Surah al-Haqqah 69 – Tafsir al-Munir – Marah Labid (1/2)

TAFSĪR AL-MUNĪR
(MARĀḤ LABĪD)
(Judul Asli: At-Tafsīr-ul-Munīru Lima‘ālim-it-Tanzīl)
Penyusun: Al-‘Allamah asy-Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi (Banten).

(Jilid ke 6 dari Surah al-Aḥqāf s.d. an-Nās)

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar, L.C.
Dibantu oleh: H. Anwar Abu Baka, L.C.

Penerbit: Penerbit Sinar Baru Algensindo Bandung

Rangkaian Pos: Surah al-Haqqah 69 ~ Tafsir al-Munir - Marah Labid

سُوْرَةُ الْحَاقَّةِ

SURAH AL-ḤĀQQAH

 

Surah al-Ḥāqqah termasuk ke dalam kelompok surah Makkiyyah, terdiri atas lima puluh dua ayat, dua ratus enam belas kalimat, dan delapan ratus enam puluh satu huruf.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

 

الْحَاقَّةُ. مَا الْحَاقَّةُ.

69: 1. Hari Kiamat, (al-Ḥāqqah [69]: 1)
69: 2. apakah hari Kiamat itu? (al-Ḥāqqah [69]: 2)

(الْحَاقَّةُ. مَا الْحَاقَّةُ.) “Hari Kiamat, apakah hari Kiamat itu?” ya‘ni apakah yang disebut dengan al-Ḥāqqah atau hari Kiamat itu?

 

وَ مَا أَدْرَاكَ مَا الْحَاقَّةُ.

69: 3. Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? (al-Ḥāqqah [69]: 3)

(وَ مَا أَدْرَاكَ) “Tahukah kamu” ya‘ni apakah yang menyebabkan katu tahu – (مَا الْحَاقَّةُ.) “apakah hari Kiamat itu?” ya‘ni sesungguhnya engkau wahai makhluq yang paling mulia, tidak akan mengetahui hakikatnya, seberapa besarkah ia?

Al-Ḥāqqah adalah suatu waktu yang telah ditetapkan kejadiannya, bahkan menjadi suatu keharusan kedatangannya. Atau, disebut al-Ḥāqqah karena pada hari itu dinyatakanlah segala sesuatu sesuai dengan hakikat yang sebenarnya.

 

كَذَّبَتْ ثَمُوْدُ وَ عَادٌ بِالْقَارِعَةِ.

69: 4. Kaum Tsamūd dan ‘Ād telah mendustakan hari kiamat. (al-Ḥāqqah [69]: 4)

(كَذَّبَتْ ثَمُوْدُ وَ عَادٌ بِالْقَارِعَةِ.) “Kaum Tsamūd dan ‘Ād telah mendustakan hari kiamat” ya‘ni mereka mendustakan hari yang menjebol hati manusia karena sangat terkejut dengan kedatangannya, yaitu hari Kiamat, yang kedatangannya dimulai dengan terbelahnya langit menjadi retak-retak dan berguncangnya bumi, serta hancurnya gunung-gunung dan padamnya bintang-bintang.

 

فَأَمَّا ثَمُوْدُ فَأُهْلِكُوْا بِالطَّاغِيَةِ.

69: 5. Adapun kaum Tsamūd maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa, (al-Ḥāqqah [69]: 5)

(فَأَمَّا ثَمُوْدُ فَأُهْلِكُوْا بِالطَّاغِيَةِ.) “Adapun kaum Tsamūd maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa,” ya‘ni dengan pekikan yang kekuatannya melampaui batas.

 

وَ أَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوْا بِرِيْحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ.

69: 6. Adapun kaum ‘Ād maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, (al-Ḥāqqah [69]: 6)

(وَ أَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوْا بِرِيْحٍ صَرْصَرٍ) “Adapun kaum ‘Ād maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin,” ya‘ni angin yang dinginnya tak terperikan – (عَاتِيَةٍ.) “lagi amat kencang” ya‘ni melampaui batas kekencangannya.

 

سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَ ثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُوْمًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيْهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ.

69: 7. yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum ‘Ād pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). (al-Ḥāqqah [69]: 7)

(سَخَّرَهَا) “Allah menimpakan angin itu” ya‘ni menguasakan angin itu – (عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَ ثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُوْمًا) “kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus” ya‘ni berturut-turut mulai dari pagi hari Rabu tanggal dua puluh dua bulan Syawwāl sampai terbenamnya matahari hari Rabu berikutnya, dan segalanya telah berakhir di penghujung hari itu.

(فَتَرَى الْقَوْمَ) “maka kamu lihat kaum ‘Ād” ya‘ni kaum Nabi Hūd, jika engkau hadir pada saat itu – (فِيْهَا) “pada waktu itu” ya‘ni saat angin bertiup kencang menimpa mereka – (صَرْعَى) “mati bergelimpangan” ya‘ni dalam keadaan bergelimpangan di muka bumi tanpa nyawa.

(كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ.) “seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk)” ya‘ni pemandangan mereka seperti pohon-pohon kurma yang roboh karena lapuk.

 

فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِّنْ بَاقِيَةٍ.

69: 8. Namun, adakah kamu melihat seseorang yang masih tersisa di antara mereka? (al-Ḥāqqah [69]: 8)

(فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِّنْ بَاقِيَةٍ.) “Namun, adakah kamu melihat seseorang yang masih tersisa di antara mereka?” sebagian ‘ulamā’ ada yang mengatakan bahwa tidak ada seorang manusia pun yang tersisa dari keturunan kaum itu. Ibnu Juraij mengatakan bahwa mereka selama tujuh malam delapan hari dalam keadaan masih hidup tersiksa oleh ‘adzab Allah yang berupa angin yang kencang itu. Pada sore hari dari hari yang ke delapan barulah mereka mati semua, lalu diterbangkan oleh angin dan dicampakkan ke laut, maka itulah yang dimaksud oleh firman-Nya:

فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِّنْ بَاقِيَةٍ.

Namun, adakah kamu melihat seseorang yang masih tersisa di antara mereka? (al-Ḥāqqah [69]: 8)

 

وَ جَاءَ فِرْعَوْنُ وَ مَنْ قَبْلَهُ وَ الْمُؤْتَفِكَاتُ بِالْخَاطِئَةِ.

69: 9. Kemudian datang Fir‘aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkirbalikkan karena kesalahan yang besar. (al-Ḥāqqah [69]: 9)

(وَ جَاءَ فِرْعَوْنُ وَ مَنْ قَبْلَهُ) “Kemudian datang Fir‘aun dan orang-orang yang sebelumnya” Abū ‘Amr dan al-Kisā’ī membacanya dengan qāf yang di-kasrah-kan dan bā’ di-fatḥah-kan menjadi qibalahu, ya‘ni dan orang-orang yang dekat dengannya dari kalangan pengikut-pengikutnya dan bala tentarannya. Pendapat ini didukung oleh qirā’at Ibnu Mas‘ūd, Ubay dan Abū Mūsā yaitu: Wa mā Tilqā’ahu. Hal yang sama dilakukan pula oleh Ubay dan para pengikutnya. Sedangkan ‘ulamā’ yang lain membacanya dengan bā’ yang di-sukūn-kan dan qāf yang di-fatḥah-kan menjadi qablahu, ya‘ni dan orang-orang sebelum mereka dari kalangan umat-umat terdahulu.

(وَ الْمُؤْتَفِكَاتُ) “dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkirbalikkan” ya‘ni penduduk lima kota yang dibalikkan, mereka adalah kaum Nabi Lūth, yaitu Sham‘ah, Sha‘rah, ‘Amrah, Dauma dan Sadzun – (بِالْخَاطِئَةِ.) “karena kesalahan yang besar” ya‘ni dosa seperti mendustakan adanya hari berbangkit, homoseks, dan perbuatan-perbuatan durhaka yang lain.

 

فَعَصَوْا رَسُوْلَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَّابِيَةً.

69: 10. Mereka mendurhakai utusan Tuhannya, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras. (al-Ḥāqqah [69]: 10)

(فَعَصَوْا رَسُوْلَ رَبِّهِمْ) “Mereka mendurhakai utusan Tuhannya” yaitu Mūsā, Lūth dan rasūl-rasūl lainnya. – (فَأَخَذَهُمْ) “lalu Allah menyiksa mereka” ya‘ni Allah s.w.t. menghukum mereka – (أَخْذَةً رَّابِيَةً.) “dengan siksaan yang sangat keras” ya‘ni ‘adzab yang lebih keras dari ‘adzab yang pernah ditimpakan terhadap orang-orang kafir lainnya, sebagaimana perbuatan mereka lebih buruk daripada perbuatan yang telah dilakukan oleh orang-orang kafir lainnya.

 

إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ.

69: 11. Sesungguhnya Kami, ketika air naik (sampai ke gunung) Kami membawa (nenek moyang) kamu ke dalam kapal. (al-Ḥāqqah [69]: 11)

(إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ) “Sesungguhnya Kami, ketika air naik” ya‘ni permukaan air meninggi dan ketinggiannya melebihi puncak bukit lima belas hasta, hal itu terjadi pada zaman Nabi Nūḥ a.s.

(حَمَلْنَاكُمْ) “Kami bawa nenek moyang kamu” ya‘ni Kami membawamu yang saat itu masih berada dalam sulbi nenek moyangmu – (فِي الْجَارِيَةِ) “ke dalam kapal” ya‘ni ke dalam bahtera Nabi Nūḥ a.s.

 

لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَ تَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ.

69: 12. agar Kami jadikan (peristiwa itu) sebagai peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (al-Ḥāqqah [69]: 12)

(لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً) “agar Kami jadikan (peristiwa itu) sebagai peringatan bagi kamu” ya‘ni agar Kami jadikan kisah itu ya‘ni selamatnya orang-orang mu’min dan tenggelamnya orang-orang kafir sebagai pelajaran yang baik bagi kamu.

(وَ تَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ.) “dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar” ya‘ni agar dihafal oleh hati yang hidup. Pendapat yang lain menyebutkan bahwa agar kejadian itu dapat didengar oleh telinga yang mendengar, lalu ia mendapatkan manfaat dari apa yang didengarnya.

Nāfi‘ membacanya dengan dzāl yang di-sukūn-kan menjadi udznun, dan pada umumnya ‘ulamā’ membaca wa ta‘iyahā dengan ‘ain yang di-kasrah-kan. Selain itu, diriwayatkan dari Ibnu Katsīr bacaan ‘ain yang di-sukūn-kan menjadi wata‘yahā; hal itu semisal dengan wayattaqhi, menurut ‘ulamā’ yang membacanya dengan qāf yang di-sukūn-kan.

 

فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّوْرِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ.

69: 13. Apabila sangkakala ditiup dengan sekali tiup. (al-Ḥāqqah [69]: 13)

(فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّوْرِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ.) “Apabila sangkakala ditiup dengan sekali tiup” yaitu tiupan untuk membangkitkan seluruh makhluq.

Abus-Sammāk membacanya dengan me-nashab-kan nafkhatan wāḥidatan sebagai mashdar dengan menyandarkan fi‘il pada jārr-majrūr.

 

وَ حُمِلَتِ الْأَرْضُ وَ الْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً.

69: 14. dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu keduanya dibenturkan sekali benturan. (al-Ḥāqqah [69]: 14)

(وَ حُمِلَتِ الْأَرْضُ وَ الْجِبَالُ) “dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung” ya‘ni setelah manusia keluar dari kuburnya masing-masing, maka diangkatlah bumi daan gunung-gunung dari tempatnya, adakalanya melalui gempa yang dahsyat, angin, dengan perantaraan malaikat atau dengan kekuasaan Allah tanpa sarana apa pun.

(فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً.) “lalu keduanya dibenturkan sekali benturan” ya‘ni salah satunya dibenturkan kepada yang lain dengan sekali benturan yang dahsyat sehingga hancur-lebur menjadi debu.

 

فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ.

69: 15. Maka pada hari itu terjadilah hari Kiamat. (al-Ḥāqqah [69]: 15)

(فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ.) “Maka pada hari itu terjadilah hari Kiamat” ya‘ni Kiamat yang besar terjadi. Kalimat ini berkedudukan menjadi jawab dari idzā.

 

وَ انْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ.

69: 16. dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi rapuh. (al-Ḥāqqah [69]: 16)

(وَ انْشَقَّتِ السَّمَاءُ) “dan terbelahlah langit” karena para malaikat turun – (فَهِيَ) “karena ia” ya‘ni karena langit – (يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ) “pada hari itu langit menjadi rapuh” ya‘ni tidak mempunyai kekuatan lagi, tidak seperti sebelumnya yang begitu kuat dan kokoh.

 

وَ الْمَلَكُ عَلَى أَرْجَائِهَا وَ يَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ.

69: 17. Para malaikat berada di berbagai penjuru langit. Pada hari itu delapan malaikat menjunjung ‘Arasy (singgasaana) Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (al-Ḥāqqah [69]: 17)

(وَ الْمَلَكُ عَلَى أَرْجَائِهَا) “Para malaikat berada di berbagai penjuru langit” ya‘ni para malaikat berdiri di pinggir bagian-bagian langit yang tidak runtuh. Mereka adalah sebagian dari malaikat yang tidak mati pada tiupan sankakala pertama. Menurut pendapat lain disebutkan bahwa sesungguhnya mereka berdiri sejenak di pinggir langit kemudian mereka mati.

(وَ يَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ) “Dan dijunjunglah ‘Arasy (singgasaana) Tuhanmu di atas kepala mereka” ya‘ni sedangkan ‘Arasy berada di atas kepala para malaikat yang sedang berdiri di pingir langit itu – (يَوْمَئِذٍ) “pada hari itu” ya‘ni pada hari terjadinya Kiamat – (ثَمَانِيَةٌ) “oleh delapan malaikat” yang ditugaskan untuk menjunjungnya.

Di dalam sebuah hadits disebutkan:

إِنَّ حَمَلَةَ الْعَرْشِ الْيَوْمَ أَرْبَعَةٌ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ أَمَدَّهُمُ اللهُ تَعَالَى بِأَرْبَعَةٍ أُخْرَى، فَكَانُوْا ثَمَانِيَةَ عَلَى صُوْرَةِ الْأَوْعَالِ.

Sesungguhnya jumlah malaikat yang menjunjung ‘Arasy sekarang adalah empat malaikat. Apabila hari Kiamat terjadi, maka Allah s.w.t. membantu mereka dengan empat malaikat lain sehingga mereka berjumlah delapan malaikat yang berupa kambing jantan gunung.”

Di dalam hadits yang lain disebutkan:

لِكُلِّ مَلَكٍ مِنْهُمْ وَجْهُ إِنْسَانٍ، وَ وَجْهُ أَسَدٍ، وَ وَجْهُ ثَوْرٍ، وَ وَجْهُ نَسْرٍ، وَ كُلُّ وَجْهٍ مِنْهَا يَسْأَلُ اللهَ الرِّزْقَ لِذلِكَ الْجِنْسِ.

Malaikat pemikul ‘Arasy ada yang berwajah manusia, singa, banteng, dan ada pula yang berwajah elang. Mereka menohon rezeki kepada Allah bagi jenisnya masing-masing.”

Sebagian ‘ulamā’ mengatakan bahwa nama mereka antara lain Ruqail dan Lubnān. Ibnu ‘Abbās mengatakan bahwa mereka terdiri atas delapan barisan malaikat, tidak ada yang mengetahui jumlah mereka selain Allah s.w.t.

 

يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُوْنَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ.

69: 18. Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tidak ada sesuatu pun dari kamu yang tersembunyi (bagi Allah). (al-Ḥāqqah [69]: 18)

(يَوْمَئِذٍ) “Pada hari itu” ya‘ni pada hari terjadinya Kiamat – (تُعْرَضُوْنَ) “kamu dihadapkan” kepada Allah, ya‘ni kamu ditanyai dan dihisab. Diriwayatkan bahwa pada hari Kiamat ada tiga fase, yaitu fase untuk hisab (perhitungan) dan alasan-alasan. Fase untuk pertengkaran dan qishash. Dan fase untuk kitab-kitab yang berserakan dan bacaannya.

(لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ.) “tidak ada sesuatu pun dari kamu yang tersembunyi.” ya‘ni pada hari Kiamat tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang sebelumnya ketika di dunia kamu sembunyikan. Karena sesungguhnya tampak nyata keadaan orang-orang mu’min sehingga kegembiraan mereka menjadi sempurna. Selain itu, tampak nyata pula keadaan orang-orang yang mendapat ‘adzab ya‘ni orang-orang yang berdosa, sehingga menjadi nyata kesedihan dan rasa malu mereka karena hal tersebut.

Ḥamzah dan al-Kisā’ī membacanya dengan memakai Yā’ menjadi Yakhfā bukan Takhfā.

 

فَأَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِيْنِهِ فَيَقُوْلُ هَاؤُمُ اقْرَؤُوْا كِتَابِيَهْ.

69: 19. Adapun orang-orang yang kitabnya diberikan di tangan kanannya, maka dia berkata: “Ambillah, bacalah kitabku (ini)”. (al-Ḥāqqah [69]: 19)

(فَأَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِيْنِهِ) “Adapun orang-orang yang kitabnya diberikan di tangan kanannya” seperti Abū Salamah ibnu ‘Abd-il-Asad – (فَيَقُوْلُ) “maka dia berkata” kepada teman-temannya dengan nada senang dan gembira:

(هَاؤُمُ اقْرَؤُوْا كِتَابِيَهْ.) ““Ambillah, bacalah kitabku (ini)”” ya‘ni ambillah kitabku ini dan bacalah pahala dan penghormatan yang ada di dalamnya yang diperuntukkan bagiku.

 

إِنِّيْ ظَنَنْتُ أَنِّيْ مُلَاقٍ حِسَابِيَهْ.

69: 20. Sesungguhnya aku yakin, bahwa (suatu saat) aku akan menerima perhitungan terhadap diriku. (al-Ḥāqqah [69]: 20)

(إِنِّيْ ظَنَنْتُ أَنِّيْ مُلَاقٍ حِسَابِيَهْ.) “Sesungguhnya aku yakin, bahwa suatu saat aku akan menerima perhitungan terhadap diriku” ya‘ni sesungguhnya ketika di dunia aku merasa yakin bahwa aku akan mengalami hisab di akhirat dan aku tidak mengingkari adanya hari berbangkit.

Abū Hurairah telah meriwayatkan, bahwa Nabi s.a.w. pernah bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ يُؤْتَى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَ يُؤْتَى كِتَابَهُ حَسَنَاتُهُ فِيْ ظَهْرِ كَفِّهِ، وَ تُكْتَبُ سَيِّئَاتُهُ فِيْ بَطْنِ كَفِّهِ، فَيَنْظُرُ إِلَى سَيِّئَاتِهِ فَيْحْزُنُ، فَيُقَالُ لَهُ: اقْلَبْ كَفَّكَ فَيَنْظَرُ فِيْهِ، فَيَرَى حَسَنَاتَهُ فَيَفْرَحُ، ثُمَّ يَقُوْلُ هَؤُمَّ اقْرَؤُوْا كِتَابِيَهْ إِنِّيْ ظَنَنْتُ عِنْدَ النَّظْرَةِ الْأُوْلَى أَنِّيْ مُلَاقٍ حِسَابِيَهْ عَلَى سَبِيْلِ الشِّدَّةِ، وَ أَمَّا الْآنُ فَقَدْ فَرَّجَ اللهُ عَنِّيْ ذلِكَ الْغَمِّ.

Sesungguhnya seorang lelaki didatangkan pada hari Kiamat, lalu diberikan kitab catatan ‘amal perbuatannya, dan catatan kebaikannya ditulis di bagian luar telapaknya, sedangkan keburukannya ditulis di bagian dalam telapak tangannya. Lalu, dia melihat catatan keburukannya, maka menjadi berdukacitalah ia. Kemudian, dikatakan kepadanya: “Balikkanlah telapakmu”, maka dia melihat catatan kebaikannya di bagian luar telapaknya, sehingga ia berubah menjadi senang. Kemudian, dia berkata: “Ke marilah dan bacalah kitab catatan ‘amalku ini. Sesungguhnya aku mengira pada pandangan pertama, bahwa aku pasti mengalami hisab yang keras. Tetapi, sekarang Allah telah memberikan jalan keluar kepadaku dari kesusahan itu.

 

فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍ.

69: 21. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai. (al-Ḥāqqah [69]: 21)

(فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍ.) “Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai” ya‘ni kehidupan yang memuaskan.

 

فِيْ جَنَّةٍ عَالِيَةٍ.

69: 22. dalam surga yang tinggi. (al-Ḥāqqah [69]: 22)

(فِيْ جَنَّةٍ عَالِيَةٍ.) “dalam surga yang tinggi” ya‘ni di tempat dan kedudukan yang tinggi.

 

قُطُوْفُهَا دَانِيَةٌ.

69: 23. Buah-buahannya dekat. (al-Ḥāqqah [69]: 23)

(قُطُوْفُهَا دَانِيَةٌ.) “Buah-buahannya dekat” ya‘ni buah-buahannya dekat lagi dapat dipetik oleh orang yang duduk. Allah berfirman kepada mereka:

 

كُلُوْا وَ اشْرَبُوْا هَنِيْئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ.

69: 24. (kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan ni‘mat karena ‘amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu” (al-Ḥāqqah [69]: 24)

(كُلُوْا) “Makan”-lah buah-buahannya – (وَ اشْرَبُوْا) “dan minumlah” dari sumber-sumber airnya yang mengalir – (هَنِيْئًا) “dengan ni‘mat” tanpa bersusah payah untuk mendapatkan makanan dan minuman itu yang tidak memiliki efek samping.

(بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ.) “karena ‘amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu” ya‘ni sebagai imbalan dari ‘amal-‘amal shāliḥ yang telah kamu perbuat ketika di dunia.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *