Surah al-Ḥāqqah Ayat 13-18.
فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّوْرِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ. وَ حُمِلَتِ الْأَرْضُ وَ الْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً. فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ. وَ انْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ. وَ الْمَلَكُ عَلَى أَرْجَائِهَا وَ يَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ. يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُوْنَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ.
69: 13. Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup,
69: 14. dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali benturan.
69: 15. Maka pada hari itu terjadilah hari Kiamat,
69: 16. dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lapuh.
69: 17. Dan para malaikat berada di berbagai penjuru langit. Dan pada hari itu delapan malaikat menjunjung ‘Arasy (singgasana) Tuhanmu di atas (kepala) mereka.
69: 18. Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatu pun dari kamu yang tersembunyi (bagi Allah).
(al-Ḥāqqah [69]: 13-18).
(لَا تَخْفَى):
Imām Ḥamzah dan Kisā’ī membaca (لَا يَخْفَى).
Kata (نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ) menjadi nā’ib-ul-fā‘il. Penyifatan kata (نَفْخَةٌ) dan (وَاحِدَةٌ) meskipun (نَفْخَةٌ) “tiupan” hanya sekali adalah demi penguatan. Sebagaimana firman Allah s.w.t.:
“Janganlah kamu menyembah dua tuhan.” (an-Naḥl: 51).
Meskipun kata (الإلهان) tidak mempunyai ma‘na lain selain dua Tuhan. Ini untuk penguatan. Kata (نُفِخَ) berbentuk mudzakkar sebab kata (نَفْخَةٌ) bukanlah mu’annats ḥaqīqī.
Kata (يَوْمَئِذٍ) pada (فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ.) adalah zharaf yang dibaca nashab, berkaitan dengan kata (وَقَعَتِ), demikian juga kata (يَوْمَئِذٍ) yang kedua berkaitan dengan kata (وَاهِيَةٌ), juga kata (يَوْمَئِذٍ) pada kalimat (يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُوْنَ) berkaitan dengan (تُعْرَضُوْنَ).
Susunan (وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ) keduanya ada hubungan jinas isytiqāq, demikian juga susunan (لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ.).
(فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّوْرِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ.) adalah tiupan pertama yang pada saat itu terjadi kehancuran alam semesta. (الصُّوْر) adalah sangkakala.
(حُمِلَتِ الْأَرْضُ وَ الْجِبَالُ) bumi dan gunung diangkat dari tempatnya.
(فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً.) satu dengan lainnya saling bertabrakan. Bumi menjadi rata tidak bengkok dan satu bentuk. Kata (الدك) dan (الدق) dekat dari sisi ma‘na, hanya saja kata (الدك) ma‘nanya lebih dalam.
(فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ.) pada saat itu terjadi kiamat. (الْوَاقِعَةُ) adalah yang turun (terjadi).
(وَ انْشَقَّتِ السَّمَاءُ) terbelah, retak dan remuk.
(وَاهِيَةٌ) cacat, lemah dan tak berisi di mana masing-masing bagiannya tidak saling mengikat.
(وَ الْمَلَكُ) adalah malaikat. Yang dimaksud di sini adalah jenis malaikat.
(عَلَى أَرْجَائِهَا) sisi-sisi langit dan sudut-sudutnya. Bentuk jama‘ plural dari (رَجَا) sisi.
(فَوْقَهُمْ) di atas para malaikat yang mana mereka ada di cakrawala.
(ثَمَانِيَةٌ) delapan malaikat.
(تُعْرَضُوْنَ) dihadapkan untuk menjalani penghitungan ‘amal.
(لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ.) tidak ada sesuatu pun dari kalian yang samar bagi Allah.
Setelah menjelaskan secara maksimal mengenai kegentingan hari Kiamat, menyebutkan tiga kisah untuk menjelaskan akhir nasib orang-orang yang mendustakan Kiamat, membesarkan keadaan hari Kiamat dan memperingatkan kemungkinan terjadinya, Allah s.w.t. mulai menjelaskan perincian keadaan hari Kiamat dan kegentingannya. Dia mulai menjelaskan pendahuluan kegentingan hari Kiamat.
“Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup”. (al-Ḥāqqah [69]: 13).
Artinya ketika Isrāfīl meniupkan sangkakala pertama kali pada saat itu terjadi kehancuran alam semesta. Ini adalah pengabaran mengenai kegentingan hari Kiamat.
“Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali benturan”. (al-Ḥāqqah [69]: 14).
Bumi dan gunung diangkat dari tempatnya, dihilangkan dari posisinya dengan kekuasaan Allah. Masing-masing bertubrukan hingga menjadi satu lempengan, kembali lagi menjadi bukit pasir, angker dan tercerai-berai, porak-poranda dan berubah dari keadaan yang dikenal sebelumnya. Sebagaimana firman Allah s.w.t.:
“Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali benturan”. (Ibrāhīm: [14]: 48).
“(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit.” (Ibrāhīm [14]: 48).
Kata (الدك) lebih dalam ma‘nanya daripada kata (الدق).
“Maka pada hari itu terjadilah hari Kiamat”. (al-Ḥāqqah [69]: 15).
Artinya pada hari itu terjadi Kiamat, terjadi kejadian besar.
“Dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lapuh”. (al-Ḥāqqah [69]: 16).
Langit retak. Langit pada hari itu menjadi lemah tak berisis, tidak terjalin antar bagian-bagiannya setelah sebelumnya kuat dan kokoh bangunannya.
“Dan para malaikat berada di berbagai penjuru langit. Dan pada hari itu delapan malaikat menjunjung ‘Arasy (singgasana) Tuhanmu di atas (kepala) mereka”. (al-Ḥāqqah [69]: 17).
Para malaikat di sisi-sisi langit dan pinggir-pinggirnya siap sedia untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka. ‘Arasy Tuhanmu dijunjung di atas kepala malaikat yang mana mereka ada di cakrawala-cakrawala sebanyak delapan malaikat. Ada yang mengatakan delapan baris malaikat yang tidak diketahui jumlahnya, kecuali oleh Allah s.w.t. ‘Arasy adalah makhluk yang paling besar. Kalimat “menjunjung ‘Arasy” adalah bentuk majas sebab menjunjung Tuhan adalah mustahil. Oleh karena itu, harus dita‘wīli. Ya‘ni bahwa Allah s.w.t., berfirman kepada mereka dengan firman yang sudah mereka kenal, juga sebagai bentuk penujukan, seperti pengadaan rumah Tuhan (Ka‘bah), menjadikan para malaikat sebagai penjaga untuk para hamba. Ini bukan untuk suatu pengertian bahwa Tuhan bertempat di rumah itu, tidak pula karena adanya kemungkinan lupa pada diri Tuhan.
“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatu pun dari kamu yang tersembunyi (bagi Allah)”. (al-Ḥāqqah [69]: 18).
Pada hari itu para hamba dihadapkan pada Allah untuk dihisab. Bagi Allah tidak ada yang samar akan keadaan kalian, ucapan, perbuatan dan perkara kalian, bagaimana pun itu. Dia mengetahui yang rahasia dan samar, mengetahui yang nampak, yang samar dan tersembunyi. Kalian dihadapkan pada Dzāt yang sama sekali tidak ada yang samar bagi-Nya supaya kegembiraan orang-orang Mu’min menjadi sempurna, kejelekan orang-orang yang berdosa menjadi besar.
(عرَض) pada kata (تُعْرَضُوْنَ) adalah ibarat untuk penghisaban dan pertanggungjawaban. Ini diserupakan dengan tentara yang dihadapkan pada sultan untuk diketahui keadaan-keadaannya. Allah menggambarkan gambar yang menakutkan itu, bukan karena Dia duduk di singgasana. Di sini, ada hardikan yang dahsyat, ancaman, dan penakutan yang kuat serta pengabaran mengenai bahaya hisab yang sulit.
رَوَى ابْنُ أَبِي الدُّنْيَا عَنْ ثَابِتٍ بْنِ الْحَجَّاجِ قَالَ: قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ (ر): حَاسِبُوْا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا، وَزِنُوْا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُوْزَنُوْا، فَإِنَّهُ أَخَفُّ عَلَيْكُمْ فِي الْحِسَابِ غَدًا أَنْ تَحَاسِبُوْا أَنْفُسَكُمْ الْيَوْمَ، وَ تَزَيَّنُوْا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ: (يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُوْنَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ.)
Ibnu Abid-Dunyā meriwayatkan dari Tsābit bin al-Ḥajjāj, dia berkata: “ ‘Umar bin Khaththāb r.a. mengatakan: “Koreksilah diri kalian, sebelum diri kalian dikoreksi. Timbanglah diri kalian sebelum diri kalian ditimbang. Sesungguhnya itu akan lebih ringan bagi kalian kelak, jika sekarang kalian mengoreksi diri kalian. Hiasilah diri kalian untuk hari pementasan yang paling besar.” Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).
وَ رَوَى الْإِمَامُ أَحْمَدُ وَ التَّرْمِذِيُّ وَ ابْنُ مَاجَهْ عَنْ أَبِيْ مُوْسَى الْأَشْعَرِيُّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ (ص): يُعْرَضُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَلَاثَ عَرْضَاتٍ، فَأَمَّا عَرْضَتَانِ فَجِدَالٌ وَ مَعَاذِيْرٌ، وَ أَمَّا الثَّالِثَةُ فَعِنْدَ ذلِكَ تَطَّيَّرُ الصُّحُفُ فِي الْأَيْدِيْ، فَآخِذٌ بِيَمِيْنِهِ، وَ آخِذٌ بِشِمَالِهِ. لَكِنَّ التِّرْمِذِيَّ رَوَاهُ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ. وَ رَوَاهُ ابْنُ جَرِيْرٍ أَيْضًا عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ.
Imām Aḥmad, Tirmidzī, Ibnu Mājah meriwayatkan dari Abū Mūsā al-Asy‘arī dia berkata: “Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Pada hari Kiamat manusia akan dihadapkan di hadapan Tuhannya tiga kali. Dua kali debat dan apologi-apologi. Sedang yang ketiga, lembaran-lembaran ‘amal beterbangan di hadapan manusia. Ada yang mengambil dengan tangan kanan, ada yang mengambil dengan tangan kiri.” Namun, at-Tirmidzī meriwayatkan hadits itu dari Abū Hurairah. Ibnu Jarīr meriwayatkan juga dari ‘Abdullāh bin Mas‘ūd.
Ayat-ayat tersebut menunjukkan hal-hal berikut:
“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arasy.” (al-Mu’min [40]: 7).
juga firman-Nya:
“Dan engkau (Muḥammad) akan melihat malaikat-malaikat berlingkar di sekeliling ‘Arasy.” (az-Zumar : 75).
Ats-Tsa‘labī menuturkan dari Nabi Muḥammad s.a.w., beliau bersabda:
أَنَّ حَمَلَةَ الْعَرْشِ الْيَوْمَ أَرْبَعَةً، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ أَيَّدَهُمُ اللهُ تَعَالَى بِأَرْبَعَةٍ آخَرِيْنَ، فَكَانُوْا ثَمَانِيَةً.
“Sekarang ini para malaikat yang memikul ‘Arasy berjumlah empat. Ketika terjadi hari Kiamat maka Allah menambah mereka dengan empat lagi. Sehingga menjadi delapan.”
Al-Māwardī meriwayatkan dari Abū Hurairah, dia berkata: “Rasūlullāh s.a.w. bersabda:
يَحْمِلُهُ الْيَوْمَ أَرْبَعَةٌ، وَ هُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَمَانِيَةٌ.
“Sekarang ini ‘Arasy dipikul oleh empat malaikat. Sementara pada hari Kiamat mereka ada delapan.”
وَ عَرَضُوْا عَلَى رَبِّكَ صَفًّا.
“Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris.” (al-Kahf: 48).
Ini bukanlah penunjukan ‘amal perbuatan yang dengannya bisa diketahui apa yang sebelumnya belum diketahui. Akan tetapi, ma‘nanya adalah penghitungan dan penetapan ‘amal mereka untuk pembalasan. Bagi Allah, keadaan mereka tidak samar sama sekali. Allah mengetahui segala sesuatu dari ‘amal mereka. Masing-masing dari kata “memiliki” dan “penunjukan ‘amal” tidak berarti tajsim, tasybih dengan makhluq. Namun, hanya untuk penggambaran, simbolosasi, dan mendekatkan pemahaman.