Hati Senang

Surah al-Haqqah 69 ~ Tafsir Hidayat-ul-Insan (2/2)

Cover Buku Tafsir Hidayat-ul-Insan oleh Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsīru Hidāyat-il-Insān Judul Asli: (هداية الإنسان بتفسير القران) Disusun oleh: Abū Yaḥyā Marwān Ḥadīdī bin Mūsā Tafsir Al Qur’an Al Karim Marwan Bin Musa Dari Situs: www.tafsir.web.id

Ayat 25-37: Keadaan orang kafir pada hari itu, yaitu diberi catatan ‘amal dengan tangan kirinya.

وَ أَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُوْلُ يَا لَيْتَنِيْ لَمْ أُوْتَ كِتَابِيَهْ. وَ لَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ. يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ. مَا أَغْنَى عَنِّيْ مَالِيَهْ. هَلَكَ عَنِّيْ سُلْطَانِيَهْ. خُذُوْهُ فَغُلُّوْهُ. ثُمَّ الْجَحِيْمَ صَلُّوْهُ. ثُمَّ فِيْ سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُوْنَ ذِرَاعًا فَاسْلُكُوْهُ. إِنَّهُ كَانَ لَا يُؤْمِنُ بِاللهِ الْعَظِيْمِ. وَ لَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِ. فَلَيْسَ لَهُ الْيَوْمَ هَاهُنَا حَمِيْمٌ. وَ لَا طَعَامٌ إِلَّا مِنْ غِسْلِيْنٍ. لَا يَأْكُلُهُ إِلَّا الْخَاطِؤُوْنَ.

  1. (2382[efn_note]2382). Orang-orang yang celaka diberikan catatan ‘amal mereka yang buruk dengan tangan kiri mereka untuk memisahkan mereka dengan yang lain dan untuk menghinakan mereka sekaligus membuka ‘aib mereka.[/efn_note]) Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata (2383[efn_note]2383). Dalam keadaan sedih dan duka.[/efn_note]): “Alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan kepadaku. (2384[efn_note]2384). Karena ia diberi kabar gembira dengan masuk ke neraka dan mendapatkan kesengsaraan yang kekal.[/efn_note])
  2. Sehingga aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. (2385[efn_note]2385). Ya‘ni alangkah baiknya aku menjadi sesuatu yang dilupakan, tidak dibangkitkan dan tidak dihisab.[/efn_note])
  3. Wahai, kiranya (kematian) itulah yang menyudahi segala sesuatu.
  4. (2386[efn_note]2386). Selanjutnya ia melihat kepada harta dan kekuasaannya, ternyata menjadi musibah baginya, tidak berguna baginya di akhirat dan tidak bisa dipakai menebus dirinya dari ‘adzāb Allah subḥānahu wa ta‘ālā.[/efn_note]) Hartaku sama sekali tidak berguna bagiku.
  5. Kekuasaanku telah hilang dariku.” (2387[efn_note]2387). Tentara yang banyak telah menghilang, perlengkapan yang kuat telah sirna dan kedudukan telah tiada.[/efn_note])
  6. (Allah berfirman (2388[efn_note]2388). Kepada para malaikat Zabāniyyah yang keras dan kasar.[/efn_note])): “Tangkaplah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya.”
  7. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala.
  8. Kemudian belitlah dia dengan rantai (2389[efn_note]2389). Yang panas.[/efn_note]) yang panjangnya tujuh puluh hasta.
  9. (2390[efn_note]2390). Sebab ia di‘adzāb dengan ‘adzāb yang demikian rupa adalah karena dia tidak beriman kepada Allah, ya‘ni kafir kepada-Nya, menentang para rasūl-Nya dan menolak kebenaran yang mereka bawa.[/efn_note]) Sesungguhnya Dialah orang yang tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar.
  10. Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin. (2391[efn_note]2391). Dalam hatinya tidak ada rasa kasih-sayang kepada orang-orang miskin, tidak memberi mereka makan, atau jika tidak mempunyai harta untuk disedekahkan, mereka tidak juga mau mendorong orang lain untuk memberi makan orang-orang miskin. Ayat ini dan ayat sebelumnya menunjukkan bahwa sumber kebahagiaan terletak pada dua, yaitu ikhlāsh yang asalnya adalah beriman kepada Allah, dan berbuat iḥsān kepada makhlūq dengan berbagai macam bentuknya, di mana di antara yang paling besarnya adalah menutupi kebutuhan pokok orang-orang yang membutuhkan seperti memberi mereka makan.[/efn_note])
  11. Maka pada hari ini (2392[efn_note]2392). Ya‘ni hari Kiamat.[/efn_note]) di sini tidak ada seorang teman pun baginya. (2393[efn_note]2393) Sehingga ia merasakan penderitaan luar dan dalam, luar dengan disiksa dan dalam dengan kesedihan yang bertumpuk-tumpuk tanpa ada teman yang memberikan syafā‘at untuknya agar ia dapat selamat dari ‘adzāb Allah. Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman: “Orang-orang yang zhālim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafā‘at yang diterima syafā‘atnya.” (Terj. Ghāfir: 18)[/efn_note])
  12. Dan tidak ada makanan (baginya) kecuali dari darah dan nanah.
  13. Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa. (2394[efn_note]2394). Yang tidak menempuh jalan yang lurus, bahkan menempuh jalan ke neraka. Oleh karena itulah, mereka berhak mendapatkan ‘adzāb yang pedih.[/efn_note])

 

Ayat 38-52: Menguatkan kebenaran Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan amanahnya dalam menyampaikan wahyu, dan membantah kedustaan orang-orang musyrik.

فَلَا أُقْسِمُ بِمَا تُبْصِرُوْنَ. وَ مَا لَا تُبْصِرُوْنَ. إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُوْلٍ كَرِيْمٍ. وَ مَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ قَلِيْلًا مَا تُؤْمِنُوْنَ. وَ لَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ قَلِيْلًا مَا تَذَكَّرُوْنَ. تَنْزِيْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَ لَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيْلِ. لَأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِيْنِ. ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِيْنَ. فَمَا مِنْكُمْ مِّنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِيْنَ. وَ إِنَّهُ لَتَذْكِرَةٌ لِّلْمُتَّقِيْنَ. وَ إِنَّا لَنَعْلَمُ أَنَّ مِنْكُمْ مُّكَذِّبِيْنَ. وَ إِنَّهُ لَحَسْرَةٌ عَلَى الْكَافِرِيْنَ. وَ إِنَّهُ لَحَقُّ الْيَقِيْنِ. فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ.

  1. Maka aku bersumpah dengan apa (2395[efn_note]2395). Ya‘ni makhlūq.[/efn_note]) yang kamu lihat,
  2. dan dengan apa yang tidak kamu lihat. (2396[efn_note]2396). Sehingga termasuk semua makhlūq. Allah subḥānahu wa ta‘ālā bersumpah dengan semua makhlūq untuk menunjukkan benarnya al-Qur’ān yang dibawa Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bahwa ia adalah firman-Nya. Allah subḥānahu wa ta‘ālā juga membersihkan Rasūl-Nya shallallāhu ‘alaihi wa sallam dari tuduhan yang dilontarkan oleh musuh-musuh Beliau, bahwa Beliau adalah penyair atau pesihir, dan bahwa yang mendorong mereka menuduh seperti itu adalah karena mereka tidak beriman dan tidak mengambil pelajaran. Kalau sekiranya mereka beriman dan mengambil pelajaran, tentu mereka akan mengetahui apa yang bermanfaat bagi mereka dan apa yang berbahaya, di antaranya adalah mereka akan melihat keadaan Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam, memperhatikan sifat dan akhlāqnya, di mana dari situ mereka akan melihat kebenaran Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam bahwa Beliau adalah utusan-Nya dan bahwa al-Qur’ān yang Beliau bawa adalah firman Allah Tuhan seluruh alam, bukan perkataan manusia, bahkan perkataan itu (al-Qur’ān) menunjukkan keagungan yang berfirman, kebesaran sifat-sifatNya, sempurnanya tarbiyah (pendidikan)-Nya kepada hamba-hambaNya dan tingginya Dia di atas semua makhlūq-Nya.[/efn_note])
  3. Sesungguhnya ia (al-Qur’ān itu) benar-benar wahyu (yang diturunkan kepada) Rasūl yang mulia,
  4. dan ia (al-Qur’ān) bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.
  5. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya.
  6. Ia (al-Qur’ān) adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam.
  7. (2397[efn_note]2397). Ya‘ni kalau memang Beliau mengada-ada atas nama Allah, tentu Allah subḥānahu wa ta‘ālā akan segera menghukumnya karena Dia Maha Bijaksana lagi Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kebijaksanaan-Nya menghendaki untuk tidak menunda hukuman terhadap orang yang berdusta atas nama-Nya. Tetapi kenyataannya, Allah subḥānahu wa ta‘ālā membela Beliau dan memenangkan Beliau terhadap musuhnya, maka yang demikian merupakan dalil terbesar yang menunjukkan kerasūlannya.[/efn_note]) Dan sekiranya dia (Muḥammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,
  8. Pasti Kami pegang dia pada tangan kanan. (2398[efn_note]2398). Maksudnya, Kami beri tindakan yang sekeras-kerasnya.[/efn_note])
  9. Kemudian Kami potong pembuluh jantungnya.
  10. Maka tidak seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami untuk menghukumnya).
  11. Dan sungguh, al-Qur’ān itu suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwā. (2399[efn_note]2399). Dengan al-Qur’ān mereka dapat mengingat hal yang bermaslahat bagi mereka baik dalam hal agama maupun dunia, mereka dapat mengetahuinya dan dapat meng‘amalkannya. Al-Qur’ān juga mengingatkan mereka ‘aqīdah yang benar, akhlāq yang diridhāi dan hukum-hukum syar’ī sehingga mereka menjadi orang-orang yang mendapat petunjuk.[/efn_note])
  12. Dan sungguh, Kami mengetahui bahwa di antara kamu ada orang yang mendustakannya (al-Qur’ān). (2400[efn_note]2400). Dalam ayat ini terdapat ancaman bagi orang-orang yang mendustakan al-Qur’ān, yaitu bahwa Allah subḥānahu wa ta‘ālā akan menghukum mereka dengan hukuman yang berat.[/efn_note])
  13. Dan sungguh, al-Qur’ān itu akan menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat). (2401[efn_note]2401). Ketika mereka melihat pahala orang-orang yang membenarkan al-Qur’ān dan hukuman orang-orang yang mendustakan.[/efn_note])
  14. Dan sungguh, al-Qur’ān itu kebenaran yang meyakinkan. (2402[efn_note]2402). Kebenarannya berada pada posisi paling tinggi, yaitu sampai meyakinkan yang merupakan ‘ilmu yang tetap, tidak goyang dan tidak ragu-ragu lagi. Yakin ada tiga tingkatan: (1) ‘Ilm-ul-yaqīn, yaitu ‘ilmu yang diambil dari berita, (2) ‘Ainul yaqīn, yaitu ‘ilmu yang diperoleh dari melihat langsung, (3) Ḥaqq-ul-yaqīn, yaitu ‘ilmu yang diperoleh dari merasakan langsung. Nah, al-Qur’ān ini menempati posisi paling tinggi, yaitu ḥaqq-ul-yaqīn karena di dalamnya terdapat ‘ilmu yang diperkuat dengan bukti-bukti yang pasti, hakikat dan ma‘rifat keimanan sehingga dengannya seseorang merasakan kebenarannya secara ḥaqq-ul-yaqīn.[/efn_note])
  15. Maka bertasbīḥlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Agung. (2403[efn_note]2403). Ya‘ni sucikanlah Dia dari segala yang tidak layak dengan keagungan-Nya dan sucikanlah Dia dengan menyebutkan sifat-sifat keagungan, keindahan dan kesempurnaan-Nya.[/efn_note])

Selesai tafsir surah al-Ḥāqqah dengan pertolongan Allah dan taufīq-Nya wal-ḥamdulillāhi rabb-il-‘ālamīn.

Laman Terkait

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.