Hati Senang

Surah al-Insan 76 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan (1/2)

Cover Buku Tafsir Hidayat-ul-Insan oleh Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsīru Hidāyat-il-Insān Judul Asli: (هداية الإنسان بتفسير القران) Disusun oleh: Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa Dari Situs: www.tafsir.web.id

Surah al-Insān (Manusia)
Surah ke-76. 31 ayat. Makkiyyah

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

 

Ayat 1-4: Penjelasan tentang kekuasaan Allah subḥānahu wa ta‘ālā dalam menciptakan manusia, dan ujian-Nya kepada mereka dengan kebaikan dan keburukan.

 

هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِيْنٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُوْرًا. إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ، نَبْتَلِيْهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيْعًا بَصِيْرًا. إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيْلَ إِمَّا شَاكِرًا وَ إِمَّا كَفُوْرًا. إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِيْنَ سَلَاسِلَاْ وَ أَغَلَالًا وَ سَعِيْرًا.

  1. (2682[efn_note]2682). Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman memberitahukan tentang manusia, bahwa Dia mengadakannya setelah sebelumnya ia (manusia) sebagai sesuatu yang belum bisa disebut karena hina dan lemahnya. Syaikh as-Sa‘dī berkata: “Allah menyebutkan dalam surah yang mulia ini keadaan pertama manusia; awalnya, pertengahannya dan akhirnya. Allah menyebutkan bahwa telah berlalu atasnya masa yang panjang yaitu sebelum ia terwujud, sedangkan ia dalam keadaan tidak ada, bahkan tidak bisa disebut. Kemudian ketika Allah subḥānahu wa ta‘ālā hendak menciptakan manusia, Dia menciptakan bapak mereka, yaitu Adam dari tanah, kemudian menjadikan keturunannya secara berturut-turut dari mani yang bercampur, yakni air yang hina dan dipandang kotor.”[/efn_note]) Bukankah pernah datang kepada manusia satu waktu dari masa, yang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
  2. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur (2683[efn_note]2683). Maksudnya, bercampur antara benih lelaki dengan perempuan.[/efn_note]) yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan) (2684[efn_note]2684). Ada pula yang menafsirkan mengujinya dengan asal penciptaannya, yaitu dari mani. Ya‘ni agar Kami mengetahui secara nyata apakah ia ingat kepada keadaan pertamanya dan sadar akhirnya mengikuti kebenaran dan tidak sombong ataukah ia lupa sehingga terpedaya oleh dirinya.[/efn_note]), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (2685[efn_note]2685). Allah subḥānahu wa ta‘ālā mewujudkannya, menciptakan kemampuan luar dan dalam seperti pendengaran dan penglihatan serta anggota badan yang lain, lalu Allah menyempurnakannya dan menjadikannya tidak cacat sehingga ia dapat mencapai maksudnya. Kemudian Allah subḥānahu wa ta‘ālā mengutus rasūl dan menurunkan kitab kepadanya untuk menunjukkan jalan kepada Allah, mendorongnya serta memberitahukan tentang apa yang akan diperolehnya ketika sampai kepada Allah. Demikian pula Allah memberitahukan jalan yang mengarah kepada kebinasaan, menakut-nakutinya dan memberitahukan tentang apa yang akan didapatkannya ketika jalan itu ditempuhnya. Dia menguji manusia dengan dua jalan itu, maka manusia terbagi menjadi dua; ada yang bersyukur kepada nikmat Allah itu sehingga ia pun melaksanakan hak-hakNya yang dibebankan kepadanya, dan ada pula yang kufur kepada nikmat Allah itu baik nikmat agama maupun dunia, ia menolaknya, kafir kepada Tuhannya dan malah menempuh jalan yang mengarah kepada kebinasaan.[/efn_note])
  3. Sungguh, Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus (2686[efn_note]2686). Dengan menurunkan kitab dan mengutus para rasūl.[/efn_note]); ada yang bersyukur (2687[efn_note]2687). Ya‘ni beriman.[/efn_note]) dan ada pula yang kufur.
  4. (2688[efn_note]2688). Selanjutnya Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyebutkan keadaan dua orang itu (yang bersyukur dan yang kufur) ketika diberikan balasan.[/efn_note]) Sungguh, Kami telah menyediakan bagi orang-orang yang kafir (2689[efn_note]2689). Ya‘ni kafir kepada Allah, mendustakan rasūl-rasūlNya dan berani berbuat maksiat.[/efn_note]) rantai (2690[efn_note]2690). Mereka dibelit di neraka dengannya sebagaimana firman Allah ta‘ālā di surah al-Ḥāqqah: 32: “Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.”[/efn_note]), belenggu (2691[efn_note]2691). Tangan mereka dibelenggu ke leher dengan belenggu-belenggu itu.[/efn_note]) dan neraka yang menyala-nyala. (2692[efn_note]2692). Yang membakar badan mereka. Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan ‘adzab. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana.” (Terj. an-Nisā’: 56) ‘Adzab ini menimpa mereka selama-lamanya.[/efn_note])

 

Ayat 5-11: Balasan Allah kepada orang-orang yang berbuat kebajikan dan sebab mereka mendapat balasan tersebut.

 

إِنَّ الْأَبْرَارَ يَشْرَبُوْنَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُوْرًا. عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللهِ يُفَجِّرُوْنَهَا تَفْجِيْرًا. يُوْفُوْنَ بِالنَّذْرِ وَ يَخَافُوْنَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيْرًا. وَ يُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِيْنًا وَ يَتِيْمًا وَ أَسِيْرًا. إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللهِ لَا نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَ لَا شُكُوْرًا. إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوْسًا قَمْطَرِيْرًا. فَوَقَاهُمُ اللهُ شَرَّ ذلِكَ الْيَوْمِ وَ لَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَ سُرُوْرًا.

  1. Sungguh, orang-orang yang berbuat kebajikan (2693[efn_note]2693). Ya‘ni orang-orang yang taat, atau orang-orang yang baik hatinya karena ada kecintaan kepada Allah dan mengenal-Nya dalam hatinya serta akhlak yang mulia sehingga anggota badan mereka menjadi baik dan mereka gunakan untuk berbuat baik.[/efn_note]) akan minum dari gelas (berisi minuman arak) yang campurannya adalah air kafur, (2694[efn_note]2694). Untuk menyejukkannya dan mengurangi ketajaman minuman itu.[/efn_note])
  2. (yaitu) mata air (dalam surga) (2695[efn_note]2695). Ya‘ni minuman yang enak itu tidak perlu mereka takut kehabisan, bahkan minuman itu ada sumbernya yang tidak akan habis, yaitu mata air yang selalu melimpah dan mengalir yang dipancarkan oleh hamba-hamba Allah ke mana saja yang mereka mau.[/efn_note]) yang diminum oleh hamba-hamba Allah dan mereka dapat memancarkannya dengan sebaik-baiknya. (2696[efn_note]2696). Ya‘ni mengarahkannya ke tempat yang mereka mau, baik ke istana, ke rumah mereka, ke majlis-majlis mereka, ke kebun mereka atau ke tempat lainnya, dan airnya mengalir tanpa perlu parit (galian).[/efn_note])
  3. (2697[efn_note]2697). Selanjutnya Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyebutkan amal mereka secara garis besar sehingga mereka layak memperoleh balasan yang nikmat itu.[/efn_note]) Mereka memenuhi nazar (2698[efn_note]2698) Jika nadzar yang pada awalnya sunat lalu mereka wajibkan sendiri mereka penuhi lalu bagaimana dengan kewajiban yang asli (yang memang awalnya wajib)? Tentu mereka lebih memenuhi lagi.[/efn_note]) dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. (2699[efn_note]2699). Mereka takut kalau-kalau ‘adzab itu menimpa mereka. Oleh karena itulah, mereka tinggalkan semua perbuatan yang dapat mendatangkan ‘adzab itu.[/efn_note])
  4. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya (2700[efn_note]2700). Mereka suka kepada makanan tersebut, tetapi mereka lebih mengutamakan kecintaan Allah daripada hawa nafsu mereka, dan mereka utamakan memberi kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan karena mereka adalah orang yang paling membutuhkan.[/efn_note]) kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. (2701[efn_note]2701). Ya‘ni yang ditahan karena yang hak.[/efn_note])
  5. (sambil berkata: (2702[efn_note]2702). Dengan lisān-ul-ḥāl (keadaan) atau lisān-ul-maqāl (ucapan).[/efn_note])): “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu. (2703[efn_note]2703). Baik balasan harta maupun pujian lisan.[/efn_note])
  6. Sungguh, kami takut akan (‘adzab) Tuhan pada hari (ketika) orang-orang berwajah masam penuh kesulitan.”
  7. Maka Allah melindungi mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka keceriaan (2704[efn_note]2704). Di muka-muka mereka.[/efn_note]) dan kegembiraan. (2705[efn_note]2705). Di hati-hati mereka. Dengan demikian, mereka menggabung antara kenikmatan luar dengan kenikmatan dalam.[/efn_note])

Laman Terkait

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.