Surah al-Jinn 72 ~ Tafsir Khuluqun ‘Azhim (2/7)

Tafsir Khuluqun ‘Azhim
Budi Pekerti Agung

Oleh: Prof. M. Dr. Yunan Yusuf
 
Diterbitkan oleh: Penerbit Lentera Hati.
 
Tafsir JUZ TABARAK
Khuluqun ‘Azhīm

(BUDI PEKERTI AGUNG)

Rangkaian Pos: Surah al-Jinn 72 ~ Tafsir Khuluqun 'Azhim

3. Jinn Ada yang Beriman Kepada Allah dan Tidak menserikatkan-Nya.

قُلْ أُوْحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ فَقَالُوْا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا. يَهْدِيْ إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَ لَنْ نُّشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا. وَ أَنَّهُ تَعَالَى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَ لَا وَلَدًا.

072: 1. Katakanlah (hai Muḥammad): “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya telah mendengarkan sekumpulan jinn (akan al-Qur’ān), lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengarkan al-Qur’ān yang menakjubkan”.”
072: 2. (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorangpun dengan Tuhan kami.
072: 3. Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak.

 

AYAT 1

قُلْ أُوْحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ فَقَالُوْا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا.

072: 1. Katakanlah (hai Muḥammad): “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya telah mendengarkan sekumpulan jinn (akan al-Qur’ān), lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengarkan al-Qur’ān yang menakjubkan”.

Jinn sebagai makhluk ghaib mempunyai kehidupan yang sama dengan manusia dalam hal keyakinan, bahwa jinn ada yang Mu’min dan ada yang kafir. Pada ayat ini al-Qur’ān memberitakan kalangan jinn yang Mu’min. Katakanlah (hai Muḥammad) kepada seluruh umat manusia: Telah diwahyukan oleh Allah s.w.t. kepadaku melalui malaikat Jibrīl bahwasanya telah mendengarkan dengan khidmat sekumpulan jinn (akan al-Qur’ān). Setelah mereka dengarkan bacaan itu, lalu mereka, para jinn itu, berkata kepada para jinn yang lain yang tidak mendengarkan bacaan tersebut: Sesungguhnya kami telah mendengarkan dengan kagum bacaan al-Qur’ān yang sangat menakjubkan dan sangat indah.

Allah memerintahkan kepada Nabi Muḥammad s.a.w.: Katakanlah (hai Muḥammad): “Telah diwahyukan kepadaku. Agar disampaikan kepada manusia, khususnya masyarakat Makkah ketika itu. Yakni masyarakat yang pertama kali menerima al-Qur’ān yang disampaikan oleh Rasūlullāh s.a.w. Masyarakat yang secara umum terbelah dua dalam menerima wahyu yang dibawa oleh Nabi Muḥammad. Masyarakat kaum beriman yang menerima kebenaran yang dibawa oleh wahyu dan masyarakat kaum pendurhaka yang menolak kebenaran yang dibawa oleh wahyu tersebut.

Apa isi wahyu tersebut? Ini wahyu itu adalah bahwasanya telah mendengarkan sekumpulan jinn (akan al-Qur’ān). Ada sekelompok jinn yang mendengarkan dengan khidmat ketika Rasūlullāh s.a.w. membaca al-Qur’ān. Di mana dan kapan Rasūlullāh s.a.w. membacakan al-Qur’ān tersebut. M. Quraish Shihāb mengatakan bahwa itu terjadi di Bathm Makkah, suatu tempat antara Thā’if dan Makkah. Pada waktu itu Rasūlullāh s.a.w. dan para sahabat sedang melaksanakan shalat Shubuḥ. Ini menunjukkan bahwa jinn mendengar dengan baik perkataan dan bacaan manusia, sebaliknya manusia tidak mendengar perkataan dan bacaan jinn.

Setelah sekelompok jinn itu mendengar bacaan al-Qur’ān, lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengarkan al-Qur’ān yang menakjubkan. Mereka kelompok jinn itu merasa bahwa redaksi al-Qur’ān yang mereka dengar itu adalah sesuatu yang mengherankan serta menakjubkan. Suatu redaksi yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Sehingga mereka kemudian menyampaikan lagi apa yang didengar itu kepada kaum mereka yang lain.

 

AYAT 2

يَهْدِيْ إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَ لَنْ نُّشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا

072: 2. (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorangpun dengan Tuhan kami.

Setelah mendengar pembacaan al-Qur’ān, menurut para jinn, al-Qur’ān itu berisi ajaran, (yang) memberi petunjuk bagi jinn untuk menjalani kehidupan kepada jalan yang benar dan jalan lurus, lalu kami beriman kepadanya, yakni kepada al-Qur’ān dan kepada apa yang diberitakan di dalamnya, berupa ajaran tentang Allah Yang Maha Esa, Tuhan semesta alam, dan kami sekali-kali tidak akan pernah lagi sejak mengakui ketuhanan Allah itu mempersekutukan seorangpun dengan Tuhan kami, Allah ‘azza wa jalla.

Al-Qur’ān itu (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar. Jalan yang mengandung kebajikan dan petunjuk, bukan jalan yang mengandung kejahatan dan kesesatan. Sebab, Allah membimbing dan menuntun hamba-hambaNya agar tidak tersesat di tengah jalan. Al-Qur’ān membentangkan kedua jalan tersebut agar dipilih secara bebas oleh manusia. Allah tidak pernah memaksa hamba-hambaNya memilih salah satu jalan yang ada. Manusia dan jinn-lah yang dengan kebebasannya menjatuhkan pilihannya sendiri. Itulah kesan yang ditangkap oleh para jinn setelah mendengar bacaan al-Qur’ān. Bangkit kesadaran akan kebijaksanaannya sehingga tidak mungkin membantah dan menolaknya.

Tergugah oleh kebijaksanaan yang ada dalam kandungan al-Qur’ān serta ketidakmampuan membantah dan menolaknya, maka para jinn itu pun berkata: lalu kami beriman kepadanya. Mereka mengimani al-Qur’ān dengan tulus. Al-Qur’ān adalah wahyu dari Allah s.w.t. yang diturunkan kepada Nabi Muḥammad s.a.w. melalui perantaraan malaikat Jibrīl dengan susunan bahasa dan redaksi yang sangat indah. Tidak ada makhluk mana pun yang mempunyai kemampuan untuk menandingi keindahan bahasa dan redaksi al-Qur’ān. Tidak saja manusia yang ditantang untuk membuat seperti al-Qur’ān, bahkan kalangan jinn pun ditantang untuk membuatnya.

Konsekuensi logis dari beriman kepada al-Qur’ān adalah mengimani seluruh kandungannya, berupa petunjuk dan ajaran untuk beriman kepada Allah s.w.t. Oleh sebab itu, mereka mengatakan: Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorangpun dengan Tuhan kami. Karena mempersekutukan Allah dengan yang lain itu adalah dosa besar yang merusak tauhid serta berdampak buruk bagi sikap dan perbuatan yang akan dilakukan dalam hidup di dunia.

 

AYAT 3

وَ أَنَّهُ تَعَالَى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَ لَا وَلَدًا

072: 3. Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak.

Setelah pengakuan jinn bahwa tidak ada serikat bagi Allah seorang jua pun, maka muncul pengakuan berikutnya yang lebih tinggi lagi. Dan bahwasanya kami mengakui pula bahwa Maha Tinggi dan Maha Suci kebesaran Allah Rabb-al-‘Ālamīn, Tuhan kami, Yang Maha Gagah dan Perkasa. Dia tidak mempunyai pasangan sebagai beristri dan tidak (pula) beranak sebagai pelanjut keturunan.

Allah adalah eksistensi transenden yang mengatasi seluruh yang ada. Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami. Dialah eksistensi yang kepada Dia segala eksistensi bergantung. Dia pencipta langit dan bumi dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia mengatakan kun (jadilah), maka jadikanlah sesuatu itu. Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang diperbandingkan dengan Dia.

Keyakinan tentang Allah, Tuhan Yang Maha Esa merupakan idée fixe (gagasan yang tak tergoyahkan) bagi para jinn, sehingga tidak ada tempat dalam keyakinan mereka persepsi bahwa Allah mempunyai istri dan anak. Dia tidak beristri dan tidak (pula) beranak. Karena gagasan tentang Allah mempunyai anak, apa pun pemaknaan dari konsep terhadap anak tersebut, merupakan gagasan yang telah mempersamakan dan menyetarakan Allah dengan makhluk.

4. Jinn yang Bodoh Berbuat Melampaui Batas.

وَ أَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ سَفِيْهُنَا عَلَى اللهِ شَطَطًا. وَ أَنَّا ظَنَنَّا أَنْ لَّنْ تَقُوْلَ الْإِنْسُ وَ الْجِنُّ عَلَى اللهِ كَذِبًا

072: 4. Dan bahwasanya orang yang kurang akal daripada kami selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah.
072: 5. Dan sesungguhnya kami mengira, bahwa manusia dan jinn sekali-kali tidak akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah.

 

AYAT 4

وَ أَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ سَفِيْهُنَا عَلَى اللهِ شَطَطًا

072: 4. Dan bahwasanya orang yang kurang akal daripada kami selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah.

Ayat-ayat yang lalu telah menginformasikan golongan jinn yang beriman kepada Allah serta tidak mempersekutukan Allah dengan yang lain. Namun, sama dengan manusia, di kalangan jinn pun, ada jinn yang bodoh serta bebal. Dan bahwasanya orang yang kurang akal serta picik pikiran daripada golongan kami, para jinn, selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas serta menyombongkan diri terhadap Allah, Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Ternyata golongan jinn yang diciptakan sebagai makhluk berakal, juga ada yang bodoh. Bodoh dalam arti degil dan bebal, tidak mau menerima kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muḥammad s.a.w. Dan bahwasanya orang yang kurang akal daripada kami. Profil inilah yang dipertontonkan oleh Iblīs, ketika diperintah oleh Allah untuk tunduk kepada Ādam. Iblīs tidak mau mematuhi perintah Allah tersebut karena kesombongannya, disebabkan Iblīs merasa lebih mulia dari Ādam. Iblīs merasa lebih mulia karena diciptakan Allah dari api, sedangkan Ādam diciptakan Allah dari tanah. Akibat kesombongannya itu, Iblīs diusir dari surga oleh Allah s.w.t.

Golongan jinn yang diberi nama Iblīs inilah yang membangkang terhadap perintah Allah tersebut. Mereka selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah. Salah satu bentuk perkataan yang melampaui batas itu adalah mengatakan bahwa Allah mempunyai istri. Karena Allah mempunyai istri, maka kelanjutan dari itu adalah Allah kemudian mempunyai anak. Merekalah dari golongan jinn yang secara terang-terangan membangkang terhadap perintah Allah s.w.t.

 

AYAT 5

وَ أَنَّا ظَنَنَّا أَنْ لَّنْ تَقُوْلَ الْإِنْسُ وَ الْجِنُّ عَلَى اللهِ كَذِبًا

072: 5. Dan sesungguhnya kami mengira, bahwa manusia dan jinn sekali-kali tidak akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah.

Namun, di kalangan jinn yang sudah menerima kebenaran al-Qur’ān, dengan kesucian dan ketulusan hati yang mereka miliki, selalu berbaik sangka. Mereka berbaik sangka kepada siapa saja, baik kepada manusia, maupun kepada jinn sendiri. Dan sesungguhnya kami, para jinn, berpikir dan mengira, bahwa manusia dan jinn sekali-kali tidak akan pernah, kapan pun, untuk mengatakan perkataan yang dusta dan berbohong terhadap Allah ‘azza wa jalla.

Al-Qur’ān mempergunakan kata zhanannā yang berakar kata dari zhanna yang berarti mengira. Perkiraan dalam arti mendekati kebenaran, bukan prasangka dengan ungkapan syakk yang antara benar dan salahnya itu fifty-fifty. Dan sesungguhnya kami mengira. Para jinn mempunyai dugaan keras tentang perilaku manusia dan jinn itu sendiri. Dugaan yang keluar dari hati yang bersih dan tulus karena mereka sudah menerima kebenaran al-Qur’ān yang merupakan tuntunan dari Allah Yang Maha Kuasa.

Apa perkiraan para jinn itu? Perkiraan mereka adalah bahwa manusia dan jinn sekali-kali tidak akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah. Bila sudah mendengar ayat-ayat suci al-Qur’ān, maka siapa pun orangnya, baik manusia maupun jinn, tidak akan mengatakan (atau melakukan perbuataan) lancang dan dusta terhadap Allah s.w.t. Mereka pasti akan bertasbih dan menyucikan Allah dari semua yang menserikatkan Allah, seperti mengatakan Allah mempunyai sekutu dan juga memandang Allah mempunyai istri dan anak.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *