Surah al-Haqqah 69 ~ Tafsir Sayyid Quthb (1/6)

Dari Buku:
Tafsīr fi Zhilāl-il-Qur’ān
Oleh: Sayyid Quthb
 
Penerbit: Gema Insani

Rangkaian Pos: Surah al-Haqqah 69 ~ Tafsir Sayyid Quthb

SURAH AL-HĀQQAH

Diturunkan di Makkah
Jumlah Ayat: 52.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

الْحَاقَّةُ. مَا الْحَاقَّةُ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحَاقَّةُ. كَذَّبَتْ ثَمُودُ وَعَادٌ بِالْقَارِعَةِ. فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ. وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ. سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُوماً فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ. فَهَلْ تَرَى لَهُم مِّن بَاقِيَةٍ. وَجَاءَ فِرْعَوْنُ وَمَن قَبْلَهُ وَالْمُؤْتَفِكَاتُ بِالْخَاطِئَةِ. فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَّابِيَةً. إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ. لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ. فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ. وَحُمِلَتِ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً. فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ. وَانشَقَّتِ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ. وَالْمَلَكُ عَلَى أَرْجَائِهَا وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ. يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَى مِنكُمْ خَافِيَةٌ. فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَيَقُولُ هَاؤُمُ اقْرَؤُوا كِتَابِيهْ. إِنِّي ظَنَنْتُ أَنِّي مُلَاقٍ حِسَابِيهْ. فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ. فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ. قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ. كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئاً بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ. وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيهْ. وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيهْ. يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ. مَا أَغْنَى عَنِّي مَالِيهْ. هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيهْ. خُذُوهُ فَغُلُّوهُ. ثُمَّ الْجَحِيمَ صَلُّوهُ. ثُمَّ فِي سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُونَ ذِرَاعاً فَاسْلُكُوهُ. إِنَّهُ كَانَ لَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ. وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ. فَلَيْسَ لَهُ الْيَوْمَ هَاهُنَا حَمِيمٌ. وَلَا طَعَامٌ إِلَّا مِنْ غِسْلِينٍ. لَا يَأْكُلُهُ إِلَّا الْخَاطِؤُونَ. فَلَا أُقْسِمُ بِمَا تُبْصِرُونَ. وَمَا لَا تُبْصِرُونَ. إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ. وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ قَلِيلاً مَا تُؤْمِنُونَ. وَلَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ قَلِيلاً مَا تَذَكَّرُونَ. تَنزِيلٌ مِّن رَّبِّ الْعَالَمِينَ. وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيلِ. لَأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ. ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ. فَمَا مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ. وَإِنَّهُ لَتَذْكِرَةٌ لِّلْمُتَّقِينَ. وَإِنَّا لَنَعْلَمُ أَنَّ مِنكُم مُّكَذِّبِينَ. وَإِنَّهُ لَحَسْرَةٌ عَلَى الْكَافِرِينَ. وَإِنَّهُ لَحَقُّ الْيَقِينِ. فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ.

69: 1. Hari kiamat,
69: 2. Apakah hari kiamat itu?
69: 3. Dan tahukah kamu apa hari kiamat itu?
69: 4. Kaum Tsamūd dan ‘Ād telah mendustakan hari kiamat.
69: 5. Adapun kaum Tsamūd maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa.
69: 6. Adapun kaum ‘Ād maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang,
69: 7. Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum ‘Ād pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).
69: 8. Maka, kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka.
69: 9. Dan telah datang Fir’aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkirbalikkan karena kesalahan yang besar.
69: 10. Maka, (masing-masing mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras.
69: 11. Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera,
69: 12. agar kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar.
69: 13. Maka, apabila sangkakala ditiup sekali tiup,
69: 14. dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalau dibenturkan keduanya sekali bentur.
69: 15. Maka, pada hari itu terjadilah hari kiamat,
69: 16. dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah.
69: 17. Malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka.
69: 18. Pada hari itu kami dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).
69: 19. Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata, “Ambillah, bacalah kitabku (ini).
69: 20. Sesungguhnya aku yakin bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku.”
69: 21. Maka, orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai,
69: 22. dalam Surga yang tinggi.
69: 23. Buah-buahannya dekat.
69: 24. (Kepada mereka dikatakan), “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.”
69: 25. Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata, “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini),
69: 26. Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.
69: 27. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.
69: 28. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.
69: 29. Telah hilang kekuasaanku dariku.”
69: 30. (Allah berfirman), “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya.”
69: 31. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala.
69: 32. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.
69: 33. Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah yang Mahabesar.
69: 34. Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin.
69: 35. Maka, tiada seorang teman pun baginya pada hari ini di sini.
69: 36. Dan tiada (pula) makanan sedikit pun (baginya) kecuali dari darah dan nanah.
69: 37. Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa.
69: 38. Maka, Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat
69: 39. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat.
69: 40. Sesungguhnya al-Qur’ān itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasūl yang mulia,
69: 41. dan al-Qur’ān itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.
69: 42. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran dari padanya.
69: 43. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.
69: 44. Seandainya dia (Muḥammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,
69: 45. Niscaya benar-benar kami pegang dia pada tangan kanannya.
69: 46. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya.
69: 47. Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu.
69: 48. Sesungguhnya al-Qur’ān itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwā.
69: 49. Sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara kamu ada orang yang mendustakan(nya).
69: 50. Sesungguhnya al-Qur’ān itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat).
69: 51. Sesunggunya al-Qur’ān itu benar-benar kebenaran yang diyakini.
69: 52. Maka, bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar.

Pengantar:

Ini adalah surah yang besar dan hebat, yang jarang diterima oleh perasaan kecuali dengan goncangan yang mendalam. Sejak pembukaan hingga penutupnya, selalu mengetuk perasaan dan menunjukkan kepadanya sesuatu yang menakut-nakutkan dan mengerikan, dan keseriusan yang amat sangat, pemandangan demi pemandangan. Semuanya senantiasa menyentuh perasaan dengan kebesaran dan keagungan, dari waktu ke waktu, dan dengan ‘adzāb pada suatu waktu, serta dengan gerakan yang kuat pada setiap saat.

Surah ini secara keseluruhan menyampaikan ke dalam jiwa dengan kuat dan mendalam sebuah perasaan dengan satu makna.. bahwa urusan ini, urusan agama dan ‘aqīdah, adalah urusan yang serius, tulus, mantap, dan pasti. Semuanya serius,

tidak ada gurauan, dan tidak lapangan untuk ber-gurau dan bermain-main. Serius dalam urusan dunia dan akhirat, serta serius dalam timbangan Allah dan perhitungan-Nya. Serius, sehingga tidak ada sesuatu pun dari urusannya yang sia-sia, baik di sini maupun di sana, banyak maupun sedikit. Dan, urusan mana pun yang diabaikan seseorang tentu akan menjadikannya terkena kemurkaan Allah

yang berat dan hukuman-Nya yang pedih, meskipun yang mengabaikan dan menyimpang itu seorang rasul. Maka, urusan Allah itu lebih besar daripada diri Rasul dan lebih besar daripada manusia itu sendiri. Sesungguhnya urusan ini adalah urusan kebenaran, ḥaqq-ul-yaqīn (kebenaran yang meyakinkan), dari Tuhan semesta alam.

Makna ini tampak dari nama hari kiamat yang dipilih di dalam surah ini dan nama surah ini sendiri al-Ḥāqqah” (yang pasti benar) …. Nama ini dengan lafalnya, gaungnya, dan maknanya memberikan kesan di dalam jiwa tentang makna keseriusan, kekerasan, kepastian, dan kemantapan. Lafal atau perkataan ini sendiri memberikan kesan yang lebih mirip dengan pengangkatan beban dalam waktu

yang lama, kemudian menetapkan dan memantapkannya secara mantap. Mengangkatnya dengan membaca huruf ḥā’ secara panjang yang disertai dengan alif. Keseriusannya tampak di dalam bacaan tasydīd pada huruf qāf sesudahnya. Kemudian kemantapannya dengan disudahi dengan huruf tā’ marbuthah yang dibunyikan dengan bunyi huruf ḥā’ yang bersukun.

Makna ini juga tampak di tempat-tempat jatuhnya orang-orang yang mendustakan agama, ‘aqīdah, dan akhirat, kaum demi kaum, kelompok demi kelompok, tempat-tempat jatuh mereka yang keras dan pasti.

كَذَّبَتْ ثَمُودُ وَعَادٌ بِالْقَارِعَةِ. فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ. وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ. سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُوماً فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ. فَهَلْ تَرَى لَهُم مِّن بَاقِيَةٍ. وَجَاءَ فِرْعَوْنُ وَمَن قَبْلَهُ وَالْمُؤْتَفِكَاتُ بِالْخَاطِئَةِ. فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَّابِيَةً. إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ. لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ.

Kaum Tsamūd dan ‘Ād telah mendustakan hari kiamat. Adapun kau Tsamūd maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa. Adapun kaum ‘Ād maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum ‘Ād pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka, kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka. Dan telah datang Fir’aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkirbalikkan karena kesalahan yang besar. Maka, (masing-masing mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras. Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera, agar kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. ” (al-Ḥāqqah: 4-12)

Demikian pula setiap orang yang berpaling dari urusan ini, maka dia akan dihukumnya dengan hukuman yang menakutkan dan mengerikan, sesuai dengan keseriusan urusan yang sangat besar ini, yang tidak mengandung gurauan dan permainan, dan tidak boleh diabaikan di sini ataupun di sana!

Makna ini tampak dalam pemandangan hari Kiamat yang menakutkan dan pada masa berakhirnya alam semesta yang menakutkan. Juga pada waktu tampaknya kekuasaan dan keagungan Tuhan yang luar biasa yang lebih menakutkan dan

menakutkan lagi,

Maka, apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka, pada hari itu terjadilah hari Kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. Malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka.” (al-Ḥāqqah: 13-17)

Begitu menakutkan, dan demikian agung. Keduanya melepaskan keseriusan yang indah dan agung terhadap pemandangan hisab tentang urusan yang besar itu, dan keduanya bersama-sama menambah dalamnya maknanya di dalam jiwa dan perasaan bersama seluruh kesan dan pengarahan surah ini. Sesudah itu dibicarakan orang-orang yang selamat dan yang dijatuhi siksaan.

Adapun orang-orang yang diberkikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata, “Abmillah, bacalah kitabku (ini). Sesungguhnya aku yakin bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku.”” (al-Ḥāqqah: 19-20)

Maka, selamatlah orang ini, padahal dia hampir tidak percaya bahwa dirinya akan selamat….

Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata, “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku dariku.”” (al-Ḥāqqah: 25-29)

Mereka berkeluh kesah dengan keluhan yang demikian panjang, yang menancap di dalam perasaannya pada saat sudah kembali ke alam akhirat ini ….

Kemudian, tampaklah keseriusan yang tajam dan ketakutan yang mengerikan itu pada perkataan luhur yang berisi keputusan yang menakutkan, pada hari yang menakutkan, dan di tempat perhentian yang besar.

Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” (al-Ḥāqqah: 30-32)

Tiap-tiap paragraf seakan-akan memikul beban langit dan bumi, dan runtuh dalam menghadapi urusan besar yang membingungkan, dalam ketakutan yang mengerikan dan dalam keseriusan yang berat ….

Kemudian di dalam mengomentari kata putus yang agung itu, dijelaskanlah hal-hal yang mengharuskan keputusan yang menakutkan dan akibat yang mengerikan itu.

Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Mahabesar. Dan juga tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin. Maka, tiada seorang teman pun baginya pada hari ini di sini. Dan tiada (pula) makanan sedikit pun (baginya) kecuali dari darah dan nanah. Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa.” (al-Ḥāqqah: 33-37)

Kemudian tampak jelas pula maknya itu di dalam penyampaian sumpah yang agung, di dalam penetapan Allah terhadap hakikat agama terakhir ini.

Maka, Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan dengan apa yang tidak kamu lihat. Sesungguhnya al-Qur’ān itu benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia, dan al-Qur’ān itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. Dan, bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.” (al-Ḥāqqah: 38-43)

Akhirnya tampaklah keseriusan itu pada pengarahan terakhir, pada ancaman yang pasti, dan pada hukuman yang keras terhadap siapa pun yang mempermainkan atau mengganti urusan (agama) ini, siapa pun orangnya, meski Muḥammad sang Rasul sekalipun.

Seandainya dia (Muḥammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka, sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami) dari pemotongan urat nadi itu.” (al-Ḥāqqah: 44-47)

Maka, ini adalah persoalan yang tidak ada kompromi, tidak ada belas kasih, dan tidak ada kelemah lembutan lagi padanya ….

Pada waktu itu ditutuplah surah ini dengan memberikan ketetapan yang pasti dan keputusan terakhir mengenai urusan yang besar ini.

Sesungguhnya al-Qur’ān itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang bertaqwa dan sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara kamu ada orang tang mendustakan(nya). Sesungguhnya al-Qur’ān itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat). Sesunguhnya al-Qur’ān itu benar-benar kebenaran yang diyakini. Maka, bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar.” (al-Ḥāqqah: 48-52)

Inilah penutup yang memutuskan semua perkataan, memberikan kata putus, membuang semua ketidakseriusan, dan bertasbih dengan menyebut nama Allah Yang Mahaagung….

 

Itulah makna yang hendak disampaikan oleh surah ini ke dalam perasaan, yang dijamin uslubnya, kesan-kesannya, pemandangannya, lukisannya, dan bayang-bayangnya dengan penyampaian dan penetapannya yang mendalam. Juga dengan bentuk yang mengesankan, hidup, dan mengagumkan.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *