidak di atas kebaikan, bahkan mereka berada di atas kesesatan yang nyata; mereka menyembah patung, batu dan pepohonan serta berakhlāq dengan akhlāq binatang, di mana yang kuat memakan yang lemah, bahkan mereka berada dalam kebodohan yang dalam terhadap ‘ilmu para nabi, maka Allah subḥānahu wa ta‘ālā mengutus seorang rasūl dari kalangan mereka sendiri yang mereka ketahui nasabnya, sifat-sifatnya yang baik, amānahnya dan kejujurannya dan Dia turunkan kepadanya kitāb-Nya.
  6. 2010). Dari syirk. Atau mendorong mereka berakhlāq mulia dan mencegah mereka dari akhlāq yang buruk. Oleh karena itu, pengutusan rasūl kepada mereka adalah ni‘mat yang paling besar dan paling agung yang dikaruniakan Allah kepada mereka. Ayat ini juga sebagai dasar pijakan dalam da‘wah tashfiyyah wa tarbiyyah (membersihkan umat dari segala yang bukan dari Islam dan mendidik umat di atas ajaran Islam yang murni).
  7. 2011). Oleh karena itu, setelah ta‘līm (pengajaran) dan pembersihan ini mereka (para sahabat) menjadi manusia yang ber‘ilmu, bahkan menjadi imām dalam ‘ilmu dan agama, sempurna akhlāqnya, paling baik petunjuk dan jalannya. Di samping itu, mereka juga dijadikan standar yang benar oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam beragama ketika terjadi perselisihan di zaman setelah Beliau sebagaimana sabdanya:

    فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيْرًا. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَ سُنَّةِ خَلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمُهْتَدِيِّيْنَ عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَ إِيَّاكُمْ وَ مُحْدَثَاتِ الْأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.

    Karena barang siapa yang hidup di antara kamu (setelah ini), maka ia akan menyaksikan banyaknya perselisihan. Hendaklah kamu berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafā’-ur-Rāsyidīn yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham, dan jauhilah perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid‘ah adalah sesat.” (HR. Abū Dāwūd dan Tirmidzī, dia berkata: “Ḥasan shaḥīḥ.”)

  8. 2012). Allah subḥānahu wa ta‘ālā juga memberikan ni‘mat kepada kaum yang lain selain orang-orang ‘Arab yang datang setelah mereka, dan dari kalangan Ahli Kitāb yang belum berhubungan dengan mereka sehingga mereka beriman juga. Bisa juga maksudnya, bahwa mereka belum berhubungan dengan mereka dalam hal keutamaan (belum sampai seperti mereka dalam keutamaan). Dan bisa juga maksudnya, bahwa mereka belum berhubungan dengan mereka dalam hal waktu. Singkatnya, semua ma‘na itu adalah benar, karena mereka yang mendapat kiriman rasūl oleh Allah menyaksikan Rasūl tersebut dan mengikuti dakwahnya, maka mereka memperoleh keutamaan dan kelebihan yang tidak dicapai oleh yang lain.
  9. 2013). Di antara keperkasaan dan kebijaksanaan-Nya adalah Dia tidak membiarkan hamba-hambaNya begitu saja, bahkan Dia mengutus rasūl kepada mereka, memerintah dan melarang. Yang demikian termasuk karunia Allah yang besar yang Dia berikan kepada hamba-hambaNya yang Dia kehendaki, bahkan yang demikian merupakan ni‘mat-Nya yang paling besar daripada ni‘mat sehat, rezeki dan ni‘mat-ni‘mat duniawi lainnya. Oleh karena itu, tidak ada ni‘mat yang lebih besar daripada ni‘mat agama, karena di sanalah letak keberuntungan dan kebahagiaan yang abadi.
  10. 2014). Yaitu Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang disebutkan bersamanya.
  11. 2015). Setelah Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyebutkan ni‘mat-Nya kepada umat ini, di mana Dia telah mengutus kepada mereka nabi yang ummi (buta huruf) dan telah melebihkan mereka dengan berbagai kelebihan dan keutamaan yang tidak dicapai oleh seorang pun, padahal mereka adalah ummat yang ummi tetapi bisa mengalahkan generasi terdahulu dan yang akan datang, bahkan mengalahkan Ahli Kitāb yang menganggap bahwa mereka adalah para ‘ulamā’ rabbānī dan para pendeta yang senior, maka Allah subḥānahu wa ta‘ālā sebutkan bahwa orang-orang yang Allah bebankan kepada mereka kitab Taurāt yaitu orang-orang Yahūdī, demikian pula orang-orang Nashrānī yang Allah bebankan kepada mereka kitāb Injīl, Dia memerintahkan mereka untuk mempelajari dan meng‘amalkannya, namun mereka tidak meng‘amalkannya, maka sesungguhnya mereka tidak memiliki keutamaan apa-apa, bahkan perumpamaan mereka adalah seperti keledai yang membawa kitāb-kitāb tebal di punggungnya, di mana keledai-keledai itu tidak dapat mengambil faedah dari kitāb-kitāb itu. Apakah mereka akan mendapatkan keutamaan hanya karena memikul kitāb-kitāb ‘ilmu ataukah yang mereka dapatkan hanya ‘memikul saja’? Seperti inilah keadaan para ‘ulamā’ Yahūdī yang tidak meng‘amalkan Taurāt, yang di antara isinya adalah perintah mengikuti Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam, kabar gembira tentang kedatangannya dan beriman kepada apa yang dibawanya berupa al-Qur’ān. Bukankah yang didapat oleh orang yang seperti ini keadaannya hanyalah kekecewaan, kerugian, dan penegakkan ḥujjah terhadapnya? Perumpamaan ini sangat sesuai dengan keadaan mereka.
  12. 2016). Ya‘ni meng‘amalkannya.
  13. 2017). Maksudnya, tidak meng‘amalkan isinya, antara lain tidak membenarkan kedatangan Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
  14. 2018). Dalam hal tidak bermanfaatnya kitāb-kitāb itu baginya.
  15. 2019). Yang menunjukkan kebenaran Rasūl kita Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan apa yang dibawanya.
  16. 2020). Dia tidak akan memberi petunjuk kepada hal yang bermaslahat bagi mereka selama sifat zhālim dan keras kepala masih melekat pada mereka.
  17. 2021). Di antara kezhāliman orang-orang Yahūdī dan keras kepalanya mereka adalah bahwa mereka sudah tahu berada di atas kebatilan namun menyangka di atas kebenaran dan menganggap bahwa diri mereka adalah para wali Allah. Oleh karena itu, Allah memerintahkan Rasūl-Nya untuk mengatakan sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas.
  18. 2022). Karena wali Allah itu lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Ini adalah perintah yang ringan, karena jika mereka mengetahui bahwa mereka berada di atas kebenaran, tentu mereka tidak akan mundur terhadap tantangan ini yang Allah jadikan sebagai dalil atau bukti terhadap kebenarannya.
  19. 2023). Bahwa kamu adalah para wali Allah dan bahwa kamu berada di atas kebenaran.
  20. 2024). Oleh karena mereka tidak berani melakukannya maka dapat diketahui secara pasti bahwa mereka mengetahui berada di atas kebāthilan. Namun demikian, meskipun mereka tidak suka kepada kematian bahkan berusaha melarikan diri darinya, tetapi kematian itu akan datang menimpa mereka sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya.
  21. 2025). Seperti kafirnya mereka kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
  22. 2026). Oleh karena itu, tidak samar bagi-Nya sedikit pun kezhāliman mereka.
  23. 2027). Yang baik maupun yang buruk.