Surah al-Hasyr 59 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan (3/3)

Tafsīru Hidāyat-il-Insān
Judul Asli: (
هداية الإنسان بتفسير القران)
Disusun oleh:
Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā

Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa
Dari Situs: www.tafsir.web.id

Rangkaian Pos: Surah al-Hasyr 59 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan

Ayat 11-17: Membicarakan tentang orang-orang munāfiq yang bersekutu dengan orang-orang Yahūdī untuk menentang kaum muslimīn, membuka kedok kaum munāfiq dan bagaimana keadaan mereka seperti syaithān yang membujuk manusia untuk kufur dan berbuat kesesesatan setelah itu ditinggalkannya.

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِيْنَ نَافَقُوْا يَقُوْلُوْنَ لِإِخْوَانِهِمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَئِنْ أُخْرِجْتُمْ لَنَخْرُجَنَّ مَعَكُمْ وَ لَا نُطِيْعُ فِيْكُمْ أَحَدًا أَبَدًا وَ إِنْ قُوْتِلْتُمْ لَنَنْصُرَنَّكُمْ وَ اللهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُوْنَ.

  1. (18571) Apakah engkau tidak memperhatikan orang-orang munāfiq yang berkata kepada saudarasaudaranya yang kafir di antara Ahli Kitāb (18582): “Sungguh, jika kamu diusir niscaya kami pun akan keluar bersama kamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapa pun demi kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu.” Dan Allah menyaksikan, bahwa mereka benar-benar pendusta (18593).

لَئِنْ أُخْرِجُوْا لَا يَخْرُجُوْنَ مَعَهُمْ وَ لَئِنْ قُوْتِلُوْا لَا يَنْصُرُوْنَهُمْ وَ لَئِنْ نَّصَرُوْهُمْ لَيُوَلُّنَّ الْأَدْبَارَ ثُمَّ لَا يُنْصَرُوْنَ.

  1. Sungguh, jika mereka diusir, orang-orang munāfiq itu tidak akan keluar bersama mereka (18604), dan jika mereka diperangi, mereka (juga) tidak akan menolongnya (18615); dan kalau pun mereka menolongnya (18626) pastilah mereka akan berpaling lari ke belakang; kemudian mereka (18637) tidak akan mendapat pertolongan.

لَأَنْتُمْ أَشَدُّ رَهْبَةً فِيْ صُدُوْرِهِمْ مِّنَ اللهِ ذلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ.

  1. (18648) Sesungguhnya dalam hati mereka (orang-orang munāfiq), kamu (muslimīn) lebih ditakuti daripada Allah. Yang demikian itu karena mereka orang-orang yang tidak mengerti (18659).

لَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ جَمِيْعًا إِلَّا فِيْ قُرًى مُّحَصَّنَةٍ أَوْ مِنْ وَرَاءِ جُدُرٍ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ. تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَ قُلُوْبُهُمْ شَتَّى ذلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَ.

  1. Mereka tidak akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali di negeri-negeri yang berbenteng atau di balik tembok (186610). Permusuhan antara sesama mereka sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu, padahal hati mereka berpecah belah (186711). Yang demikian itu karena mereka orang-orang yang tidak mengerti (186812).

كَمَثَلِ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ قَرِيْبًا ذَاقُوْا وَ بَالَ أَمْرِهِمْ وَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ.

  1. (Perumpamaan mereka) (186913) seperti orang-orang yang sebelum mereka (187014) yang belum lama berselang, mereka telah merasakan akibat buruk (terusir) (187115) disebabkan perbuatan mereka sendiri. Dan mereka akan mendapat ‘adzāb yang pedih.

كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّيْ بَرِيْءٌ مِّنْكَ إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

  1. (Bujukan orang-orang munāfiq itu) seperti (bujukan) syaithān ketika ia berkata kepada manusia (187216): “Kafirlah kamu!” Kemudian ketika manusia itu menjadi kafir, ia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam (187317).”

فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيْهَا وَ ذلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِيْنَ.

  1. Maka kesudahan bagi keduanya (187418), bahwa keduanya masuk ke dalam neraka (187519), kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang zhālim (187620).

