Surah al-Ikhlash 112 ~ Tafsir Ibni Katsir (1/3)

Dari Buku:
Tafsir Ibnu Katsir, Juz 30
(An-Nabā’ s.d. An-Nās)
Oleh: Al-Imam Abu Fida’ Isma‘il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

Rangkaian Pos: Surah al-Ikhlash 112 ~ Tafsir Ibni Katsir

Sūrat-ul-Ikhlāsh

(Memurnikan Keesaan Allah)

Makkiyyah, 4 ayat

Turun sesudah Sūrat-un-Nās

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, Lagi Maha Penyayang

Latar Belakang Turunnya Surat dan Keutamaannya

Imam Ahmad mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Abu Sa‘id alias Muhammad ibnu Maisar ash-Shaghani, telah menceritakan kepada kami Abu Ja‘far ar-Razi, telah menceritakan kepada kami ar-Rabi‘ ibnu Anas, dari Abu ‘Aliyyah, dari Ubay bin Ka’ab bahwa orang-orang musyrik pernah berkata kepada Nabi s.a.w.: “Hai Muḥammad, gambarkanlah kepada kami tentang Tuhanmu.” Maka Allah ta’ala menurunkan firman-Nya:

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ. اللهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَ لَمْ يُوْلَدْ. وَ لَمْ يَكُنْ لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Katakanlah: ‘Dialah Allah Yang Mahaesa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (Al-Ikhlāsh: 1-4)

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dan Ibnu Jarir dari Ahmad bin Mani’ – Ibnu Jarir menambahkan – dan Mahmud ibnu Khaddasy, dari Abu Sa‘id Muhammad ibnu Maisar dengan sanad yang sama. Ibnu Jarir dan Imam at-Tirmidzi menambahkan, bahwa: “Ash-shamad, artinya Tuhan Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan. Karena sesungguhnya tiada sesuatu pun yang diperanakkan melainkan dia pasti mati, dan tiada sesuatu pun yang mati melainkan akan diwarisi, dan sesungguhnya Allah s.w.t. tidak mati dan tidak pula diwaris.”

وَ لَمْ يَكُنْ لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia” (Al-Ikhlāsh: 4).

Tiada yang serupa dengan Dia, tiada yang sebanding dengan-Nya, dan tiada sesuatu pun yang semisal dengan-Nya.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkannya melalui hadis Abu Sa‘id alias Muhammad bin Maisar (Muyassar). Kemudian Imam at-Tirmidzi meriwayatkannya Abu ibnu Humaid, dari ‘Ubaidullah ibnu Musa, dari Abu Ja‘far, dari ar-Rabi‘, dari Abul ‘Aliyah, lalu dia disebutkan hal yang sama secara mursal dan tidak disebutkan dengan kata: “Ḥaddatsanā – Telah menceritakan kepada kami”. Kemudian Imam at-Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini lebih shahih sanadnya ketimbang hadis Abu Sa‘id.”

Hadis lain yang semakna. Al-Hafizh Abu Ya‘la al-Maushuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sarij ibnu Yunus, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Mujalid, dari Mujalid, dari asy-Sya‘bi, dari Jabir r.a., bahwa pernah ada seorang Badui datang kepada Nabi s.a.w. lalu bertanya: “Gambarkanlah kepada kami tentang Tuhanmu.” Maka turunlah firman Allah s.w.t.:

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ.

Katakanlah: ‘Dialah Allah Yang Mahaesa.” (Al-Ikhlāsh: 1) hingga akhir surat.

Sanad hadis ini mutaqārib (berdekatan). Ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Muhammad ibn ‘Auf, dari Suraij, lalu disebutkan hal yang semisal, dan hadis ini diriwayatkan oleh bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf secara mursal.

‘Ubaid ibnu Ishaq al-‘Aththar telah meriwayatkan dari Qais ibnur-Rabi‘, dari Abu ‘Ashim, dari Abu Wa’il, dari Ibnu Mas‘ud r.a. yang menceritakan bahwa orang-orang Quraisy berkata kepada Rasulullah s.a.w.: “Gambarkanlah keadaan Tuhanmu kepada kami.” Maka turunlah surat ini yang diawali dengan firman-Nya:

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ.

Katakanlah: ‘Dialah Allah Yang Mahaesa.” (Al-Ikhlāsh: 1)

Imam Thabrani mengatakan bahwa al-Faryabi dan lain-lainnya telah meriwayatkannya dari Qais, dari Abu ‘Ashim, dari Abu Wa’il secara mursal. Kemudian Imam Thabrani meriwayatkan melalui hadis ‘Abd-ur-Rahman ibnu ‘Utsman ath-Thara’ifi, dari al-Wazi‘ ibnu Mani‘, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:

لِكُلِّ شَيْءٍ نِسْبَةٌ وَ نِسْبَةُ اللهِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ. اللهُ الصَّمَدُ. الصَّمْدُ لَيْسَ بِأَجْوَفَ.

Segala sesuatu mempunyai predikat dan predikat Allah ialah: “Katakanlah: “Dialah Allah Yang Mahaesa. Allah adalah Tuhan yang bersifat ash-Shamad. Ash-Shamad artinya tidak berongga.

Hadis lain tentang keutamaannya. Imam Bukhari mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad azh-Zhuhali, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Shalih, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami ‘Amr, dari Ibnu Abu Hilal, bahwa Abur-Rijal alias Muhammad ibnu ‘Abd-ur-Rahman pernah menceritakan kepadanya dari ibunya (yaitu Amrah binti ‘Abd-ur-Rahman) yang dahulunya berada di dalam asuhan Siti ‘A’isyah r.a istri Nabi s.a.w., dari ‘A’isyah r.a., bahwa Nabi s.a.w. mengangkat seorang lelaki sebagai pemimpin suatu pasukan khusus untuk suatu tugas. Dan lelaki itu menjadi imam shalat dari para sahabatnya dan ia selalu mengakhiri bacaan shalatnya dengan sūrat al-Ikhlāsh. Setelah pasukan khusus itu pulang, mereka menceritakan hal itu kepada Nabi s.a.w., maka Nabi s.a.w. bersabda: “Tanyakanlah kepadanya, mengapa dia melakukan hal itu,” lalu mereka bertanya kepadanya, dan ia menjawab: “Karena di dalamnya disebutkan sifat Tuhan Yang Maha Pemurah, dan aku suka membacakannya dalam shalatku.” Setelah hal itu disampaikan kepada Nabi s.a.w., maka beliau s.a.w. bersabda:

أَخْبِرُوْهُ أَنَّ اللهَ تَعَالَى يُحِبُّهُ.

Sampaikanlah kepadanya, bahwa Allah menyukainya.

Demikianlah apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab tauḥīd-nya. Dan di antara mereka ada yang menggugurkan penyebutan Muhammad azh-Zhuhali dan menjadikannya melalui riwayat Ahmad ibnu Shalih. Imam Muslim telah meriwayatkan hadis ini dan juga Imam Nasa’i melalui ‘Abdullah ibnu Wahb, dari ‘Amr ibn-ul-Harits, dari Sa‘id ibnu Abu Hilal dengan sanad yang sama.

Hadis lain. Imam Bukhari mengatakan di dalam kitab Shalāt-nya, bahwa ‘Ubaidillah telah meriwayatkan dari Tsabit, dari Anas r.a. yang telah mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki menjadi imam suatu jamaah di Masjid Quba, manakala dia telah membaca al-Qur’an yang mengawali shalatnya, lalu ia mengiringinya dengan bacaan sūrat-ul-Ikhlāsh, setelah itu ia membaca surat yang lainnya. Hal ini ia lakukan pada tiap rakaat. Maka para sahabatnya (teman-temannya) berbicara kepadanya: “Sesungguhnya engkau telah membaca surat ini, tetapi kelihatannya engkau merasa tidak cukup dengannya, lalu engkau baca surat lainnya. Maka adakalanya engkau baca surat ini saja, atau engkau tinggalkan surat ini dan membaca surat lainnya tanpanya.”

Lelaki itu menjawab: “Aku tidak akan meninggalkannya (sūrat-ul-Ikhlāsh), jika engkau mau menjadikan diriku imam kalian, maka aku akan tetap melakukannya. Dan jika kalian tidak suka, maka aku tidak mau menjadi imam kalian.” Sedangkan mereka memandang lelaki ini sebagai orang yang paling diutamakan oleh mereka, dan mereka tidak suka bila diimani oleh selainnya.

