Hati Senang

Surah al-Jinn 72 ~ Tafsir Ibni Katsir (4/5)

Tafsir Ibnu Katsir

Dari Buku:
Tafsir Ibnu Katsir, Juz 30
(An-Nabā’ s.d. An-Nās)
Oleh: Al-Imam Abu Fida’ Isma‘il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

Al-Jinn, ayat 18-24.

وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللهِ أَحَدًا. وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا. قُلْ إِنَّمَا أَدْعُوْ رَبِّيْ وَ لَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا. قُلْ إِنِّيْ لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَ لَا رَشَدًا. قُلْ إِنِّيْ لَنْ يُجِيْرَنِيْ مِنَ اللهِ أَحَدٌ وَ لَنْ أَجِدَ مِنْ دُوْنِهِ مُلْتَحَدًا. إِلَّا بَلَاغًا مِّنَ اللهِ وَ رِسَالَاتِهِ وَ مَنْ يَعْصِ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا. حَتَّى إِذَا رَأَوْا مَا يُوْعَدُوْنَ فَسَيَعْلَمُوْنَ مَنْ أَضْعَفُ نَاصِرًا وَ أَقَلُّ عَدَدًا.

072: 18. Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.

072: 19. Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya.

072: 20. Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya.”

072: 21. Katakanlah: “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudaratan pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfaatan.”

072: 22. Katakanlah: “Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun yang dapat melindungiku dari (adzab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya.

072: 23. Akan tetapi (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasūl-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.

072: 24. Sehingga apabila mereka melihat adzab yang diancamkan kepada mereka, maka mereka akan mengetahui siapakah yang lebih lemah penolongan dan lebih sedikit bilangannya.

(al-Jinn [72]: 18-24).

Allah s.w.t. berfirman, memerintahkan kepada hamba-hambaNya agar mengesakan-Nya dalam beribadah, tidak menyeru seorang pun selain-Nya dalam ibadahnya itu, dan tidak mempersekutukan Allah dengan siapa pun, seperti yang dikatakan oleh Qatādah sehubungan dengan makna firman-Nya:

وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللهِ أَحَدًا.

Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. (al-Jinn [72]: 18).

Dahulu orang-orang Yahudi dan Nasrani apabila memasuki tempat peribadatan mereka, maka selalu memulainya dengan mempersekutukan Allah. Maka Allah s.w.t. memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk selalu mengesakan-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Ibnu Abī Ḥātim mengatakan bahwa ‘Alī ibnul Ḥusain telah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ismā‘īl ibnu Bintis-Suddī, telah menceritakan kepada kami seseorang lelaki yang senama dengannya, dari as-Suddī, dari Abū Mālik atau Abū Shāliḥ, dari Ibnu ‘Abbās sehubungan dengan makna firman Allah s.w.t.:

وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللهِ أَحَدًا.

Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. (al-Jinn [72]: 18).

Ibn ‘Abbās mengatakan bahwa pada hari ayat ini diturunkan, tiada sebuah masjid pun di bumi Allah selain Masjidil Ḥarām dan Masjid ‘Iliyā di Baitul Maqdis.

Al-A‘masy mengatakan bahwa jinn berkata: “Wahai Rasūlullāh, idzinkanlah kami untuk ikut shalat bersamamu di masjidmu ini.” Maka Allah s.w.t. menurunkan firman-Nya:

وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللهِ أَحَدًا.

Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. (al-Jinn [72]: 18).

Maka Nabi s.a.w. bersabda kepada mereka: “Shalatlah kalian, tetapi jangan bercampur dengan manusia.

Ibnu Jarīr mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ḥumaid, telah menceritakan kepada kami Mahrān, telah menceritakan kepada kami Sufyān, dari Ismā‘īl ibnu Abī Khālid, dari Maḥmūd, dari Sa‘īd ibnu Jubair sehubungan dengan makna firman-Nya:

وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللهِ أَحَدًا.

Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. (al-Jinn [72]: 18).

Jinn bertanya kepada Nabi s.a.w.: “Bagaimana kami dapat mendatangi masjid, sedangkan kami tinggal jauh darimu? Dan bagaimana kami dapat ikut shalat bersama engkau, sedangkan kami tinggal jauh darimu?” Maka turunlah firman Allah s.w.t.:

وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللهِ أَحَدًا.

Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. (al-Jinn [72]: 18).

Sufyān telah meriwayatkan dari Khashīf, dari ‘Ikrimah, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan semua masjid. Sa‘īd ibnu Jubair mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan anggota-anggota yang dipakai untuk sujud, yakni semuanya itu adalah milik Allah, maka janganlah digunakan untuk sujud kecuali kepada Allah yang memilikinya. Dan mereka sehubungan dengan pendapat ini mengetengahkan sebuah hadits shaḥīḥ yang diriwayatkan melalui ‘Abdullāh ibnu Thāwus, dari ayahnya, dari Ibnu ‘Abbās r.a. yang mengatakan bahwa Rasūlullāh s.a.w. pernah bersabda:

أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ: عَلَى الْجَبْهَةِ – أَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى أَنْفِهِ – وَ الْيَدَيْنِ وَ الرُّكْبَتَيْنِ وَ أَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ.

Aku diperintahkan untuk bersujud pada tujuh anggota, yaitu kering – seraya mengisyaratkan ke arah hidungnya – , kedua telapak tangan, kedua lutut, dan (bagian dalam) jari-jemari kedua kaki.

Firman Allah s.w.t.:

وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا.

Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya. (al-Jinn [72]: 19).

Al-‘Aufī telah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās, bahwa Allah menceritakan ketika jinn-jinn itu mendengar Nabi s.a.w. membaca al-Qur’ān, hampir saja mereka menindihnya karena keinginan mereka yang sangat untuk mendengarkan bacaan al-Qur’ānnya. Mereka berdesak-desak di antara sesamanya untuk mendekat kepada Nabi s.a.w., sedangkan Nabi s.a.w. sendiri tidak mengetahui keberadaan mereka, hingga datanglah kepada beliau s.a.w. Malaikat Jibrīl yang mewahyukan kepadanya firman Allah s.w.t.:

قُلْ أُوْحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ

Katakanlah (hai Muḥammad): Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jinn telah mendengarkan (al-Qur’ān). (al-Jinn [72]: 1).

Yakni mereka mendengarkan bacaan al-Qur’ānnya: Ini menurut suatu pendapat yang diriwayatkan dari az-Zubair ibnu ‘Awwām r.a.

Ibnu Jarīr mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muḥammad ibnu Ma‘mar, telah menceritakan kepada kami Abū Muslim, dari Abū ‘Uwānah, dari Abū Bisyr, dari Sa‘īd ibnu Jubair, dari Ibnu ‘Abbās yang mengatakan bahwa jinn berkata kepada kaumnya:

وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا.

Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya. (al-Jinn [72]: 19).

Bahwa ketika jinn melihat Nabi s.a.w. sedang mengerjakan shalat bersama para sahabatnya, maka mereka ikut ruku‘ dan sujud bersama beliau s.a.w. Mereka sangat kagum dengan ketaatan para sahabat kepada beliau s.a.w. Lalu mereka berkata kepada kaumnya:

وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا.

Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya. (al-Jinn [72]: 19).

Ini merupakan pendapat kedua yang juga diriwayatkan dari Sa‘īd ibnu Jubair.

Al-Ḥasan mengatakan bahwa ketika Rasūlullāh s.a.w. bangkit mengucapkan kalimah: “Tidak ada tuhan yang wajib disembah selain Allah,” dan menyeru manusia untuk menyembah Tuhan mereka, hampir saja orang-orang ‘Arab desak-mendesak mengerumuninya.

Qatādah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا.

Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muḥammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jinn-jinn itu desak mendesak mengerumuninya. (al-Jinn [72]: 19).

Bahwa manusia dan jinn desak-mendesak berebutan untuk memadamkan kalimah ini, tetapi Allah menolak dan tetap menolongnya, melancarkannya dan memenangkannya atas orang-orang yang menentangnya. Ini merupakan pendapat ketiga yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās, Mujāhid, dan Sa‘īd ibnu Jubair serta pendapat Ibnu Zaid, dan dipilih oleh Ibnu Jarīr. Pendapat inilah yang lebih kuat, karena dalam ayat yang selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:

قُلْ إِنَّمَا أَدْعُوْ رَبِّيْ وَ لَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا.

Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya. (al-Jinn [72]: 20).

Yakni Rasūl s.a.w. berkata kepada mereka saat mereka mengganggunya, menentang dan mendustakannya, serta bersatu padu di antara sesamanya untuk melawan kebenaran yang disampaikannya, dan sepakat untuk memusuhinya:

إِنَّمَا أَدْعُوْ رَبِّيْ.

Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku. (al-Jinn [72]: 20).

Yaitu sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku berlindung dan bertawakkal kepada-Nya.

وَ لَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا.

dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya. (al-Jinn [72]: 20).

Adapun firman Allah s.w.t.:

قُلْ إِنِّيْ لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَ لَا رَشَدًا.

Katakanlah: “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudaratan pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfataan.” (al-Jinn [72]: 21).

Yakni sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kalian yang diberi wahyu kepadaku, juga sebagai seorang hamba dari hamba-hamba Allah. Aku tidak mempunyai kuasa untuk memberi kalian petunjuk dan tidak kuasa pula membuat kalian sesat, bahkan hal tersebut berada di tangan kekuasaan Allah s.w.t. semata. Kemudian Nabi s.a.w. menceritakan tentang keadaan dirinya, bahwa tiada seorang pun yang dapat melindunginya dari adzab Allah jika ia berbuat durhaka kepada-Nya. Yakni tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan dirik dari adzab-Nya:

وَ لَنْ أَجِدَ مِنْ دُوْنِهِ مُلْتَحَدًا.

dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya. (al-Jinn [72]: 22).

Mujāhid, Qatādah, dan as-Suddī berkata: “Tiada pelindung,” Qatādah pun mengatakan pula sehubungan dengan makna firman-Nya:

قُلْ إِنِّيْ لَنْ يُجِيْرَنِيْ مِنَ اللهِ أَحَدٌ وَ لَنْ أَجِدَ مِنْ دُوْنِهِ مُلْتَحَدًا.

Katakanlah: “Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun yang dapat melindungiku dari (adzab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya. (al-Jinn [72]: 22).

Maksudnya, tiada penolong dan tiada pelindung. Menurut pendapat yang lain, tiada penyelamat dan tiada tempat berlindung.

Firman Allah s.w.t.:

إِلَّا بَلَاغًا مِّنَ اللهِ وَ رِسَالَاتِهِ

Akan tetapi (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. (al-Jinn [72]: 23).

Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa ini merupakan pengecualian dari firman-Nya:

قُلْ إِنِّيْ لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَ لَا رَشَدًا.

Katakanlah: “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudaratan pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfataan.” (al-Jinn [72]: 21).

Kelanjutannya ialah: “Kecuali (aku hanya) menyampaikan (peringatan).” Akan tetapi, dapat pula dita’wilkan sebagai mustatsnā (pengecualian) dari firman-Nya:

لَنْ يُجِيْرَنِيْ مِنَ اللهِ أَحَدٌ.

sekali-kali tiada seorangpun yang dapat melindungiku dari (adzab) Allah. (al-Jinn [72]: 22).

Artinya, tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari adzab-Nya dan tiada pula yang dapat menyelamatkan diriku kecuali bila aku menyampaikan risalah yang diamanatkan kepadaku untuk menyampaikannya. Dengan demikian, berarti semakna dengan apa yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَ إِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رَسَالَتَهُ، وَ اللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ.

Hai Rasūl, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (al-Mā’idah: 67).

Adapun firman Allah s.w.t.:

وَ مَنْ يَعْصِ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا.

Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasūl-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. (al-Jinn [72]: 23).

Yakni aku menyampaikan risalah Allah kepadamu; dan barang siapa yang durhaka kepada-Nya sesudah itu, maka balasan yang akan diterimanya adalah dimasukkan ke dalam neraka Jahannam.

خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا.

mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. (al-Jinn [72]: 23).

Yaitu tiada jalan selamat bagi mereka darinya dan tiada pula mereka dikeluarkan darinya:

Firman Allah s.w.t.:

حَتَّى إِذَا رَأَوْا مَا يُوْعَدُوْنَ فَسَيَعْلَمُوْنَ مَنْ أَضْعَفُ نَاصِرًا وَ أَقَلُّ عَدَدًا.

Sehingga apabila mereka melihat adzab yang diancamkan kepada mereka, maka mereka akan mengetahui siapakah yang lebih lemah penolongan dan lebih sedikit bilangannya. (al-Jinn [72]: 24).

Yakni manakala mereka (manusia dan jinn) yang musyrik menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri apa yang pernah diancamkan kepada mereka di hari kiamat. Maka pada hari itu mereka akan mengetahui siapakah yang lebih lemah penolongnya dan lebih sedikit bilangannya (kekuatannya), apakah mereka ataukah orang-orang mu’min yang mengesakan Allah? Dengan kata lain, tidak, bahkan orang-orang musyrik sama sekali tiada penolong bagi mereka, dan mereka lebih sedikit bilangannya dibandingkan dengan bala tentara Allah s.w.t.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.