Ayat 18-20: Mengingatkan kaum mu’min dengan hari Kiamat, dan menjelaskan perbedaan antara penghuni surga dan penghuni neraka.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَ لْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَ اتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ.

  1. (187721) Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwālah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

وَ لَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُوْلئِكَ هُمُ الْفَاسِقُوْنَ.

  1. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri (187822). Mereka itulah orang-orang yang fāsiq (187923).

لَا يَسْتَوِيْ أَصْحَابُ النَّارِ وَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُوْنَ.

  1. Tidak sama para penghuni neraka dengan para penghuni surga; para penghuni surga itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan (188024).

Ayat 21-24: Menerangkan tentang keagungan al-Qur’ān, menyucikan Allah subḥānahu wa ta‘ālā dari sifat-sifat kekurangan dan menyebutkan beberapa al-Asmā’-ul-Ḥusnā dan sifat-sifatNya Yang Tinggi.

لَوْ أَنْزَلْنَا هذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللهِ وَ تِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ.

  1. (188125) Sekiranya Kami turunkan al-Qur’ān ini kepada sebuah gunung (188226), pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berfikir.

هُوَ اللهُ الَّذِيْ لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَ الشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ.

  1. (188327) Dialah Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia. (188428) Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

هُوَ اللهُ الَّذِيْ لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيْزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللهِ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ.

  1. Dialah Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia. Maha Raja, Yang Mahasuci (188529), Yang Mahasejahtera (188630), Yang Memberikan keamanan (188731), Yang Maha Mengawasi, Yang Mahaperkasa (188832), Yang Mahakuasa (188933), Yang memiliki segala keagungan (189034). Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan (189135).

هُوَ اللهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ.

  1. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa (189237). Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana (189438).

Selesai tafsir surah al-Ḥasyr dengan pertolongan Allah dan taufīq-Nya, wal-ḥamdulillāhi Rabb-il-‘ālamīn.

Catatan:

  1. 1857). Selanjutnya Allah subḥānahu wa ta‘ālā heran terhadap keadaan kaum munāfiq yang memberikan semangat kepada saudara mereka dari kalangan Ahli Kitāb untuk menolong dan membela mereka melawan kaum mu’min.
  2. 1858). Maksudnya, Bani Nadhir.
  3. 1859). Dalam janji mereka itu. Hal ini tidaklah mengherankan, karena dusta menjadi sifat mereka, menipu menjadi keseharian mereka, kemunāfiqan dan pengecut menjadi kebiasaan mereka. Oleh karena itu, Allah mendustakan mereka dengan firman-Nya di atas dan menerangkan kenyataan yang akan terjadi pada ayat selanjutnya.
  4. 1860). Karena kecintaan mereka terhadap kampung halaman mereka, tidak sabar untuk berperang dan selalu mengingkari janji.
  5. 1861). Karena sikap pengecut dan penakut menguasai mereka. Oleh karena itu, mereka akan membiarkan saudara-saudara mereka dari kalangan Ahli Kitāb.
  6. 1862). Ya‘ni jika ditakdirkan mereka mau menolongnya, maka mereka akan lari ke belakang.
  7. 1863). Yaitu orang-orang Yahūdī yang menjadi saudara-saudara mereka.
  8. 1864). Sebab yang menjadi mereka seperti itu adalah karena kaum mu’min lebih ditakuti mereka daripada Allah subḥānahu wa ta‘ālā. Mereka mengutamakan takut kepada makhlūq yang tidak berkuasa memberikan manfaat dan menimpakan madharrat daripada takut kepada Allah al-Khāliq yang di Tangan-Nya manfaat dan madharrat, memberi dan mencegah.
  9. 1865). Tingkatan-tingkatan perkara. Demikian pula tidak mengetahui hakikat segala sesuatu, tidak tergambar oleh mereka akibatnya. Sesungguhnya orang yang mengerti adalah orang yang takutnya, harapnya dan cintanya kepada Allah subḥānahu wa ta‘ālā di atas segala sesuatu, bahkan yang lain mengikutinya.
  10. 1866). Ya‘ni mereka tidak akan siap memerangi kamu kecuali jika mereka di negeri-negeri yang berbenteng atau di balik tembok, karena hal itu biasanya dapat melindungi mereka karena mereka bersandar kepada benteng dan tembok; bukan karena keberanian mereka. Hal ini termasuk celaan yang besar untuk mereka.
  11. 1867). Saling membenci dan bermusuhan.
  12. 1868). Kalau seandainya mereka mengerti dan memiliki akal tentu mereka akan mengutamakan yang lebih utama daripada yang kalah utama, mereka tidak akan ridhā dengan bagian yang paling kurang dan tentu mereka bersatu, sehingga mereka akan saling tolong-menolong untuk maslahat bersama baik agama maupun dunia.
  13. 1869). Ya‘ni orang-orang Yahūdī yang terlantar dan dikhianati kawan-kawan mereka.
  14. 1870). Maksudnya, Yahūdī Bani Qainuqa’. Ada pula yang menafsirkan dengan kaum musyrikin Mekah yang terbunuh dalam perang Badar, di mana hal itu terjadi sebelum pengusiran Bani Nadhir. Menurut Ibnu Katsīr, bahwa yang lebih mirip dengan kebenaran adalah bahwa mereka ini adalah orang-orang Yahudi Bani Qainuqa’, di mana Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam telah mengusir mereka sebelumnya.
  15. 1871). Maksud akibat buruk perbuatan mereka adalah mereka (orang-orang Yahudi Bani Qainuqa’) diusir dari Madīnah ke Syām. Atau jika tertuju kepada kaum musyrikīn Makkah yang terbunuh dalam perang Badar adalah bahwa mereka kalah dalam perang Badar, tokoh-tokoh mereka tewas terbunuh, sebagiannya melarikan diri dan sebagian lagi tertawan, dan mereka merasakan akibat kesyirikan dan kezhāliman mereka. Ini merupakan ‘adzāb untuk mereka di dunia, sedangkan di akhirat mereka mendapatkan ‘adzāb yang pedih.
  16. 1872). Ia menghias kekafiran dan mengajak kepadanya.
  17. 1873). Ya‘ni aku tidak dapat menghilangkan ‘adzāb yang menimpamu dan tidak dapat memberikan kebaikan kepadamu meskipun sedikit.
  18. 1874). Yaitu pengajak (setan) dan yang diajak (manusia ketika ia menurutinya).
  19. 1875). Sebagaimana firman Allah ta‘ālā: “Sesungguhnya syaithān-syaithān itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.(Terj. Fāthir: 6) Inilah kebiasaan syaithān terhadap orang-orang yang menjadikannya sebagai walinya, ia mengajak mereka kepada hal yang membahaya mereka dengan tipuan yang seakan-akan mengajak mereka kepada kebaikan, kemudian ketika mereka telah jatuh ke dalam jaringnya dan telah diliputi oleh sebab-sebab kebinasaan, maka ia (syaithān) berlepas diri dan berpisah dari mereka. Maka celaan sebanyak-banyaknya kepada mereka yang menaati setan yang telah diingatkan Allah subḥānahu wa ta‘ālā, di mana Dia telah memberitahukan maksud dan tujuan syaithān. Oleh karena itu, orang yang mendatanginya adalah pelaku maksiat di atas ‘ilmu dan ia tidak mendapatkan ‘udzur.
  20. 1876). Yang ikut serta dalam kezhāliman dan kekafiran, meskipun mereka berbeda-beda dalam hal kerasnya ‘adzāb dan beratnya.
  21. 1877). Allah subḥānahu wa ta‘ālā memerintahkan hamba-hambaNya yang mu’min untuk melakukan kehendak dari keimanan dan konsekwensinya yaitu tetap bertaqwā kepada Allah subḥānahu wa ta‘ālā baik dalam keadaan rahasia maupun terang-terangan dan dalam setiap keadaan serta memperhatikan perintah Allah baik syarī‘at-Nya maupun batasan-Nya serta memperhatikan apa yang dapat memberi mereka manfaat dan membuat mereka celaka serta memperhatikan hasil dari ‘amal yang baik dan ‘amal yang buruk pada hari Kiamat. Karena ketika mereka menjadikan akhirat di hadapan matanya dan di depan hatinya, maka mereka akan bersungguh-sungguh memperbanyak ‘amal yang dapat membuat mereka berbahagia di sana, menyingkirkan penghalang yang dapat memberhentikan mereka dari melakukan perjalanan atau menghalangi mereka atau bahkan memalingkan mereka darinya. Demikian juga, ketika mereka mengetahui bahwa Allah subḥānahu wa ta‘ālā Mahateliti terhadap apa yang mereka kerjakan, di mana ‘amal mereka tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya dan tidak akan sia-sia serta diremehkan-Nya, maka yang demikian dapat membuat mereka semakin semangat ber‘amal shāliḥ. Ayat ini merupakan asas dalam meintrospeksi diri, dan bahwa sepatutnya seorang hamba memeriksa ‘amal yang dikerjakannya, ketika ia melihat ada yang cacat, maka segera disusul dengan mencabutnya, bertobat secara tulus (taubatan nashūḥa) dan berpaling dari segala sebab yang dapat membawa dirinya kepada cacat tersebut. Demikian juga ketika ia melihat kekurangan pada dirinya dalam menjalankan perintah Allah, maka ia mengerahkan kemampuannya sambil meminta pertolongan kepada Tuhannya untuk dapat menyempurnakan kekurangan itu dan memperbaikinya serta mengukur antara ni‘mat-ni‘mat Allah dan iḥsān-Nya yang banyak dengan kekurangan pada ‘amalnya, di mana hal itu akan membuatnya semakin malu kepada-Nya. Sungguh rugi seorang yang lalai terhadap masalah ini dan mirip dengan orang-orang yang lupa kepada Allah; lalai dari mengingat-Nya serta lalai dari memenuhi hak-Nya dan mendatangi keuntungan terbatas bagi dirinya dan hawa nafsunya sehingga mereka tidak mendapatkan keberuntungan, bahkan Allah subḥānahu wa ta‘ālā menjadikan mereka lupa terhadap maslahat diri mereka, maka keadaan mereka menjadi melampaui batas, mereka pulang ke akhirat dengan membawa kerugian di dunia dan akhirat serta tertipu dengan tipuan yang sulit ditutupi, karena mereka adalah orang-orang yang faāsiq.
  22. 1878). Ya‘ni janganlah kamu kamu lupa mengingat Allah, sehingga Dia menjadikan kamu lupa ber‘amal shāliḥ untuk maslahat dirimu, karena balasan disesuaikan dengan jenis ‘amalan.
  23. 1879). Yaitu orang-orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan menjatuhkan diri mereka ke lembah kemaksiatan.
  24. 1880). Maksudnya, apakah sama antara orang yang menjaga ketaqwāan kepada Allah dan memperhatikan ‘amal yang dilakukannya untuk menghadapi akhirat sehingga ia berhak mendapatkan surga dan kehidupan yang menyenangkan dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah, melupakan hak-hakNya sehingga ia pun menjadi celaka di dunia dan berhak mendapatkan neraka di akhirat? Yang pertama memperoleh kemenangan, sedangkan yang kedua memperoleh kerugian.
  25. 1881). Setelah Allah subḥānahu wa ta‘ālā menerangkan kepada hamba-hambaNya apa yang telah Dia terangkan, demikian pula Dia telah menyebutkan perintah dan larangan, di mana hal ini mengharuskan mereka untuk bersegera kepada apa yang diserukan itu dan meskipun hati mereka dalam hal kerasnya seperti gunung, namun al-Qur’ān ini karena dalam nasihatnya dan perintah-perintah dan larangan-larangannya mengandung ḥikmah dan maslahat, maka sekiranya diturunkan ke atas suatu gunung, tentu engkau akan melihat gunung tersebut tunduk terpecah belah karena takut kepada Allah subḥānahu wa ta‘ālā. Perintah-perintah itu perintah yang paling mudah bagi hati dan paling ringan bagi badan serta bersih dari taklīf (pembebanan) yang berat dan menindas, dan perintah-perintah itu cocok di setiap waktu, tempat dan umat. Di penghujung ayat Allah subḥānahu wa ta‘ālā memberitahukan bahwa Dia membuat perumpamaan itu dan menerangkan yang halal dan yang haram kepada hamba-hamba-Nya adalah agar mereka memikirkan ayat-ayatnya dan mentadabburinya, karena dengan memikirkan dan mentadabburinya akan terbuka berbagai macam ‘ilmu, menerangkan kepada seseorang jalan kebaikan dan keburukan, mendorongnya berakhlāq mulia dan mencegahnya dari akhlāq yang buruk, sehingga tidak ada yang paling memberikan manfaat bagi seorang hamba daripada memikirkan al-Qur’ān dan mentadabburi maknanya.
  26. 1882). Dan ia dijadikan mampu membedakan seperti halnya manusia, sebagaimana disebutkan dalam tafsīr al-Jalālain.
  27. 1883). Ayat ini dan setelahnya mengandung banyak nama-nama Allah subḥānahu wa ta‘ālā yang indah dan sifat-sifat-Nya yang tinggi, agung perkaranya dan indah buktinya. Dia memberitahukan bahwa Allah subḥānahu wa ta‘ālā adalah Tuhan yang berhak disembah karena kesempurnaan-Nya, iḥsān-Nya yang merata dan pengaturan-Nya yang menyeluruh. Oleh karena itu, segala sesembahan selain-Nya adalah bāthil; tidak berhak disembah karena keadaannya yang fakir, lemah dan memiliki banyak kekurangan serta tidak berkuasa apa-apa terhadap dirinya maupun selainnya.
  28. 1884). Selanjutnya Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyifati Diri-Nya dengan pengetahuan-Nya yang menyeluruh baik yang ghaib bagi makhlūq maupun yang tidak ghaib (tampak), demikian juga dengan meratanya rahmat-Nya yang mengena kepada segala sesuatu. Selanjutnya, Allah subḥānahu wa ta‘ālā mengulangi lagi ulūhiyyah-Nya (keberhakan-Nya di‘ibādahi, tidak selain-Nya), dan bahwa Dia yang memiliki segala sesuatu baik alam bagian atas, alam bagian bawah maupun penghuninya, semuanya milik Allah, butuh kepada-Nya dan diatur-Nya.
  29. 1885). Dari segala yang tidak layak bagi-Nya.
  30. 1886). Yang selamat dari aib dan kekurangan; yang diagungkan dan dimuliakan.
  31. 1887). Bisa juga diartikan yang membenarkan para rasūl-Nya dengan ayat dan mu‘jizat, dengan ḥujjah dan bukti.
  32. 1888). Dia tidak dapat dikalahkan, bahkan Dia menundukkan segala sesuatu dan segala sesuatu tunduk kepada-Nya.
  33. 1889). Dia menundukkan semua makhlūq, menutupi hati orang yang sedih dan mengkayakan orang yang fakir.
  34. 1890). Dia memiliki kebesaran dan keagungan, Dia bersih dari segala aib, kekurangan dan kezhāliman.
  35. 1891). Ini adalah pensucian-Nya secara umum dari segala sifat yang diberikan orang-orang musyrik untuk-Nya.
  36. 1892). Nama-nama ini terkait dengan menciptakan, mengatur dan menentukan, di mana semua itu hanya Allah subḥānahu wa ta‘ālā yang melakukan tanpa ada sekutu.), Dia memiliki nama-nama yang indah (1893361893) Dia memiliki nama-nama yang banyak sekali, di mana tidak ada yang dapat menjumlahkannya selain Allah subḥānahu wa ta‘ālā. Meskipun begitu, semua nama-Nya adalah indah, sifat-sifat yang sempurna, bahkan menunjukkan sifat yang paling sempurna dan paling agung, di mana tidak ada kekurangan di sana dari berbagai sisi. Di antara indahnya adalah bahwa Allah subḥānahu wa ta‘ālā menyukainya, menyukai orang yang menyukainya dan menyukai orang-orang yang berdoa dan meminta dengan nama-nama itu. Demikian pula di antara sempurnanya dan bahwa Dia memiliki nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi adalah bahwa semua yang ada di langit dan di bumi butuh terus kepada-Nya, bertasbīḥ dengan memuji-Nya, meminta dipenuhi kebutuhannya, lalu Dia memberikan apa yang mereka minta itu dari karunia-Nya dan kemurahan-Nya yang dikehendaki oleh rahmat dan ḥikmah-Nya.
  37. 1894). Apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi dan hal itu tidak terjadi kecuali karena ḥikmah dan maslahat.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *