Surah al-Jinn 72 ~ Tafsir al-Aisar (4/4)

TAFSĪR AL-AISAR
(Judul Asli: أَيْسَرُ التَّفَاسِيْرِ لِكَلَامِ الْعَلِيِّ الْكَبِيْرِ)
Edisi Indonesia:
Tafsir al-Qur’an al-Aisar (Jilid 7)

Penulis: Syaikh Abū Bakar Jābir al-Jazā’irī

(Jilid ke 7 dari Surah Qāf s.d. an-Nās)
 
Penerbit: Darus Sunnah

Rangkaian Pos: Surah al-Jinn 72 ~ Tafsir al-Aisar

Surat al-Jinn: Ayat 25-28

قُلْ إِنْ أَدْرِيْ أَقَرِيْبٌ مَّا تُوْعَدُوْنَ أَمْ يَجْعَلُ لَهُ رَبِّيْ أَمَدًا. عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا. إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَّسُوْلٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَ مِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا. لِيَعْلَمَ أَنْ قَدْ أَبْلَغُوْا رِسَالَاتِ رَبِّهِمْ وَ أَحَاطَ بِمَا لَدَيْهِمْ وَ أَحْصَى كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا

072: 25. Katakanlah (Muḥammad): “Aku tidak mengetahui, apakah adzab yang diancamkan kepadamu itu sudah dekat ataukah Tuhanku menetapkan waktunya masih lama”
072: 26. Dia Mengetahui yang ghaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada siapa pun tentang yang ghaib itu.
072: 27. Kecuali kepada rasūl yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di depan dan di belakangnya.
072: 28. Agar Dia mengetahui, bahwa rasūl-rasūl itu sungguh telah menyampaikan risalah Tuhannya, sedang (ilmu-Nya) meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.

PENJELASAN KATA

(قُلْ إِنْ أَدْرِيْ) Qul in Adrī: Katakanlah: “apakah aku tahu?”

(مَّا تُوْعَدُوْنَ) Mā Tū‘adūna: Yang dimaksud adalah adzab.

(أَمَدًا) Amadan: Tujuan dan batas akhir yang hanya diketahui oleh Allah.

(فَلَا يُظْهِرُ) Falā Yuzhhiru: Allah tidak akan menampakkannya.

(مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَّسُوْلٍ) Manirtadhā mir Rasūlin: Allah akan menampakkannya kepada yang diridhainya.

(رَصَدًا) Rashadan: Para malaikat yang akan menjaganya, yang akan memberinya wahyu yang harus beliau sampaikan kepada seluruh manusia.

(لِيَعْلَمَ) Liya‘lama: Allah ta‘ālā telah mengetahui sesuatu yang nampak, bahwa para rasūl-Nya telah menyampaikan risalah-risalahNya (Tuhan mereka).

(وَ أَحْصَى كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا) Aḥshā Kulla Syai’in ‘Adadan: Allah akan menghitung jumlah segala sesuatu.

MAKNA AYAT 25-28 SECARA UMUM

Firman-Nya: “Katakanlah: “Aku tidak mengetahui,” menyuruh Rasūl-Nya untuk mengatakan kepada orang-orang musyrik yang ingin menyegerakan turunnya adzab sebagai bentuk pelecehan, pembangkangan, dan pendustaan mereka. Allah menyuruhnya untuk mengatakan kepada mereka: “Aku tidak tahu, apakah adzab yang telah diancamkan kepada kalian akan datang secepatnya ataukah Tuhanku (7781) akan menangguhkannya untuk waktu yang lama yang hanya diketahui oleh Allah dan tidak diketahui oleh selain-Nya, yang mengetahui (7792) alam ghaib,” maksudnya Allah-lah yang mengetahui alam ghaib, (7803) Allah tidak akan memperlihatkan alam ghaib tersebut kepada seorang pun dari hamba-hambaNya, kecuali kepada Rasūl-Nya yang Dia ridhai. Maksudnya Allah ridha kepadanya untuk menyampaikan tentang-Nya, karena Nabi akan menampakkannya dengan persiapan yang cukup matang, sehingga kabar ghaib ini tidak akan tersiar di tengah-tengah manusia: “maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka,” (7814) maksudnya di depan dan di belakang para Rasūl yang diridhai-Nya dengan penjagaan dari para malaikat, sehingga wahyu-Nya terjamin. Hal ini dilakukan agar Rasūlullāh s.a.w. mengetahui (7825) bahwa para rasūl sebelumnya telah menyampaikan risalah-risalah Tuhan mereka beserta iringan pertolongan Allah.

Setiap kali wahyu turun, maka akan dikawal oleh empat malaikat yang menjaganya dari gangguan syaithan-syaithan, sehingga syaithan-syaithan tersebut tidak bisa mendengar kabar langit (wahyu) yang akan disampaikan kepada para pemuja mereka dari golongan manusia yang akan berujung ke dalam neraka. Allah ta‘ālā berfirman: “Sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi,” maksudnya ilmu Allah: “apa yang ada pada mereka,” maksudnya yang dibawa oleh para malaikat dan para rasūl. Allah ta‘ālā berfirman: “dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.” (7836) Maksudnya Allah akan menghitung jumlah segala sesuatu sehingga tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya, baik yang ada di bumi maupun di langit, karena Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI AYAT 25-28

  1. Alam ghaib adalah hak prerogatif Allah, tidak ada yang mengetahui ilmu ghaib, kecuali hanya Allah.
  2. Terkadang Allah akan memberitahukan alam ghaib kepada para rasul yang diridhai-Nya. Hal ini bisa terjadi dengan pengawalan ketat (para malaikat) agar tidak dicuri oleh syaithan-syaithan agar syaithan-syaithan tidak bisa memberitahukan hal tersebut kepada para pemujanya yang akan mengacaukan umat manusia.
  3. Penjelasan tentang ilmu dan perhitungan Allah yang meliputi segala sesuatu.

Catatan:

  1. 778). Nāfi‘ membacanya dengan “rabbiya” dengan memberi harakat fatḥah pada huruf “yā’”. Sedangkan Ḥafsh membacanya dengan memberikan harakat sukūn pada huruf “yā’ mamdūdah”-nya.
  2. 779). Kata “‘ālimu” adalah sifat untuk kata “rabbī” dan “al-ghaibu” adalah segala sesuatu yang tidak bisa diketahui oleh semua manusia. Sedangkan makna “yang mengetahui yang ghaib” adalah Allah Maha Tahu dengan segala sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh manusia, seperti para malaikat, jin dan segala sesuatu yang akan terjadi di alam ini.
  3. 780). Para ulama berkata: “Ketika yang mengetahui alam ghaib hanya Allah karena Allah tidak memberitahukannya kepada seorang pun, berarti yang hanya mengetahui alam ghaib hanya Allah semata. Kemudian Allah mengecualikannya kepada para Rasūl-Nya. Maka Allah memberitahukan hal ghaib tersebut dengan perantaraan wahyu, sebagai mukjizat bagi para nabi dan sebagai bukti atas kebenaran ajaran yang mereka bawa. Bukan ahli nujum dan orang-orang yang sejenisnya seperti orang yang suka memukulkan tongkat (tukang sulap), meramal lewat buku-buku dan tukang ramal lewat perantaraan burung-burung. Sebaliknya Allah hanya memberitahunya kepada para rasul yang diridhai-Nya dan memperlihatkannya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Sebaliknya mereka semua (tukang sulap dan lain-lain) adalah orang yang kafir kepada Allah, mengada-ngada atas nama-Nya karena kedengkian di dalam diri mereka yang penuh perkiraan dan kepalsuan.
  4. 781). Ayat yang berbunyi: “fa innahū yasluku” dan seterusnya yang dimaksud yaitu para malaikat yang selalu menjaganya dari syaithan-syaithan yang selalu berusaha untuk mendekatinya dan akan diberitahukan kepada para pemujanya, yaitu para dukun.
  5. 782). Maknanya agar Rasūlullāh s.a.w. mengetahui bahwa para rasūl sebelum beliau pun telah menyampaikan risalah Allah sebagaimana yang beliau lakukan. Di dalam ayat ini ada yang dihilangkan dan diperkirakan berbunyi, “akhbarnā bihifzhīna al-waḥyu” (Kami telah memberitahukan bahwa Kami akan menjaga wahyu). Tujuannya agar beliau mengetahui bahwa para rasūl (sebelum beliau) melakukan tugas yang sama dengan beliau.
  6. 783). Kata “‘adadan” posisinya adalah manshūb (berharakat fatḥah), karena posisinya sebagai “ḥāl” penjelas keadaan. Atau bisa juga karena sebagai kata “mashdar” (kata bentukan).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *