Surah al-Insyiqaq 84 ~ Tafsir adz-Dzikra

ADZ-DZIKRĀ
Terjemah & tafsir
AL-QUR’AN
dalam
huruf ‘Arab & Latin
Juz 26-30

Disusun oleh: Bachtiar Surin.
 
Penerbit: ANGKASA BANDUNG

AL INSYIQĀQ (PORAK PORANDA)

Surat ke-84
Banyak ayatnya 25
Semuanya turun di Makkah (Makkiyyah)

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhir raḥmānir raḥīm(i)
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, dan Maha Penyayang.

PROSES HANCURNYA ALAM

وَ إٍذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ.

Idzas samā’unsyaqqat.

  1. Bila (benda-benda) angkasa telah porak-poranda.

وَ أَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَ حُقَّتْ.

Wa adzinat lirabbihā wa ḥuqqat.

  1. (Karena) patuh melaksanakan kudrat Tuhannya, (sebab) sudah semestinya begitu.

وَ إِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ.

Wa idzal ardhu muddat.

  1. Dan bila bumi sudah diratakan,

وَ أَلْقَتْ مَا فِيْهَا وَ تَخَلَّتْ.

Wa alqat mā fīhā wa takhallat.

  1. Dan melemparkan semua isinya (sampai licin tandas), dan kosong.

وَ أَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَ حُقَّتْ.

Wa adzinat lirabbihā wa ḥuqqat.

  1. (Karena) patuh melaksanakan kudrat Tuhannya, (sebab) sudah semestinya begitu.

SETINGGI-TINGGI TERBANG BANGAU,
SURUTNYA KE KUBANGAN JUGA.

يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيْهِ.

Ya ayyuhal insānu innaka kādiḥun ilā rabbika kadḥan fa mulāqīh(i).

  1. Hai manusia! Bahwa kamu telah bekerja keras untuk menuju kepada Tuhanmu. Kamu pasti menemukan-Nya! (11)

فَأَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِيْنِهِ.

Fa ammā man ūtiya kitābahū biyamīnih(i).

  1. Adapun orang yang disodorkan kitab (‘amalnya) dari sebelah kanannya,

فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيْرًا.

Fa saufa yuḥāsabu ḥisābay yasīrā(n).

  1. ia akan diperiksa dengan pemeriksaan ringan.

وَ يَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُوْرًا.

Wa yanqalibu ilā ahlihī masrūrā(n).

  1. Dan kembali ke dalam lingkungan keluarganya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.

وَ أَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ.

Wa ammā man ūtiya kitābahū warā’a zhahrih(ī).

  1. Sebaliknya orang yan disodorkan kitab (‘amalnya) dari belakang,

فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُوْرًا.

Fa saufa yad‘ū tsubūrā(n).

  1. ia akan berteriak: “Aduh, celaka!”

وَ يَصْلَى سَعِيْرًا.

Wa yashlā sa‘īrā(n).

  1. Dia akan masuk api neraka yang menyala-nyala,

إِنَّهُ كَانَ فِيْ أَهْلِهِ مَسْرُوْرًا.

Innahū kāna fī ahlihī masrūrā(n).

  1. sebab dahulu ia bersuka-ria di tengah-tengah kaumnya,

إِنَّهُ ظَنَّ أَنْ لَّنْ يَحُوْرَ.

Innahū zhanna allay yaḥūr(a).

  1. dan mengira bahwa dia tidak akan kembali kepada Tuhannya.

بَلَى إِنَّ رَبَّهُ كَانَ بِهِ بَصِيْرًا.

Balā, inna rabbahū kāna bihī bashīrā(n).

  1. Sebenarnya Tuhannya selalu memperhatikannya.

TIDAK ADA ALASAN UNTUK TIDAK BERIMAN
KEPADA AL-QUR’ĀN TERUTAMA BAGI MEREKA
YANG TELAH LEBIH MAJU DALAM ILMU PENGETAHUAN.

 

فَلَا أُقْسِمُ بِالشَّفَقِ.

Falā uqsimu bisy syafaq(i).

  1. Maka Aku bersumpah dengan mega lembayung (warna merah bercampur ungu) di senjakala.

وَ اللَّيْلِ وَ مَا وَسَقَ.

Wal laili wa mā wasaq(a).

  1. Dengan malam bila telah berselubung gelap.

وَ الْقَمَرِ إِذَا اتَّسَقَ.

Wal qamari idzattasaq(a).

  1. Dengan bulan bila sudah purnama.

لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَنْ طَبَقٍ.

Latarkabunna thabaqan ‘an thabaq(in).

  1. Kamu pasti mengendarai (wahana antariksa) pangkalan demi pangkalan. (12)

فَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ.

Famā lahun lā yu’minūn(a).

