Keempat: At-Tirmidzi meriwayatkan, dari Anas bin Malik, ia berkata:
أَقْبَلْتُ مَعَ النَّبِيِّ (ص) رَجُلًا يَقْرَأُ: قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، اللهُ الصَّمَدُ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ (ص): وَجَبَتْ. قُلْتُ: وَ مَا وَجَبَتْ؟ قَالَ: الْجَنَّةُ.
Pada suatu hari aku pernah bepergian bersama Nabi s.a.w., dan ketika di perjalanan tiba-tiba kami mendengar seseorang membaca sūrat-ul-Ikhlāsh, lalu beliau berkata: “Telah ditetapkan baginya.” Aku pun lantas bertanya kepada beliau: “Apakah yang telah ditetapkan baginya wahai Rasulullah?” beliau menjawab: “Surga.” (827).
At-Tirmidzi mengomentari: hadits ini termasuk hadits ḥasan shaḥīḥ.
At-Tirmidzi juga meriwayatkan, dari Muhammad bin Marzuq-il-Bashri, dari Hatim bin Maimun Abu Sahal, dari Tsabit-ul-Bunani, dari Anas bin Malik, ia berkata: Nabi s.a.w. pernah bersabda:
مَنْ قَرَأَ كُلَّ يَوْمٍ مِائَتَيْ مَرَّةٍ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ مَحِيَ عَنْهُ ذُنُوْبُ خَمْسِيْنَ سَنَةً إِلَّا أَنْ يَكُوْنَ عَلَيْهِ دَيْنٌ.
“Barang siapa yang membaca sūrat-ul-Ikhlāsh sebanyak dua ratus kali dalam satu hari maka akan dihapuskan darinya dosa-dosa yang dilakukan selama lima puluh tahun, kecuali ia masih menanggung hutang yang belum dibayarnya.” (828).
Isnad yang sama juga menyebutkan sebuah riwayat lain, yaitu sabda Nabi s.a.w.: “Barang siapa yang hendak beranjak tidur, dan ia memalingkan tubuhnya ke arah kanan, kemudian membaca sūrat-ul-Ikhlāsh sebanyak seratus kali, maka pada hari kiamat nanti Allah akan berkata kepadanya: “Wahai hambaku, palingkanlah tubuhmu ke arah kanan dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (829) At-Tirmidzi mengomentari: hadits ini termasuk hadits gharīb, yang berasal dari hadits shaḥīḥ, dari Anas.
Dalam kitab Musnad Abu Muhammad ad-Darimi, disebutkan sebuah riwayat lain dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: “Barang siapa yang membaca sūrat-ul-Ikhlāsh sebanyak lima puluh kali, maka akan dihapuskan semua dosa-dosanya yang dilakukan selama lima puluh tahun.” (830).
Ad-Darimi juga meriwayatkan, dari ‘Abdullah bin Yazid, dari Haiwah, dari Abu
Aqil, dari Sa‘id bin Musayib, ia berkata: Nabi s.a.w. pernah bersabda: “Barang siapa yang membaca sūrat-ul-Ikhlāsh sebanyak sepuluh kali, maka akan didirikan baginya sebuah istana di dalam surga. Dan barang siapa yang membacanya sebanyak dua puluh kali, maka akan didirikan baginya dua buah istana di dalam surga. Dan barang siapa yang membacanya sebanyak tiga puluh kali, maka akan didirikan baginya tiga buah istana di dalam surga.” Lalu ‘Umar bin Khaththab bertanya: “Wahai Rasulullah, aku bersumpah jika demikian adanya maka kami semua akan memiliki banyak istana di dalam surga.” Nabi s.a.w. menjawab” “Ketahuilah, bahwa Allah lebih luas dari itu.” (831).
Abu Muhammad (ad-Darimi) mengatakan: Abu ‘Aqil adalah Zuhrah bin Ma‘bad, dan Abu ‘Aqil ini banyak mengira ia adalah seorang wali.
Abu Nu‘aim juga meriwayatkan, dari Abul-Ala Yazid bin ‘Abdillah bin asy-Syikhkhir, dari ayahnya (asy-Syikhkhir), ia berkata: Nabi s.a.w. pernah bersabda: “Barang siapa yang membaca sūrat-ul-Ikhlāsh ketika sakit yang menyebabkannya meninggal dunia (yakni: sakit yang dilanjutkan dengan tutup usia), maka ia tidak akan mendapatkan fitnah kubur (yakni: siksa kubur), ia juga akan diselamatkan dari tekanan di dalam kubur, dan di hari kiamat nanti ia akan dibawa oleh para malaikat dengan telapak tangan mereka hingga melewati shirāth (yakni: jembatan menuju surga/shirāth-al-mustaqīm), hingga sampai di surga.” (832). Abu Nu‘aim mengatakan: hadits ini termasuk hadits gharīb, yang diriwayatkan dari Yazid, namun perawi Nashr bin Hamad al-Bajalli meriwayatkan hadits ini seorang diri (tanpa didukung oleh riwayat hadits lainnya).
Abu Bakar Ahmad bin ‘Ali bin Tsabit-il-Hafizh juga meriwayatkan, dari ‘Isa bin Abi Fathimat-ir-Razi, dari Anas bin Malik, ia berkata: “Murka Allah akan muncul ketika sebuah lonceng dibunyikan, namun setela malaikat turun ke bumi dan mengelilinginya, lalu mendapatkan ada manusia yang masih melantunkan sūrat-ul-Ikhlāsh, maka kemurkaan Allah pun luntur bersama semakin banyaknya para pembaca surah tersebut.”
Abu Bakar juga meriwayatkan, dari Muhammad bin Khalid-il-Janadi, dari Malik, dari Nafi‘, dari Ibnu ‘Umar, ia berkata: Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: “Barang siapa yang masuk ke dalam sebuah masjid pada hari Juma‘at, lalu ia mendirikan shalat empat rakaat dan membaca pada setiap rakaatnya al-Fātiḥah dan sūrat-ul-Ikhlāsh sebanyak lima puluh kali, hingga berjumlah dua ratus pada empat rakaat, maka ia tidak akan mangkat kecuali telah melihat rumahnya di surga atau diperlihatkan kepadanya.”
Abu ‘Umar Maula Jurair bin ‘Abdillah al-Bajalli (yakni hamba sahaya Jurair) meriwayatkan, dari Jurair, ia berkata: Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: “Barang siapa yang membaca sūrat-ul-Ikhlāsh ketika masuk ke dalam sebuah rumah, maka kefakiran akan dihapuskan dari penghuni rumah tersebut dan sekaligus juga para tetangganya.” (833).
Riwayat lain dari Anas menyebutkan, bahwa Nabi s.a.w. pernah bersabda: “Barang siapa yang membaca sūrat-ul-Ikhlāsh satu kali, maka ia akan diberi keberkahan. Dan barang siapa yang membacanya dua kali, maka ia akan diberi keberkahan beserta keluarganya. Dan barang siapa yang membacanya tiga kali, maka ia akan diberi keberkahan sekaligus juga para tetangganya. Sedangkan yang membacanya sebanyak dua belas kali, maka Allah akan mendirikan istana untuknya di dalam surga sebanyak dua belas istana. Dan para malaikat penjaga surga akan berkata: marilah kita melihat istana saudara kita (yakni: ia akan dikunjungi oleh para malaikat, dan dianggap sebagai saudara mereka). Namun apabila ia membacanya sebanyak seratus kali, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa yang diperbuatnya selama lima puluh tahun, kecuali ia pernah membunuh atau mencuri. Sedangkan apabila ia membacanya empat ratus kali, maka Allah akan mengampuni segala dosanya yang dilakukan selama seratus tahun. Dan apabila ia membacanya sebanyak seribu kali, maka ia tidak akan mangkat kecuali telah melihat tempatnya di surga nanti atau diperlihatkan kepadanya.” (834).
Sebuah riwayat dari Sahal bin Sa‘ad as-Sa‘idi menyebutkan: Pada suatu ketika ada seorang laki-laki yang mengeluh kepada Nabi s.a.w. mengenai kefakirannya dan sulitnya kehidupan yang ia jalani, lalu Nabi s.a.w. berkata kepadanya: “Apabila kamu ingin memasuki sebuah rumah, maka berilah salam jika ada seseorang di dalam rumah tersebut, namun jika tidak seorang pun yang berada di rumah tersebut maka bershalawatlah kepadaku dan bacalah olehmu sūrat-ul-Ikhlāsh satu kali saja.”
Kemudian setelah laki-laki tersebut mempraktekkan nasehat dari Nabi s.a.w., seakan rezeki yang didapatkannya tidak pernah berhenti mengalir, bahkan para tetangganya pun ikut merasakan rezeki yang sangat melimpah itu.
Anas meriwayatkan: Ketika kami bersama Nabi s.a.w. dalam perang Tabuk, kami melihat matahari yang terbit pada hari itu sangat putih bercahaya dan bersinar dengan indah, tidak pernah kami melihat matahari terbit seperti itu sebelumnya. Lalu malaikat Jibril turun dari langit, dan Nabi s.a.w langsung bertanya kepadanya: “Wahai Jibril, mengapa hari ini matahari yang terbit begitu putih sinarnya, aku tidak pernah melihatnya terbit seperti itu sebelumnya.” Malaikat Jibril menjawab: “Ketahuilah bahwa Mu‘awiyah bin Mu‘awiyah al-Laitsi meninggal dunia di kota Madinah hari ini. Oleh karena itu Allah mengutus tujuh puluh ribu malaikat untuk turun ke bumi dan ikut menshalatkannya.” Lalu Nabi s.a.w. bertanya kembali: “Apa yang telah dilakukan oleh Mu‘awiyah bin Mu‘awiyah hingga ia mendapatkan kehormatan itu?” malaikat Jibril menjawab: “Karena ia sering membaca sūrat-ul-Ikhlāsh, pada malam hari, pada siang hari, pada saat ia berjalan, pada saat ia berdiri, pada saat ia duduk, dan pada setiap keadaannya. Wahai Rasulullah, apakah engkau ingin agar aku menghentikan waktu di bumi agar engkau dapat shalat atas jenazahnya?” Nabi s.a.w. menjawab: “Baiklah.” Lalu Nabi s.a.w. dibawa oleh malaikat Jibril ke kota Madinah untuk ikut serta menshalatkan jenazah Mu‘awiyah, dan setelah itu dikembalikan lagi ke Tabuk. (835). Riwayat ini disampaikan oleh ats-Tsa‘labi. Wallāhu a‘lam.
Catatan: