Ayat 6-7: Hukum fai’i.
وَ مَا أَفَاءَ اللهُ عَلَى رَسُوْلِهِ مِنْهُمْ فَمَا أَوْجَفْتُمْ عَلَيْهِ مِنْ خَيْلٍ وَ لَا رِكَابٍ وَ لكِنَّ اللهَ يُسَلِّطُ رُسُلَهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَ اللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
- Dan harta rampasan (fai’i) (1837) dari mereka yang diberikan Allah kepada Rasūl-Nya, kamu tidak memerlukan kuda atau unta untuk mendapatkannya (1838), tetapi Allah memberikan kekuasaan kepada rasūl-rasūl-Nya terhadap siapa yang Dia kehendaki (1839). Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
مَّا أَفَاءَ اللهُ عَلَى رَسُوْلِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى فَلِلَّهِ وَ لِلرَّسُوْلِ وَ لِذِي الْقُرْبَى وَ الْيَتَامَى وَ الْمَسَاكِيْنِ وَ ابْنِ السَّبِيْلِ كَيْ لَا يَكُوْنَ دُوْلَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ وَ مَا آتَاكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَ مَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْا وَ اتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ.
- Harta rampasan fai’i yang diberikan Allah kepada Rasūl-Nya (yang berasal) dari penduduk beberapa negeri (1840), adalah untuk Allah, Rasūl, kerabat (rasūl) (1841), anak-anak yatim, orang-orang miskin (1842) dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan, agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu (1843). Apa yang diberikan Rasūl kepadamu (1844), maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah (1845). (1846) Dan bertaqwālah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukumannya (1847).
Ayat 8-10: Beberapa ayat ini menyebutkan tentang umat Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, dimulai dengan kaum Muhājirīn dan Anshār.
لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِيْنَ الَّذِيْنَ أُخْرِجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ وَ أَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللهِ وَ رِضْوَانًا وَ يَنْصُرُوْنَ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ أُولئِكَ هُمُ الصَّادِقُوْنَ.
- (1848) (harta rampasan itu) juga untuk orang-orang fakir yang berhijrah (1849) yang terusir dari kampung halamannya dan meninggalkan harta bendanya demi mencari karunia dari Allah dan keridhāan-Nya dan (demi) menolong (agama) Allah dan Rasūl-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.
وَ الَّذِيْنَ تَبَوَّؤُوا الدَّارَ وَ الْإِيْمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَ لَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوْتُوْا وَ يُؤْثِرُوْنَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَ لَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَ مَنْ يُوْقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ.
- (1850) Dan orang-orang (Anshār) yang telah menempati kota Madīnah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhājirīn), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka (1851). Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhājirīn) (1852); dan mereka mengutamakan (Muhājirīn), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan (1853). Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran (1854), maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.
وَ الَّذِيْنَ جَاؤُوْا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَ لِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَ لَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
- Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhājirīn dan Anshār), mereka berdoa (1855): “Ya Tuhan Kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami (1856), dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sungguh, Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”