  1. Mengapa mereka tidak mau juga beriman? (13).

وَ إِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لَا يَسْجُدُوْنَ.

Wa idzā quri’a ‘alaihimul qur’ānu lā yasjudūn(a).

  1. Dan bila dibacakan al-Qur’ān kepadanya, mereka tidak mau sujūd, (14)

بَلِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يُكَذِّبُوْنَ.

Balil ladzīna kafarū yukadzdzibūn(a).

  1. bahkan orang-orang kafir itu mendustakannya. (15)

وَ اللهُ أَعْلَمُ بِمَا يُوْعُوْنَ.

Wallāhu a‘lamu bimā yū‘ūn(a).

  1. Namun Allah lebih mengetahui keingkaran yang mereka sembunyikan dalam hatinya.

فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ.

Fa basysyirhum bi‘adzābin alīm(in).

  1. Maka sampaikanlah kepadanya berita siksaan yang amat pedih.

إِلَّا الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍ

Illal ladzīna āmanū wa ‘amilush shāliḥāti lahum ajrun ghairu mamnūn(in).

  1. Tetapi bagi mereka yang beriman dan ber‘amal kebajikan, untuk mereka pahala yang tak putus-putusnya.

Catatan:

  1. 1). Pada hakikatnya manusia hidup di dunia ini, bagai menempuh sebuah jalan, baik disadari maupun tidak oleh yang menempuhnya. Jalan itu berakhir pada kesudahan hayatnya. Setiap tarikan napas yang dihirupnya sepanjang jalan kehidupan yang ditempuhnya, apakah dengan itu ia telah menghasilkan prestasiyang baik atau sebaliknya, berarti ia telah maju satu langkah mendekati ajalnya. Hingga suatu waktu saat maut sudah mengakhiri segalanya, maka peristiwa itu menyadarkan manusia dari kelalaiannya selama ini, dan sekaligus menghadapkannya pada keadaan yang sebenarnya tempat manusia akan menemui Tuhannya pada Hari Pembalasan. Kiranya hal itu tidak berakhir sampai di situ, sebab pada Hari Pembalasan itu semua ‘amal (kebaikan) yang pernah dikerjakan oleh seseorang akan dibalas dengan surga, sedangkan ‘amal jahat berbalas dengan neraka. Seluruhnya telah tertulis dalam sebuah kitab yang akan ditemuinya secara terbuka. Dan manusia ketika itu terbagi dua.
  2. 1). Terjemahan ini ditemukan lalu ditampilkan setelah manusia lebih maju dalam perkembangan teknologi menjelajah angkasa luar. Pada saat ini para ahli dari berbagai negara telah banyak melakukan penyelidikan antariksa dengan menggunakan observatoria di muka bumi ataupun wahana antariksa. Wahana antariksa ini dapat berupa wahana berawak atau wahana tanpa awak; satelit buatan, laboratorium, pangkalan atau stasiun antariksa. Bila kita bandingkan antara jauhnya jarak yang ditempuh oleh suatu wahana antariksa dengan ruang angkasa itu sendiri, sesungguhnya baru sebagian kecil saja dari ruang angkasa itu yang telah dicapai oleh manusia dengan ilmu pengetahuan yang dikuasainya sampai saat ini. Namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, tidaklah mustahil pada waktu mendatang manusia mampu menembus ruang angkasa lebih jauh lagi. Satu hal yang dirasakan menjadi masalah dalam hal penjelajahan antariksa ini ialah keterbatasan kemampuan wahana dan instrument buatan manusia dalam kaitan fungsinya menyelidiki atau membawa para antariksawan ke ruang angkasa. Hal itu selain mengingat energi yang tersedia, juga memperhitungkan faktor manusiawi dari Antariksawan itu sendiri. Walau bagaimanapun yang jelas sekarang manusia telah mampu membuat wahana antariksa dengan mengendarainya menembus antariksa. Bilamana pada ayat ini dikatakan “Pangkalan demi pangkalan”, maka dua hal yang dapat disebut Pangkalan, ya‘ni:
    1. Pangkalan Fisik.

    Pangkalan fisik ialah Pangkalan yang berwujud nyata dan dapat dipakai sebagai tempat untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut. Bulan misalnya, merupakan satelit alamiah yang berputar mengelilingi bumi dalam jarak tertentu. Maka bulan ini dapat menjadi pangkalan fisik untuk melakukan penyelidikan antariksa lebih lanjut. Dan tidak terkecuali dengan planet lainnya.

    1. Pangkalan Nonfisik.

    Pangkalan nonfisik merupakan tahap-tahap dari ilmu pengetahuan yang dapat menunjang penyelidikan dan penelitian selanjutnya.

    Dengan wahana antariksa tersebut di atas, para Ahli telah banyak melakukan penyelidikan pada bulan, planet Mars, Venus, Yupiter, dan yang lain lagi. Disebutkan tentang planet Venus, bahwa tekanan atmosfer planet Venus ini berkisar pada 70 atmosger pada bumi pada saat ini. Dan bila ini kita bandingkan dengan kondisi atmosfer bumi pada waktu bertekanan setinggi itu, maka terdapat suatu kesamaan. Bumi kita yang berasal dari pecahan matahari (lihat 21: 31) berupa bola gas yang berpijar mulanya ia mempunyai tekanan gas yang sangat tinggi. Setelah ia terpelating dn menjauh dari matahari, ia tidak dapat bertahan lebih lama lagi dengan fungsinya yang semula sebagai bola kabut gas yang berpijar sebagaimana matahari sebagai bingkahan-induknya. Dengan cara berangsur-angsur ia melepaskan panasnya. Setelah keadaan itu berlalu berjuta tahun, ia jadi dingin terutama pada bagian kulitnya sampai pada keadaannya yang sekarang, yang bertekanan udara kira-kira satu atmosfer sehingga dapat didiami oleh manusia dan makhluq lainnya.

    Bila planet lainnya ber-evolusi pula sebagaimana halnya dengan bumi kita ini, maka tidak mustahil jika di kemudian hari manusia pergi ke bulan atau planet lainnyadan bertempat-tinggal di sana serta menggali sumber daya alamnya, lalu mendayagunakan dan menghasilgunakannya. Kalau sudah sampai demikian, katakanlah bulan itu sudah menjadi pangkalan yang pertama. Sementara itu ilmu pengetahuan dan teknologi akan berkembang terus dan maju dengan langkah-langkah besar melebihi kemajuannya yang sekarang. Sehubungan dengan ini semuanya maka dalam kurun waktu berikutnya tidak mustahil pula manusia mempergunakan “Pangkalan yang Pertama” tadi sebagai batu loncatan untuk mencapai “Pangkalan yang Kedua”, yang ketig dan seterusnya. Namun sebelum hal tersebut tercapai, lebih dahulu manusia perlu mengadakan penyelidikan terus-menerus dan berkesinambungan mengenai sifat-sifat dari bumi itu sendiri; bagaimana komposisi gas, komposisi dzat-dzat yang ada pada perut bumi, tekanan udara dan lain-lain.

    Masalah lain yang sering dipertanyakan orang sekarang ialah: Apakah ada suatu kehidupan di planet lain di antariksa?

    Penelitian masalah ini masih terus dilakukan secara kontinyu terutama dalam program kegiatan Search for Extra Terrestrial Intelligence. Kesimpulannya, semakin berkembang dan bertambah majunya ilmu pengetahuan manusia, semakin jelas kebenaran al-Qur’ān sebagai Sumber informasi. Apa yang diterangkan al-Qur’ān pada Surat ar-Raḥmān ayat 33, sekarang telah terbukti kebenarannya, ya‘ni manusia telah mampu menembus antariksa dengan kekuasaan ilmunya. Namun karena kemampuan peralatan buatan manusia itu masih terbatas, maka penembusan itu dilakuan secara bertaha, Pangkalan demi Pengkalan.

    Demikian diterangkan khusus kepada kita oleh Bapak Prof. Ir. Wiranto Arismunandar, M.Sc. Wakil Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) di Jakarta dan pernah menjabat Rektor ITB (Institut Teknologi Bandung).

  3. 1). Pada empatbelas abad yang lalu penjelajahan ruang angkasa dianggap suatu hal yang mustahil, maka pada abad ini sudah menjadi kenyataan. Dua negara adikuasa telah mengorbitkan wahana antariksa berawak ke ruang angkasa, dan kembali ke bumi dengan selamat. Namun salah seorang dari antariksawan negara atheis sekembalinya dari menjelajahi ruang angkasa, mengejek Tuhan dengan mengatakan: “Aku telah menjelajahi ruang angkasa, namun aku tidak pernah menemukan Tuhan”, Mengapa mereka tidak mau juga beriman kepada Allah dan mengingkari Hari Berbangkit, padahal apa yang pernah disaksikannya dan dikaguminya di ruang angkasa itu sudah lebih dari cukup untuk mengugah hatinya guna memikirkan betapa hebatnya kekuasaan Allah, Tuhan yang menciptakan ruang angkasa itu sendiri.
  4. 1). Maksudnya apa gerangan yang terjadi pada mereka sehingga apabila dibacakan al-Qur’ān kepadanya, tidak mau menyadari betapa kecilnya dia, betapa hina dan lemahnya dia bila dibandingkan dengan antariksa. Lihat juga 79: 27.
  5. 1). Baca: Orang-orang kafir itu selain tidak mau mempercayai al-Qur’ān, juga mendustakan Rasūl yang membawanya.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *