Tafsir Surah al-Ikhlāsh
[1456]. Firman Allah ta‘ālā: (اللهُ الصَّمَدُ) “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (30921).
Dia berkata: “Pemilik Yang Maha Sempurna dalam kedudukan-Nya, Yang Maha Mulia Yang Maha Sempurna dalam kemuliaannya, Yang Maha Agung Yang Maha Sempurna dalam keagungannya, Yang Maha Pemurah Yang Maha Sempurna dalam kemurahan-Nya, Yang Maha Kaya Yang Maha Sempurna dalam kekayaan-Nya, Yang Maha Kuasa Yang Maha Sempurna dalam kekuasaan-Nya, Yang Maha Mengetahui Yang Maha Sempurna dalam pengetahuan-Nya, Yang Maha BijaksanaYang Maha Sempurna dalam kebijaksanaan-Nya. Dialah Yang Maha Sempurna dalam berbagai macam kemuliaan dan kedudukan. Dialah Allah s.w.t. Inilah sifat-Nya, tidak satu pun (sifat-Nya) yang lebih pantas (disandarkan) kecuali kepada-Nya.” (30932).
[1457]. Firman Allah ta‘ālā: (وَ لَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ) “Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (30943).
Dia berkata: “Maksudnya adalah, tiada sesuatu pun yang menyerupai Dia, Maha Suci Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (30954).
Catatan:
- 3092). Al-Ikhlāsh (112): 2. ↩
- 3093). Diriwayatkan oleh ath-Thabarī dalam Jāmi‘-ul-Bayāni ‘an Ta‘wīli Āy-il-Qur’ān (jld. 30, h. 223) dengan sanad-nya, dia berkata: ‘Alī menceritakan kepadaku, dia berkata: Abū Shāliḥ menceritakan kepada kami, dia berkata: Mu‘āwiyah menceritakan kepadaku dari ‘Alī bin Abī Thalḥah, dari Ibnu ‘Abbās. Al-Baihaqī meriwayatkannya dalam al-Asmā’u wash-Shifāt (h. 78) secara maushūl dengan atsar setelahnya dengan sanad-nya, dia berkata: Abū Zakariyā bin Abū Isḥaq-il-Muzakkī mengabarkan kepada kami, Abul-Ḥasan Aḥmad bin Muḥammad bin ‘Abdus ????? ath-Tharā’ifi mengabarkan kami, ‘Utsmān bin Sa‘īd-id-Dārimī menceritakan kepada kami, ‘Abdullāh bin Shāliḥ menceritakan kepada kami dari Mu‘āwiyah bin Shāliḥ, dari ‘Alī bin Abī Thalḥah, dari Ibnu ‘Abbās. Ibnu Katsīr menyatakannya dalam Tafsīr-ul-Qur’ān-il-‘Azhīm (jld. 8, h. 547) secara maushūl dengan atsar setelahnya. As-Suyuthī menyatakannya dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (jld. 6, h. 547) secara maushūl dengan atsar setelahnya. Ia menisbatkannya kepada Ibn-ul-Mundzir, Ibnu Abī Ḥātim, Abū Syaibah dalam al-‘Azhamah, dan al-Baihaqī dalam al-Asmā’u wash-Shifāt melalui ‘Alī, dari Ibnu ‘Abbās. As-Suyuthī menyatakannya dalam al-Itqān (jld. 2, h. 57) dengan lafazh (الصَّمَدُ) (Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu). Dia berkata: “(Yaitu) pemilik Yang Maha Sempurna dalam kedudukan-Nya.” ↩
- 3094). Al-Ikhlāsh (112): 4. ↩
- 3095). Diriwayatkan oleh ath-Thabarī dalam Jāmi‘-ul-Bayāni ‘an Ta‘wīli Āy-il-Qur’ān (jld. 30, h. 224) dengan sanad yang sama pada atsar sebelumnya. Al-Baihaqī meriwayatkannya dalam al-Asmā’u wash-Shifāt (h. 78) secara maushūl dengan atsar setelahnya. Ibnu Katsīr menyatakannya dalam Tafsīr-ul-Qur’ān-il-‘Azhīm (jld. 8, h. 547) secara maushūl dengan atsar sebelumnya. As-Suyuthī menyatakannya dalam ad-Durr-ul-Mantsūr (jld. 6, h. 547) secara maushūl dengan atsar sebelumnya. ↩
Komentar
Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?