Ketika Nabi s.a.w. datang berkunjung kepada mereka, maka mereka menceritakan kepada beliau berita tersebut, lalu beliau s.a.w. bertanya: “Hai Fulan, apakah yang mencegahmu hingga tidak mau melakukan apa yang diminta oleh teman-temanmu, dan mengapa engkau selalu menetapi surat ini dalam tiap rakaatmu?” Lelaki itu menjawab: “Aku menyukainya.” Maka Nabi s.a.w. bersabda:

حُبُّكَ إِيَّاهَا أَدْخَلَكَ الْجَنَّةَ.

Kecintaanmu kepada surat (al-Ikhlāsh) ini dapat memasukkanmu ke dalam surga.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara ta‘līq dengan tegas dan sanad yang sama. Abu ‘Isa at-Tirmidzi di dalam kitab Jāmi‘-nya telah meriwayatkan hadis ini dari al-Bukhari, dari Isma‘il ibnu Abu Uwais, dari ‘Abd-ul-‘Aziz ibnu Muhammad ad-Darawardi, dari ‘Ubaidullah ibnu ‘Umar, lalu disebutkan hal yang semisal. Kemudian Imam Tirmidzi mengatakan bahwa riwayat melalui ‘Ubaidullah, dari Tsabit berpredikat gharīb.

Imam Tirmidzi mengatakan bahwa Mubarak ibnu Fudhalah telah meriwayatkan dari Tsabit, dari Anas, bahwa pernah ada seorang lelaki berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku menyukai surat Qul Huwallāhu Aḥad (sūrat-ul-Ikhlāsh),” Maka Rasulullah s.a.w. bersabda:

أَنَّ حُبَّكَ إِيَّاهَا أَدْخَلَكَ الْجَنَّةَ.

Kesukaanmu kepadanya dapat memasukkanmu ke dalam surga.”

Hadis yang diriwayatkan secara ta‘līq oleh Imam Tirmidzi ini telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnad-nya secara muttashil; untuk itu ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abun Nadhr, telah menceritakan kepada kami Mubarak ibnu Fudhalah, dari Tsabit, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah s.a.w., lalu bertanya: “Sesungguhnya aku menyukai surat Qul Huwallāhu Aḥad (sūrat-ul-Ikhlāsh),” Maka Rasulullah s.a.w. bersabda:

أَنَّ حُبَّكَ إِيَّاهَا أَدْخَلَكَ الْجَنَّةَ.

Kesukaanmu kepadanya dapat memasukkanmu ke dalam surga.”

Hadis yang menyatakan bahwa sūrat-ul-Ikhlāsh sebanding dengan sepertiga al-Qur’an. Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepadaku Malik, dari ‘Abd-ur-Rahman ibnu ‘Abdullah ibnu ‘Abd-ur-Rahman ibnu Abu Sha‘sha‘ah, dari ayahnya, dari Abu Sa‘id, bahwa pernah ada seorang lelaki mendengar lelaki lainnya membaca firman-Nya:

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ.

Katakanlah: ‘Dialah Allah Yang Mahaesa.” (Al-Ikhlāsh: 1), hingga akhir surat.

Surat ini dibacanya berulang-ulang (dalam shalat sunatnya). Dan pada pagi harinya lelaki yang mendengar itu datang kepada Nabi s.a.w., lalu menceritakan hal tersebut kepada beliau seakan-akan ia menilainya terlalu sedikit apa yang dibaca lelaki tersebut. Maka Nabi s.a.w. bersabda:

وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ إِنَّهَا لَتَعْدِلَ ثُلُثَ الْقُرْآنِ.

Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya sūrat-ul-Ikhlāsh, itu benar-benar sebanding dengan sepertiga al-Qur’an.

Isma‘il ibnu Ja‘far menambahkan dari Malik, dari ‘Abd-ur-Rahman ibnu ‘Abdullah, dari ayahnya, dari Abu Sa‘id yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku saudaraku Qatadah ibnun Nu‘man, dari Nabi s.a.w. Imam Bukhari telah meriwayatkannya pula dari ‘Abdullah ibnu Yusuf dan al-Qa‘nabi. Imam Abu Daud meriwayatkannya dari al-Qa‘nabi, dan Imam Nasa’i dari Qutaibah; seluruhnya dari Malik dengan sanad yang sama. Hadis Qatadah ibnun Nu‘man di-musnad-kan oleh Imam Nasa’i melalui dua jalur, yaitu dari Isma‘il ibnu Ja‘far, dari Malik, dari Qatadah ibnun Nu‘man.

Hadis lain. Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami ‘Umar ibnu Hafsh, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami al-A‘masy, telah menceritakan kepada kami Ibrahim dan adh-Dhahhak al-Masyriqi, dari Abu Sa‘id r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w.bersabda kepada para sahabatnya: “Apakah tidak mampu seseorang dari kamu membaca sepertiga al-Qur’an dalam semalam?” Hal itu terasa berat oleh mereka, lalu mereka berkata: “Siapakah di antara kami yang mampu melakukannya, wahai Rasulullah?” Maka Rasulullah s.a.w. bersabda:

اللهُ الْوَاحِدُ الصَّمَدُ ثُلُثُ الْقُرْآنِ.

Allāh-ul-Wāḥid-ush-Shamad (sūrat-ul-Ikhlāsh) dalam sepertiga al-Qur’an.

Imam Bukhari meriwayatkannya secara munfarid melalui Ibrahim ibnu Zaid an-Nakha‘i dan adh-Dhahhak ibnu Syurahbil al-Hamdani al-Masyriqi, keduanya dari Abu Sa‘id. Al-Fariri mengatakan, ia pernah mendengar Abu Ja‘far Muhammad ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Abu ‘Abdullah al-Bukhari telah meriwayatkan Ibrahim secara mursal, dan dari ad-Dhahhak secara musnad.

Hadis lain. Imam Ahmad mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah, dari al-Harits ibnu Yazid, dari Abul-Haitsam, dari Abu Sa‘id al-Khudri r.a. yang mengatakan bahwa Qatadah ibnun Nu‘man semalaman membaca sūrat-ul-Ikhlāsh, lalu diceritakan hal itu kepada Nabi s.a.w. Maka Nabi s.a.w. bersabda:

وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ إِنَّهَا لَتَعْدِلَ نِصْفَ الْقُرْآنِ أَوْ ثُلُثَهُ.

Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya sūrat-ul-Ikhlāsh, itu benar-benar sebanding dengan separuh atau sepertiga al-Qur’an.

Hadis lain. Imam Ahmad mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah, telah menceritakan kepada kami Huyay ibnu ‘Abdullah, dari Abu ‘Abd-ur-Rahman al-Habli, dari ‘Abdullah ibnu ‘Amr, bahwa Abu Ayyub al-Anshari dalam suatu majelis mengatakan: “Tidakkah mampu seseorang dari kamu shalat dengan membaca sepertiga al-Qur’an setiap malamnya?” Mereka berkata: “Apakah ada seseorang yang mampu melakukannya?” Abu Ayyub menjawab: bahwa Qul Huwallāhu Aḥad (sūrat-ul-Ikhlāsh) adalah sepertiga al-Qur’an. Maka datanglah Nabi s.a.w.yang saat itu telah mendengar apa yang diucapkan Abu Ayyub, lalu beliau s.a.w. menegaskan: “Abu Ayyub benar.”

Hadis lain. Abu Isa at-Tirmidzi mengatakan: Telah menceritakan kepada kami kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa‘id, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Kaisan, telah menceritakan kepadaku Abu Hazim, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: “Berkumpullah kamu sekalian, karena sesungguhnya aku akan membacakan kepadamu sepertiga al-Qur’an.” Maka berkumpullah orang-orang yang ada, lalu Nabi s.a.w. keluar (muncul) dari rumahnya dan membaca Qul Huwallāhu Aḥad (sūrat-ul-Ikhlāsh), setelah itu masuk ke rumah.

Maka sebagian dari kami berkata kepada sebagian yang lain, bahwa Rasulullah s.a.w. telah bersabda: “Sesungguhnya aku akan membacakan kepada kalian sepertiga al-Qur’an,” sesungguhnya aku merasa yakin bahwa berita ini datang dari langit. Kemudian Nabi s.a.w. muncul lagi dan bersabda:

إِنِّيْ قُلْتُ سَأَقْرَأُ عَلَيْكُمْ ثُلُثَ الْقُرْآنِ أَلَا وَ إِنَّهَا تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ.

Sesungguhnya aku telah mengatakan bahwa aku akan membacakan kepadamu sepertiga al-Qur’an. Ingatlah, sesungguhnya surat al-Ikhlāsh itu sebanding dengan sepertiga al-Qur’an.

Imam Muslim telah meriwayatkan hal yang sama di dalam kitab shaḥīḥ-nya melalui Muhammad ibnu Basysyar dengan sanad yang sama. Dan Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini ḥasan shaḥīḥ gharīb; nama Abu Hazim adalah Salman.

Hadis lain. Imam Ahmad mengatakan: Telah menceritakan kepada kami ‘Abd-ur-Rahman ibnu Mahdi, dari Za’idah ibnu Qudamah, dari Manshur, dari Halil ibnu Yusaf, dari ar-Rabi‘ ibnu Khaitsam, dari ‘Amr ibnu Maimun, dari ‘Abd-ur-Rahman ibnu Abu Laila, dari seorang wanita kalangan Anshar dari Abu Ayyub, dari Nabi s.a.w. yang telah bersabda:

أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ ثُلُثَ الْقُرْآنِ فِيْ لَيْلَةٍ؟ فَإِنَّهُ مَنْ قَرَأَ (قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ. اللهُ الصَّمَدُ) فِيْ لَيْلَةٍ فَقَدْ قَرَأَ لَيَلْتَئِذْ ثُلُثَ الْقُرْآنِ.

Apakah tidak mampu seseorang dari kamu membaca sepertiga al-Qur’an dalam semalam? Karena sesungguhnya barang siapa yang membaca Qul Huwallāhu Aḥad, Allāh-ush-Shamad (sūrat-ul-Ikhlāsh) dalam semalam, berarti sama saja dia dengan membaca sepertiga al-Qur’an di malam itu.

Hadis ini termasuk yang ber-sanad sembilan bagi Imam Ahmad, Imam Tirmidzi dan Imam Nasa’i telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Basysyar Bandar menambahkan, Imam Tirmidzi dan Qutaibah, keduanya dari ‘Abd-ur-Rahman ibnu Mahdi dengan sanad yang sama, sehingga dengan adanya sanad ini hadis menjadi ber-sanad sepuluh. Menurut riwayat lain, Imam Tirmidzi melalui istri Abu Ayyub, dari Abu Ayyub disebutkan hal yang semisal, dan Imam Tirmidzi menilainya ḥasan. Kemudian Imam Tirimidzi mengatakan bahwa dalam bab yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Darda’, Abu Sa‘id, Qatadah ibnun Nu‘mun, Abu Hurairah, Anas, Ibnu ‘Umar, dan Abu Mas‘ud. Hadis ini ḥasan dan kami tidak mengetahui ada seseorang yang meriwayatkan hadis ini dengan predikat yang lebih baik dari riwayat Za’idah, dan Imam Tirmidzi dalam riwayatnya mengikutkan Isra’il dan al-Fudhail ibnu ‘Iyadh. Syu‘bah dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang saja dari kalangan orang-orang yang berpredikat tsiqah telah meriwayatkan hadis ini dari Manshur, tetapi mereka mengalami idhthirāb padanya.

Hadis lain. Imam Ahmad mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Hasyim, dari Hushain, dari Hilal ibnu Yusaf, dari ‘Abd-ur-Rahman ibnu Abu Laila, dari Ubay ibnu Ka‘b, bahwa pernah ada seorang lelaki dari kalangan Anshar mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:

مَنْ قَرَأَ بِقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ فَكَأَنَّمَا قَرَأَ بِثُلُثِ الْقُرْآنِ.

Sesungguhnya aku telah mengatakan bahwa aku akan membacakan kepadamu sepertiga al-Qur’an. Ingatlah, sesungguhnya surat-ul-Ikhlāsh itu sebanding dengan sepertiga al-Qur’an.

Imam Nasa’i meriwayatkan di dalam kitab Al-Yawmu wal-Lailah melalui hadis Hasyim, dari Hushain, dari Ibnu Abu Laila dengan sanad yang sama; tetapi di dalam riwayatnya tidak disebutkan Hilal ibnu Yusaf.

Unduh Rujukan:

  • [download id="19410"]

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *