(Tulus hati semata-mata karena Allah)
Diturunkan di Makkah, terdiri dari 4 ayat.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ. اللهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَ لَمْ يُوْلَدْ. وَ لَمْ يَكُنْ لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ
Dengan – menyebut – asmā’ Allah yang Maha besar (banyak) rahmat-Nya, lagi senantiasa mencurahkan rahmat-Nya.
Tauḥīd dan tanzīh dasar Islam yang pokok:
112:1. Katakanlah olehmu: “Dia (33951) ialah: Allah itu, Esa (tunggal) (33962).
112:2. Allah adalah yang dituju oleh sekalian hamba (3397).
112:3. Dia tidak beranak (33983) dan tidak beribu-bapak (33994),
112:4. Dan tidak ada satupun yang serupa (setanding) dengan Dia (40005).
Surat ini dinamai juga dengan surat at-Tauḥīd, karena surat ini mengenai tauḥīd dan tanzīh.
Tauḥīd dan tanzīh adalah dasar yang pertama dari ‘aqīdah Islāmiyyah.
Karenanya surat ini dipandang sama dengan 1/3 al-Qur’ān dalam pahala membacanya:
Dasar pokok adalah 3 perkara:
Maka apabila kita membaca surat ini dengan tadabbur yang sempurna, Allah memberikan kepada kita pahala membaca 1/3 al-Qur’ān.
Diriwayatkan oleh adh-Dhaḥḥāk, bahwa para musyrikīn menyuruh ‘Āmir ibn Thufail pergi kepada Nabi untuk mengatakan: “Engkau Ya Muḥammad telah mencerai-beraikan persatuan kami. Engkau telah mencaci-maki tuhan kami. Engkau telah menyalahi agama orang-orang tua kami. Jika engkau mau kaya, kami akan memberikan harta kepada engkau. Jika engkau rusak akal, kami akan berusaha mencari orang yang akan mengobati engkau. Jika engkau menginginkan istri cantik, kami akan berikannya kepada engkau.”
Rasūlullāh menjawab: “Saya tidak fakir, saya tidak gila. Saya tidak menginginkan perempuan yang cantik, saya adalah Rasūl Allah, saya menyeru kamu untuk menyembah Allah Sendiri.”
Kemudian orang Quraisy menyuruh lagi ‘Āmir mendatangi Nabi untuk bertanya: Betapa Tuhan yang disembah Muḥammad itu? Apakah dari emas, ataukah dari perak?
Berkenaan dengan itu Allah menurunkan surat at-Tauḥīd ini.
Dalam surat ini Allah menerangkan, bahwa Tuhan yang disembah itu adalah Esa dan Allah-lah yang dituju oleh sekalian makhlūq, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
Surat al-Ikhlāsh ini menolak pendapat orang-orang musyrik, pendapat orang-orang Nashrānī, pendapat orang-orang Yahūdī dan membatalkan madzhab orang-orang yang berpendapat, bahwa cahaya dan gelap itu adalah yang menguasai alam ini, sebagaimana membatalkan madzhab orang-orang yang menyembah bintang.
Surat al-Ikhlāsh ini mengandung pengisbatan ke-Esa-an Allah, tak ada sekutu bagi-Nya dan Allah-lah yang dimaksudkan untuk menyelesaikan segala keperluan, tidak beranak dan tidak diperanakkan serta tidak ada yang sebandingnya.