Ayat 14-19: Terbaginya jinn menjadi dua golongan; mu’min dan kafir, tempat kembali masing-masing golongan itu, dan berkumpulnya jinn di dekat Rasūlullāh shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mendengarkan al-Qur’ān.
وَ أَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُوْنَ وَ مِنَّا الْقَاسِطُوْنَ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُوْلئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا. وَ أَمَّا الْقَاسِطُوْنَ فَكَانُوْا لِجَهَنَّمَ حَطَبًا. وَ أَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَّاءً غَدَقًا. لِنَفْتِنَهُمْ فِيْهِ وَ مَنْ يُعْرِضْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَابًا صَعَدًا. وَ أَنَّ الْمَسَاجِدَ للهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللهِ أَحَدًا. وَ أَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ كَادُوْا يَكُوْنُوْنَ عَلَيْهِ لِبَدًا.
Ayat 20-25: Perintah kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam untuk menyebutkan secara terang-terangan ketundukannya kepada Allah ‘azza wa jalla dan mengikhlaskan ‘amal karena-Nya.
قُلْ إِنَّمَا أَدْعُوْ رَبِّيْ وَ لَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا. قُلْ إِنِّيْ لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَ لَا رَشَدًا. قُلْ إِنِّيْ لَنْ يُجِيْرَنِيْ مِنَ اللهِ أَحَدٌ وَ لَنْ أَجِدَ مِنْ دُوْنِهِ مُلْتَحَدًا. إِلَّا بَلَاغًا مِّنَ اللهِ وَ رِسَالَاتِهِ وَ مَنْ يَعْصِ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا. حَتَّى إِذَا رَأَوْا مَا يُوْعَدُوْنَ فَسَيَعْلَمُوْنَ مَنْ أَضْعَفُ نَاصِرًا وَ أَقَلُّ عَدَدًا. قُلْ إِنْ أَدْرِيْ أَقَرِيْبٌ مَّا تُوْعَدُوْنَ أَمْ يَجْعَلُ لَهُ رَبِّيْ أَمَدًا.
Ayat 26-28: Hanya Allah yang mengetahui yang ghaib dan ‘ilmu-Nya yang luas meliputi segala sesuatu.
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا. إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَّسُوْلٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَ مِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا. لِيَعْلَمَ أَنْ قَدْ أَبْلَغُوْا رِسَالَاتِ رَبِّهِمْ وَ أَحَاطَ بِمَا لَدَيْهِمْ وَ أَحْصَى كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا.
Syaikh as-Sa‘dī menyebutkan beberapa faedah dalam surah ini yang kesimpulannya sebagai berikut:
– Adanya jinn, dan bahwa mereka diperintah dan dilarang (diberikan beban atau kewajiban agama sebagaimana manusia), dan akan diberikan balasan.
– Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam juga diutus kepada jin sebagaimana Beliau diutus pula kepada manusia, karena Allah subḥānahu wa ta‘ālā menghadapkan segolongan jinn kepada Beliau agar mereka mendengarkan wahyu-Nya dan menyampaikannya kepada kaum mereka.
– Kecerdasan jinn dan tahunya mereka terhadap kebenaran, dan bahwa yang mendorong mereka beriman adalah ketika mereka mengetahui secara pasti petunjuk al-Qur’ān.
– Bagusnya adab mereka (jinn yang beriman itu) ketika berbicara.
– Perhatian Allah kepada Rasūl-Nya dan penjagaan-Nya kepada apa yang dibawa Rasūl-Nya. Oleh karena itulah, ketika telah mulai pengangkatan kenabian, langit-langit dijaga dengan bintang-bintang (meteor), para syaithan pergi dari tempat-tempatnya, Allah merahmati bumi dan penduduknya dengan rahmat yang ditentukan-Nya dan Dia menginginkan kebaikan untuk mereka. Dia ingin menampakkan agama-Nya, syariat-Nya dan agar Dia dikenal di bumi sehingga hati pun senang dan cinta kepada-Nya, syiar-syiar agama-Nya pun tampak dan para penyembah berhala serta berhala itu musnah.
– Semangatnya jinn mendengarkan wahyu dan berdesakannya mereka untuknya.
– Ayat ini juga mengandung perintah bertauḥīd dan larangan berbuat syirk, menerangkan keadaan makhlūq dan bahwa seorang pun di antara mereka tidak berhak diibadahi. Hal itu, karena apabila Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam tidak berkuasa memberikan manfaat dan menolak bahaya bagi seseorang bahkan bagi dirinya sedangkan Beliau adalah manusia paling utama dan paling sempurna, maka apalagi manusia yang lain. Oleh karena itu, merupakan kesalahan yang besar ketika mengambil makhlūq sebagai tuhannya di samping Allah.
– Hal ghaib hanya Allah saja yang mengetahui; tidak ada seorang pun dari makhlūq yang mengetahuinya kecuali Rasūl yang diridhāi-Nya, maka Allah perlihatkan sebagian kecil darinya.
Selesai tafsir surah al-Jīnn dengan pertolongan Allah dan taufīq-Nya, wal-ḥamdulillāhi rabb-il-‘ālamīn.