Surah al-Humazah 104 ~ Tafsir al-Aisar

TAFSĪR AL-AISAR
(Judul Asli: أَيْسَرُ التَّفَاسِيْرِ لِكَلَامِ الْعَلِيِّ الْكَبِيْرِ)
Edisi Indonesia:
Tafsir al-Qur’an al-Aisar (Jilid 7)

Penulis: Syaikh Abū Bakar Jābir al-Jazā’irī

(Jilid ke 7 dari Surah Qāf s.d. an-Nās)
 
Penerbit: Darus Sunnah

SURAT AL-HUMAZAH

MAKKIYYAH
JUMLAH AYAT: 9 AYAT

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

 

Surat al-Humazah: Ayat 1-9

وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ. الَّذِيْ جَمَعَ مَالًا وَ عَدَّدَهُ. يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ. كَلَّا لَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ. وَ مَا أَدْرَاكَ مَا الْحُطَمَةُ. نَارُ اللهِ الْمُوْقَدَةُ. الَّتِيْ تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ. إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُّؤْصَدَةٌ. فِيْ عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ

104:1. Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela,
104:2. yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya,
104:3. dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya.
104:4. Sekali-kali tidak! Pasti dia akan dilemparkan ke dalam (neraka) Ḥuthamah.
104:5. Dan tahukah kamu apakah (neraka) Ḥuthamah itu?
104:6. (Yaitu) api (‘adzab) Allah yang dinyalakan,
104:7. yang (membakar) sampai ke hati.
104:8. Sungguh, api itu ditutup rapat atas (diri) mereka,
104:9. (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.

PENJELASAN KATA

(وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ) Wailul-likulli Humazatil-Lumazah: Kata yang menunjukkan ‘adzab dan lembah di neraka Jahannam. “Al-Humazah” artinya banyak mengumpat dan mencela, yaitu mencela dan menampakkan kekurangan-kekurangan orang lain untuk merusaknya.

(جَمَعَ مَالًا وَ عَدَّدَهُ) Jama‘a Mālan wa ‘Addadahu: Mengumpulkan dan menghitungnya sesuai dengan seluruh kejadian masa.

(يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ) Yaḥsabu Anna Mālahū Akhladahu: Menjadikannya kekal dan tidak mati.

(كَلَّا) Kallā: Perkaranya tidak seperti apa yang dikira dan disangka.

(لَيُنْبَذَنَّ) Layumbadzanna: Benar-benar akan dilemparkan ke dalam Ḥuthamah.

(فِي الْحُطَمَةِ) Fil-Ḥuthamah: Neraka yang akan menghancurkan segala sesuatu yang dilemparkan ke dalamnya.

(تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ) Taththali‘u ‘Alal-Af’idah: Sampai menusuk ke dalam hati dan membakarnya.

(مُّؤْصَدَةٌ) Mu’shadah: Tertutup.

(فِيْ عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ) Fī ‘Amadin Mumaddadah: Disiksa di dalam neraka pada tiang-tiang yang panjang.

MAKNA AYAT 1-9 SECARA UMUM

Firman-Nya: “Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela,” (11651). Allah ta‘ālā mengancam dengan lembah yang ada di neraka Jahannam. Lembah yang mengeluarkan nanah dan darah kotor penduduk neraka kepada setiap pengumpat dan pencela. (11662) Yaitu semua yang suka menggunjingkan dan membuka aib orang lain serta berjalan ke mana-mana untuk mengadu domba dan mencari-cari kesalahan orang lain. Allah ta‘ālā berfirman: “Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya.” Ayat ini menjelaskan sifat lain dari para pengumpat dan pencela, yaitu suka “mengumpulkan harta”, baik yang ḥalāl maupun yang ḥarām “dan menghitung-hitungnya”, menghitungnya dan mengetahui jumlahnya dan menyiapkannya untuk seluruh hidupnya sebagaimana yang ia sangka. “Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya” ia menyangka bahwa ia tidak akan mati karena memiliki harta yang banyak.

Apakah ada harta yang bisa menyelamatkan dari kematian? Inilah bentuk tipuan dalam hidup ini. Jikalau harta mampu membuat seseorang menjadi kekal, maka dapat dipastikan Qārūn akan kekal. Allah ta‘ālā berfirman: “Sekali-kali tidak!” (11673) harta benda tidak akan mengekalkannya. Bahkan demi kemuliaan dan keagungan Kami, “Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan” (11684) yaitu dilemparkan “ke dalam Ḥuthamah.” Yaitu api neraka yang membakar segala sesuatu yang dilemparkan ke dalamnya.

Firman-Nya: “Dan tahukah kamu apa Ḥuthamah itu?” (11695) pertanyaan ini untuk mengagungkan perkaranya dan kengeriannya. Allah ta‘ālā menerangkannya dengan firman-Nya: “(yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan,” yang menyala-nyala dan menjilat-jilat “yang (membakar) sampai ke hati,” yaitu bisa menembus ke dalam hati hingga membakarnya. Allah ta‘ālā berfirman: “Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka,” (11706) Sesungguhnya neraka akan tertutup dan terkunci bagi para pengumpat dan penggunjing sehingga mereka tidak bisa keluar darinya.

Firman-Nya: “(Sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.” (11717) Mereka akan disiksa di dalam neraka dengan tiang-tiang yang panjang. Allah Maha Tahu bagaimana cara meng‘adzab mereka dengan tiang-tiang yang panjang karena Allah ta‘ālā tidak memberitahukannya.

PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL DARI AYAT 1-9.

  1. Penetapan adanya hari kebangkitan dan hari pembalasan.
  2. Peringatan tentang dosa menggunjing dan mengadu domba.
  3. Peringatan agar jangan tertipu oleh harta dan jangan terlalu mengagungkannya.
  4. Penjelasan tentang kerasnya siksa dan kengerian api neraka.

Catatan:

  1. 1165). Berkata Ibnu ‘Abbās radhiyallāhu ‘anhu: “Mereka adalah orang-orang berjalan ke sana ke mari dengan mengadu domba, merusak hubungan di antara para shahabat dan menuduh kepada orang yang tidak bersalah.”
  2. 1166). ‘Athā’ bin Abī Rabāḥ berkata: “al-humazah” adalah orang yang selalu bergunjing dan melukai muka orang lain. Adapun “al-lumazah” adalah orang yang selalu bergungjing tentang akhlāq orang lain ketika orang tersebut tidak ada.
  3. 1167). Kata “kallā” adalah bantahan terhadap keraguan orang-orang kafir, sebagai gertakan serta celaan atas keyakinan dan perkataannya yang merusak dan bāthil.
  4. 1168). Huruf “lam” di dalam ayat ini adalah sebagai sumpah.
  5. 1169). Ma‘na “al-ḥuthamah” adalah nama tingkatan dari tingkatan-tingkatan neraka. Dikatakan bahwa Ḥuthamah adalah tingkatan kedua, ada juga yang mengatakan tingkatan keempat. Sebagian mengatakan bahwa Ḥuthamah adalah salah satu nama dari nama-nama neraka Jahannam.
  6. 1170). Dikatakan “āshadt-ul-bāba” Apabila pintu (sudah) saya tutup. Ma‘na ini termasuk perkataan Mujāhid.
  7. 1171). Ayat yang berbunyi: “Fī ‘amadin” yaitu mereka diikat pada tiang seperti terikatnya orang yang dipenjara dengan kedua kakinya terikat ke dalam kayu yang berlubang (pasung). Kata “al-‘amad” adalah kata jama‘ dari kata “‘amūdun” dan kata “amūdun” yang artinya kayu. Sedangkan kata “al-mumaddadah” adalah yang berdiri tegak dan panjang.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *